Rabu, 07 Februari 2024

Menelisik Kontroversi Isra' Mi'raj: Apakah Perjalanan Hanya Ruh atau Sekaligus Tubuh Nabi Muhammad?

PPRU 1 Hikmah | Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW yang terjadi dalam satu malam, di mana beliau melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina (Isra') dan kemudian naik ke langit untuk bertemu dengan Allah (Mi'raj).

Pendapat mengenai apakah perjalanan tersebut hanya melibatkan ruh atau juga melibatkan tubuh Nabi Muhammad telah menjadi subjek perdebatan di kalangan ulama. Salah satu pendapat yang mencatat bahwa perjalanan itu hanya terjadi dengan ruh Rasulullah, sementara jasad atau fisik tubuhnya tidak ikut serta, berasal dari riwayat Sayyidah Aisyah. Namun, pendapat ini tidak didukung oleh mayoritas ulama karena beberapa alasan, seperti fakta bahwa Aisyah belum menjadi istri Nabi Muhammad pada saat peristiwa itu terjadi dan usianya yang masih sangat muda.

Mayoritas ulama sepakat bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi dengan ruh dan jasad Rasulullah. Pendapat ini didasarkan pada banyaknya hadis sahih yang mendukung perjalanan tersebut dalam bentuk fisik dan ruhaniah. Sehingga, pendapat yang mengatakan bahwa Isra' Mi’raj hanya terjadi dalam mimpi atau hanya melibatkan ruh Rasulullah tidak dianggap valid oleh mayoritas ulama.

Dengan demikian, meskipun terdapat beberapa pendapat yang berbeda, mayoritas ulama sepakat bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi dengan melibatkan baik ruh maupun tubuh Nabi Muhammad SAW.

Menelusuri Kisah Isra Mi'raj: Perjalanan Nabi Muhammad dan Pertemuan dengan Nabi-nabi Pendahulu

PPRU 1 Hikmah | Isra Mi'raj memegang peranan penting dalam sejarah Islam, menandai perjalanan singkat Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha di langit ke-7. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab di tahun ke-8 kenabian, dengan momen tahunan diperingati pada Kamis (8/2) tahun ini.

Isra Mi'raj melibatkan dua peristiwa berbeda, Isra dan Mi'raj, yang terjadi secara berdekatan. Isra adalah perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, dengan Rasulullah menggunakan kendaraan khusus bernama buraq. Buraq adalah hewan istimewa yang memungkinkan perjalanan dalam waktu singkat.

Sementara itu, Mi'raj melibatkan perjalanan dari Bumi menuju langit ke-7 dan bertemu langsung dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha. Di sana, Rasulullah menerima perintah langsung untuk mendirikan salat. Awalnya, perintah tersebut adalah 50 kali salat sehari, namun dikurangi menjadi lima kali setelah permohonan keringanan dari Rasulullah.

Selama perjalanan ke Sidratul Muntaha, Rasulullah bertemu dengan beberapa nabi sebelumnya, termasuk Nabi Adam, Nabi Isa, Nabi Yahya, Nabi Yusuf, Nabi Idris, dan Nabi Harun. Di langit ke-6, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa, yang menunjukkan kedahsyatan umat yang dimiliki Nabi Muhammad di Surga.

Kisah Isra Mi'raj memberikan inspirasi dan teladan bagi umat Muslim, menunjukkan keagungan dan perjalanan spiritual yang dialami oleh Nabi Muhammad. Dengan memahami secara mendalam kisah ini, umat Muslim dapat menemukan banyak hikmah dan petunjuk bagi kehidupan mereka.

Berdasarkan pengalaman ini, dapat disimpulkan bahwa Isra Mi'raj adalah momen penting dalam sejarah Islam yang memperkuat iman dan mengajarkan nilai-nilai spiritual kepada umat Muslim. Dengan merenungkan perjalanan Nabi Muhammad, kita dapat mengambil inspirasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan keimanan kita.

Isra' Mi'raj: Pertemuan Rasulullah dengan Para Nabi, Ruhani atau Fisik?

PPRU 1 Hikmah | Isra' Mi'raj, sebuah peristiwa yang menggambarkan perjalanan spiritual Rasulullah Muhammad SAW ke langit, menjadi bukti akan keagungan Allah dan cinta-Nya kepada hamba-Nya yang terpilih.

Dalam Al-Qur'an, kita temukan firman Allah SWT yang menjelaskan peristiwa luar biasa ini, "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjid Al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS Al-Isra': 1).

Dalam sejarah Islam, Isra' Mi'raj menjadi momen penting di mana Rasulullah bertemu dengan para nabi dan rasul. Pertemuan ini bukan hanya sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga merupakan bentuk pengukuhan atas risalah yang dibawa oleh Rasulullah.

Namun, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai apakah pertemuan Rasulullah dengan para nabi dan rasul tersebut terjadi secara ruhaniah atau fisik. Sebagian ulama berpendapat bahwa pertemuan ini hanya sebatas ruh, mengingat para nabi telah wafat dan jasadnya telah terkubur di dalam tanah, kecuali Nabi Isa yang diangkat ke langit secara ruh dan jasad.

Namun, pendapat lain menyatakan bahwa pertemuan tersebut terjadi secara fisik dan ruhaniah. Mereka menguatkan pendapat ini dengan hadits yang menyebutkan bahwa para nabi dibangkitkan dari kubur mereka untuk bertemu dengan Rasulullah, yang kemudian mengimami shalat bagi mereka.

Menurut beberapa ulama, pendapat yang paling tepat adalah bahwa pertemuan tersebut terjadi secara fisik dan ruhaniah. Hal ini karena jasad para nabi dan rasul tidak hancur di dalam tanah, serta adanya bukti bahwa para nabi dan rasul hidup dan beribadah di dalam kuburan mereka.

Pertemuan Rasulullah dengan para nabi di Masjid Al-Aqsa juga menjadi peristiwa penting, di mana para nabi dan rasul merindukan bertemu dengan Rasulullah setelah mengetahui keagungan dan kemuliaannya melalui kitab suci mereka.

Dengan demikian, simpulan yang dapat diambil adalah bahwa ulama berbeda pendapat mengenai sifat pertemuan Rasulullah dengan para nabi dan rasul, namun banyak yang setuju bahwa pertemuan tersebut terjadi secara fisik dan ruhaniah. Hal ini menegaskan keistimewaan dan penghormatan yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Inilah 9 Alasan Isra’ Mi’raj Terjadi di Malam Hari

PPRU 1 Hikmah | Peristiwa Isra’ Mi’raj termasuk salah satu mukjizat Rasulullah Muhammad yang terjadi pada malam hari. Mengapa peristiwa ini terjadi pada malam hari? Ustadz M Alvin Nur Choironi memberikan sembilan alasannya dalam tulisannya di NU Online:

  1. Waktu yang tepat untuk khalwah: Malam merupakan waktu yang tepat untuk menyepi dan melakukan pengkhususan dalam ibadah.
  2. Waktu diwajibkannya shalat: Ayat dalam Surat Al-Muzammil ayat 2 memerintahkan umat Islam untuk melakukan shalat, menunjukkan pentingnya malam sebagai waktu ibadah.
  3. Ujian percaya terhadap ghaib: Malam menjadi ujian bagi para Mukmin untuk percaya terhadap hal-hal ghaib yang tidak dapat dicerna oleh akal.
  4. Waktu yang mulia: Malam memiliki keistimewaan karena sejumlah peristiwa penting terjadi pada malam hari dalam kehidupan para nabi sebelum Nabi Muhammad.
  5. Waktu berkumpul dengan orang tercinta: Malam adalah waktu yang tepat untuk berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai, sehingga Allah memberangkatkan Rasul pada malam hari.
  6. Satu-satunya waktu yang dijanjikan Allah: Malam merupakan satu-satunya waktu yang dijanjikan Allah sebagai waktu yang terbaik, seperti Lailatul Qadar yang tidak ada waktu lain yang memiliki keistimewaan seperti itu.
  7. Waktu turunnya wahyu pertama: Malam adalah waktu turunnya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad.
  8. Waktu dikabulkannya doa: Malam adalah waktu yang dikabulkan doanya, menurut firman Allah dalam Surat Al-Furqan ayat 47.
  9. Waktu penyegaran pikiran dengan istirahat: Malam adalah waktu yang tepat untuk menyegarkan pikiran dengan istirahat, sementara pagi diciptakan Allah untuk mencari penghasilan.

Peristiwa Isra’ Mi’raj mengandung banyak hikmah dan makna, dan terjadi pada malam hari karena alasan-alasan yang terkait dengan keistimewaan waktu tersebut.

Memahami Peristiwa Isra’ Mi’raj dengan Beragam Pendekatan

PPRU 1 Hikmah | Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang telah dipahami dan didekati dari berbagai sudut pandang. Abad Badruzaman, seorang penulis kolom dan Wakil Rektor III UIN SATU Tulungagung pada salah satu artikel NU Online, mengulas peristiwa ini dengan melihatnya dari perspektif historis, teologis, sufi, polemik, dan sastra.

Pada awalnya, Isra’ Mi’raj mungkin dianggap sebagai masalah iman, di mana kaum yang sudah mempercayai kenabian Muhammad langsung mempercayai tanpa bertanya bagaimana atau mengapa. Namun, seiring perkembangan waktu, peristiwa ini ditinjau dari banyak sudut pandang.

Berikut adalah beberapa pendekatan yang digunakan untuk memahami Isra Mi’raj:

Perspektif Teologis dan Sufi

  1. Isra’ Mi’raj dilihat sebagai pengalaman spiritual dan kudus yang membawa Nabi Muhammad ke hadapan Allah.
  2. Bagi kaum sufi, peristiwa ini dianggap sebagai representasi pengalaman mistis dan kehadiran Allah yang selalu menyertai hamba-Nya.

Perspektif Orientalis dan Sejarawan Agama

  1. Para orientalis dan sejarawan agama melihat perjalanan Nabi ke langit sebagai fenomena yang menarik dari sudut pandang sejarah agama.
  2. Mereka mencari paralel antara peristiwa ini dengan pengalaman religius lainnya dari budaya-budaya lain.

Pendekatan Polemik

  1. Beberapa mazhab, seperti Mu’tazilah, menganggap peristiwa ini sebagai penglihatan batin semata, sementara kaum modernis cenderung menginterpretasikannya secara serupa.

Perspektif Sastra

  1. Kisah Isra’ Mi’raj juga menjadi inspirasi bagi para penyair seperti Maulana Rumi, yang merumuskan rahasia shalat sebagai "oleh-oleh" terpenting dari Mi’raj.

Melalui berbagai pendekatan ini, Isra’ Mi’raj dipahami dalam konteks historis, teologis, mistis, dan sastra, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang signifikansinya dalam agama Islam.

Peristiwa Isra’ Mi’raj telah dipahami dan didekati dari berbagai sudut pandang, termasuk perspektif teologis, sufi, orientalis, sejarawan agama, polemik, dan sastra. Pendekatan-pendekatan ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang signifikansi peristiwa ini dalam agama Islam.

Ini 4 Pelajaran yang Bisa Diambil dari Peristiwa Isra’ dan Mi’raj

PPRU 1 Hikmah | Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa bersejarah bagi umat Islam yang penuh dengan pelajaran penting. Dalam naskah Khutbah Jumat NU Online, Ustadz Rustam Ibrahim dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta menguraikan empat pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa ini. Dari peristiwa ini, kita dapat mengambil pelajaran sebagai berikut:

Bukti Kemuliaan dan Keistimewaan Allah kepada Nabi Muhammad

  1. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah bentuk kemuliaan dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad.
  2. Tujuan utama peristiwa ini adalah untuk menguatkan hati Nabi Muhammad setelah kehilangan istri dan pamannya, dengan melihat secara langsung kebesaran Allah.
  3. Bagi umat Islam yang berjuang dalam menegakkan agama, Allah akan memberikan kebahagiaan dan keistimewaan.

Kewajiban Melaksanakan Shalat Lima Waktu

  1. Isra’ dan Mi’raj menegaskan kewajiban menjalankan shalat lima waktu bagi setiap Muslim.
  2. Dengan menjalankan shalat dengan khusyuk, seseorang akan merasa diawasi oleh Allah, sehingga lebih mudah untuk menjauhi hal-hal yang dilarang dan lebih senang melakukan kebaikan.

Mukjizat Nabi Muhammad dan Pembelajaran tentang Mandiri

  1. Perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha merupakan mukjizat yang mengajarkan umat Islam untuk mandiri, belajar, dan meningkatkan kemampuan.
  2. Pembelajaran ini tidak hanya dalam masalah agama, tetapi juga dalam hal sosial, politik, ekonomi, serta dalam memahami sains dan teknologi.

Pentingnya Membela Masjidil Aqsa

  1. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj menunjukkan pentingnya Masjidil Aqsa bagi umat Islam.
  2. Membela Masjidil Aqsa adalah bagian dari membela agama Islam, dan setiap Muslim diharapkan untuk berjuang dan berkorban untuk keselamatan Masjidil Aqsa di Palestina.

Penutup

  1. Umat Islam diharapkan selalu dapat mengambil hikmah dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj serta mengamalkannya dengan sebaik-baiknya.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj memberikan berbagai pelajaran penting bagi umat Islam, mulai dari bukti kemuliaan Allah kepada Nabi Muhammad, kewajiban menjalankan shalat lima waktu, pembelajaran tentang mandiri, hingga pentingnya membela Masjidil Aqsa. Dengan memahami dan mengamalkan pelajaran-pelajaran ini, umat Islam diharapkan dapat menjadi makhluk yang terbaik di muka bumi ini.


Keistimewaan Doa Malam Isra' Mi'raj 27 Rajab

PPRU 1 Hikmah | Pada malam Isra' Mi'raj, 27 Rajab, terdapat sebuah amalan doa yang memiliki keistimewaan besar di mata umat Islam. Doa ini diyakini akan dikabulkan segala hajatnya oleh Allah SWT. Berikut adalah rincian mengenai keistimewaan doa tersebut:

Doa yang Dikabulkan

Doa ini memiliki keistimewaan yang besar, yaitu segala hajat atau keinginan yang diminta akan dikabulkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam disarankan untuk tidak melewatkan kesempatan beramal ini, yang hanya terjadi pada satu momentum dalam setahun.

Kitab Referensi

Ustadz Sunnatullah mengutip kitab karya Syekh Muhammad bin Abdullah bin Hasan al-Halabi al-Qadiri untuk menegaskan keistimewaan doa tersebut. Kitab tersebut menyatakan bahwa doa malam Isra' Mi'raj, jika dibaca pada malam 27 Rajab dan diikuti dengan meminta kepada Allah, akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dengan izin Allah.

Teks Doa

Berikut adalah teks doa yang disarankan untuk dibaca pada malam Isra' Mi'raj:

اللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ بِمُشَاهَدَةِ أَسْرَارِ الْمُحِبِّيْنَ، وَبِالْخَلْوَةِ الَّتِي خَصَّصْتَ بِهَا سَيِّدَ الْمُرْسَلِيْنَ حِيْنَ أَسْرَيْتَ بِهِ لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ أَنْ تَرْحَمَ قَلْبِيَ الْحَزِيْنَ وَتُجِيْبَ دَعْوَتِيْ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ

Cara Mengamalkan Doa

Doa malam Isra' Mi'raj tidak langsung dibaca seketika, melainkan harus didahului dengan shalat sunnah dan shalawat. Berikut adalah langkah-langkahnya:

  1. Melaksanakan shalat sunnah dua rakaat seperti shalat sunnah pada umumnya, dengan membaca surat Al-Ikhlas setelah membaca surat Al-Fatihah di rakaat pertama dan kedua.
  2. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw sebanyak 10 kali.
  3. Membaca doa tersebut, kemudian menyebutkan segala hajat-hajat yang diinginkan.

Kesimpulan

Dengan mengamalkan doa ini pada malam Isra' Mi'raj, umat Islam diharapkan dapat merasakan keistimewaan besar yang terkandung dalam doa tersebut. Selain memohon pemenuhan hajat, doa ini juga diyakini dapat melapangkan urusan dan menghidupkan hati ketika hati sudah mulai mati.

Dengan demikian, manfaatkanlah momentum malam Isra' Mi'raj ini dengan membaca doa tersebut dengan ikhlas dan penuh keyakinan kepada Allah SWT.


8 Hikmah Mendalam di Balik Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad

PPRU 1 Hikmah | Memasuki akhir bulan Rajab, umat Islam memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj yang jatuh pada tanggal 8 Februari 2024. Peristiwa ini mengandung beragam hikmah yang mendalam, relevan untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah 8 hikmah penting yang dapat dipetik dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad:

Bersikap Tawadhu

Peristiwa Isra' Mi’raj mengajarkan pentingnya sikap tawadhu. Dalam ayat pertama surat Al-Isra’, Nabi Muhammad disebut sebagai 'abdun, yang berarti hamba. Keputusan Nabi untuk memilih menjadi hamba Allah menegaskan bahwa status kehambaan memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah.

Pembekalan Dakwah

Isra’ Mi’raj menjadi pembekalan penting bagi Nabi Muhammad dalam menempuh perjalanan dakwahnya. Melalui berbagai ujian dan kesedihan yang dialaminya, Nabi Muhammad diberi kekuatan dan keteguhan hati untuk menyampaikan risalah Allah.

Menegakkan Kebenaran

Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan pentingnya teguh dalam menyampaikan kebenaran, meskipun dihadapi dengan penolakan dan ejekan. Nabi Muhammad memberikan contoh bahwa kebenaran harus disampaikan dengan terus terang, tanpa kompromi.

Menerima Pendapat Orang Lain

Isra’ Mi’raj juga mengajarkan pentingnya menerima pendapat dan masukan dari orang lain, tanpa memandang usia, pangkat, atau pendidikan formal. Kebersediaan Nabi Muhammad untuk menjadi imam bagi nabi-nabi terdahulu menunjukkan sikap tunduk dan menghargai kebenaran dari siapa pun.

Menghargai Keistimewaan Tempat Ibadah

Perjalanan Isra’ menggambarkan keistimewaan Masjidil Aqsa, yang menjadi tempat tujuan Nabi sebelum naik ke Sidratul Muntaha. Hal ini mengingatkan umat Islam akan pentingnya menghargai dan merawat tempat-tempat ibadah.

Memilih Makanan yang Suci

Nabi Muhammad mengajarkan pentingnya mengonsumsi makanan yang baik dan halal. Ketika diberi pilihan antara air susu dan khamr, Nabi memilih susu sebagai isyarat bahwa Islam adalah agama yang suci dan bersih.

Kedudukan Penting Shalat

Peristiwa Isra' Mi’raj menegaskan pentingnya menjaga shalat. Malam Isra' Mi’raj merupakan waktu disyariatkannya shalat lima waktu secara langsung, menunjukkan kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam.

Pemantapan Keyakinan

Isra’ Mi’raj memantapkan keyakinan Nabi Muhammad atas ajaran Islam. Melalui pengalaman langsung yang diberikan Allah, Nabi Muhammad mencapai tingkat keimanan yang lebih kuat.

Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad merupakan momen penting yang penuh hikmah bagi umat Islam. Semoga pemahaman atas hikmah-hikmah ini dapat menginspirasi kita untuk menjalani kehidupan dengan penuh keteguhan iman dan kepatuhan kepada ajaran Allah.

Proses Musyawarah dalam Pemilihan Khalifah Memahami Kedewasaan Musyawarah dalam Sejarah Islam

PPRU 1 Hikmah | Dalam memahami sejarah kepemimpinan Islam, salah satu peristiwa penting yang memunculkan konsep musyawarah adalah pemilihan Khalifah pasca wafatnya Nabi Muhammad. Artikel ini akan membahas dengan mendalam proses musyawarah tersebut, khususnya fokus pada peran Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pemimpin yang dipilih secara damai. Selain itu, artikel ini juga akan membahas konsep musyawarah dalam Islam dan relevansinya untuk umat modern.

Proses Musyawarah dalam Pemilihan Khalifah

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, umat Islam dihadapkan pada tugas menentukan pemimpin baru. Prinsip musyawarah dan ukhuwah Islamiyah menjadi pedoman utama dalam memilih Khalifah. Artikel ini mengulas bagaimana perselisihan awal di antara sahabat Anshar dan Muhajirin akhirnya diatasi melalui proses musyawarah mufakat yang menjadikan Abu Bakar sebagai Khalifah.

Kedewasaan Musyawarah

Proses perdebatan yang terjadi mencerminkan kedewasaan dalam melibatkan umat dalam pengambilan keputusan. Konsep keterbukaan, keadilan, dan kesepakatan bersama menjadi landasan utama dalam musyawarah. Artikel ini menyoroti bagaimana pemilihan Khalifah melalui musyawarah menciptakan pemimpin yang diterima secara luas oleh umat Islam.

Pidato Abu Bakar Ash-Shiddiq

Pentingnya pidato Abu Bakar dalam menyejukkan perdebatan menjadi sorotan utama. Artikel ini menguraikan substansi pidato Abu Bakar yang mencerminkan kesederhanaan, keadilan, dan ketaatan kepada Allah. Pidato ini tidak hanya mengakhiri perdebatan, tetapi juga mengilustrasikan kepemimpinan yang bersifat penuh tanggung jawab dan mengedepankan kepentingan umat.

Konsep Musyawarah dalam Islam

Artikel ini menyoroti konsep musyawarah dalam Islam, di mana keputusan strategis seperti pemilihan Khalifah didasarkan pada musyawarah atau kesepakatan umat. Konsep syura sebagai metode penting dalam pengambilan keputusan umat Islam menjadi relevan untuk dipahami dan diterapkan dalam konteks modern.

Relevansi Konsep Musyawarah untuk Umat Modern

Penekanan pada konsep musyawarah dan ukhuwah Islamiyah dalam artikel ini diakhiri dengan pembahasan relevansinya untuk umat modern. Inspirasi dari sejarah Islam dapat memberikan panduan bagi blogger dan website untuk menggali dan mengaplikasikan prinsip-prinsip musyawarah dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.

Selasa, 06 Februari 2024

Hukum Berhubungan Badan Saat Qadha Puasa Ramadhan

 

PPRU 1 Fiqh | Artikel membahas masalah berhubungan badan antara suami istri saat melakukan puasa qadha Ramadan dan apakah wajib membayar kafarat. Menurut Imam Nawawi, jika pasangan suami istri berhubungan badan selama berpuasa di luar bulan Ramadan, seperti puasa qadha, tidak ada kewajiban membayar kafarat. Hal ini berbeda dengan puasa Ramadan, di mana berhubungan badan memerlukan membayar denda.

Pernyataan Imam Nawawi didukung oleh kesepakatan para ulama. Alasannya adalah bahwa suci waktu saat berpuasa qadha tidak sama dengan saat Ramadan. Oleh karena itu, individu yang sengaja berhubungan badan saat melakukan puasa qadha hanya diwajibkan mengganti puasanya pada hari lain tanpa harus membayar kafarat.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun kafarat tidak wajib saat berhubungan badan selama puasa qadha, tindakan tersebut tetap membatalkan puasa, sebagaimana dijelaskan oleh Sheikh Zakariya al-Anshari. Individu diharuskan mengganti puasa yang batal tersebut pada hari lain.

Secara ringkas, berhubungan badan selama puasa qadha tidak menimbulkan kewajiban membayar kafarat, tetapi membatalkan puasa, dan individu tersebut harus mengganti puasanya pada hari lain.


Senin, 05 Februari 2024

Tafsir Al-Hadid Ayat 7: Pendapatan Negara dan Kesejahteraan Sosial

 

PPRU 1 Fiqh | Artikel ini membahas tafsir ayat 7 dari surah Al-Hadid yang menyoroti pendapatan negara dan kesejahteraan sosial dalam perspektif Islam. Tafsir ayat tersebut dijelaskan dengan mengutip pendapat beberapa ulama terkemuka.

Peran Negara dalam Islam

  • Menurut Syekh Wahbah Zuhaili, salah satu tugas terpenting negara dalam Islam adalah mewujudkan kesejahteraan sosial yang merata melalui program dan kebijakan yang pro-rakyat.
  • Fungsi utama negara adalah mendorong perilaku baik, mengambil tindakan positif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan menciptakan kesejahteraan dalam semua aspek kehidupan.

Ayat Al-Hadid Ayat 7

  • Ayat ini menekankan pentingnya pengelolaan harta sebagai amanah dari Allah.
  • Menyumbangkan sebagian harta di jalan Allah merupakan perintah, dan harta dalam konteks ini tidak hanya materi, melainkan juga pengetahuan dan keterampilan.

Definisi Harta dan Infak

  • Tafsir Marah Labib Syekh Nawawi Banten menyatakan bahwa esensi ayat ini memerintahkan individu yang beriman untuk menyumbangkan atau menginfakkan harta mereka di jalan Allah.
  • Harta dalam konteks ini mencakup aspek yang lebih luas, seperti pengetahuan dan keterampilan.

Pentingnya Berbagi Harta

  • Allah menganjurkan umat Islam untuk beramal dengan sebagian harta yang Dia titipkan kepada mereka.
  • Harta tersebut bukan milik sepenuhnya, melainkan amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan untuk kebaikan.

Hukum Berinfak dan Infaq

  • Allah melarang manusia untuk kikir dengan hartanya dan mengajurkan berbagi harta dengan orang yang membutuhkan.
  • Orang yang beriman dan gemar berinfak akan mendapatkan pahala yang besar, bahkan tak terkira oleh pikiran manusia.

Ayat Al-Hadid ayat 7 menegaskan bahwa kesejahteraan sosial merupakan amanat bagi umat Islam. Pengelolaan harta sebagai amanah Allah harus dijalankan dengan bertanggung jawab, dan berinfak di jalan Allah adalah bentuk implementasi dari perintah tersebut. Artikel ini mencermati pandangan beberapa ulama terkemuka terkait tafsir ayat tersebut.

Sumber

Artikel ini merujuk pada tafsir ulama terkemuka seperti Syekh Wahbah Zuhaili, Syekh Nawawi Banten, dan Syekh Syamsuddin al-Qurthubi.

Minggu, 04 Februari 2024

Dua Jenis Debat yang Dilarang dalam Islam

 

PPRU 1 Fiqh | Aktivitas perdebatan adalah hal lumrah di antara manusia, memungkinkan mereka menyampaikan argumen dan mempertahankan pendapat. Meski pada dasarnya positif, dalam Islam ada dua jenis debat yang dilarang. Artikel ini membahas jenis-jenis debat tersebut dan berikut adalah jenis-jenis debat tersebut:

Perdebatan dalam Islam

  • Perdebatan dianggap normal dan dapat melatih keteguhan pendirian, cara berpikir, dan penyampaian argumen yang sistematis.
  • Peradaban Islam mewariskan keilmuan melalui diskusi kritis dan perdebatan.

Debat Negatif dalam Peradaban Islam

  • Muncul pada masa tabiin, terutama ketika keluarga Baramikah memberi jabatan wazir oleh Harun Arrasyid.
  • Baramikah memfasilitasi penerjemahan buku filsafat ke bahasa Arab, memicu munculnya debat dan adu argumentasi sebagai seni yang digandrungi.

Pro-Kontra Terhadap Debat

  • Pro-kontra muncul di kalangan ulama, dengan beberapa menganggap debat negatif, sementara yang lain mengakui debat yang sopan dan benar sebagai hal positif.

Pendapat Ulama tentang Debat

  • Ibnu Rajab Al-Hanbali: Menilai perdebatan tentang halal-haram di kalangan fuqaha Irak sebagai negatif karena memperluas perdebatan.
  • Ibnu Hazm: Mengakui debat yang dilaksanakan dengan cara yang sopan dan benar sebagai hal positif.
  • Al-Khatib Al-Baghdadi: Memastikan bahwa debat yang dianjurkan dan yang dilarang memiliki perbedaan jenis.

Jenis Debat yang Dilarang

  • Debat tanpa Ilmu: Berdebat tanpa dasar ilmu pengetahuan dianggap negatif, sesuai dengan ayat Al-Isra ayat 36.
  • Debat setelah Menemukan Fakta: Berdebat pasca menemukan fakta valid namun tetap membela kebatilan, dianggap sebagai debat yang tidak direkomendasikan dan dilarang dalam Islam.

Penutup

Perdebatan yang dilakukan secara sopan dan berdasarkan ilmu pengetahuan dianggap positif dalam Islam. Namun, dua jenis debat yang dilarang adalah berdebat tanpa ilmu dan berdebat untuk membela kebatilan setelah menemukan fakta.

Sabtu, 03 Februari 2024

Cara agar Tobat dari Prostitusi Diterima oleh Allah

 

PPRU 1 Fiqh | Artikel ini membahas pertanyaan umum dari masyarakat tentang apakah dosa prostitusi di masa muda dapat diampuni oleh Allah melalui tobat yang sungguh-sungguh. Berdasarkan pandangan agama Islam, penulis memberikan panduan mengenai syarat tobat yang diterima oleh Allah. Berikut adalah cara-caranya:

Tobat Menurut KH Sjafi'i Hadzami

  • Dosa pelaku zina akan diampuni oleh Allah jika ia bertobat dengan sungguh-sungguh.
  • Tidak perlu menyerahkan diri kepada pihak berwenang, dan sunah untuk menyembunyikan tindakan tersebut sambil bertobat kepada Allah.

Hadits tentang Tobat dari Zina

  • Hadits dari Anas bin Malik menceritakan seorang sahabat, Ma'iz, yang mengakui perbuatan zina kepada Nabi Muhammad.
  • Nabi Muhammad menolak hukuman had dan memerintahkan Ma'iz untuk bertobat kepada Allah dengan sungguh-sungguh.

Rukun Tobat Nasuha Menurut Imam Al-Ghazali

  • Tobat nasuha memiliki empat rukun: mengetahui dosa, bertekad tak mengulanginya, meninggalkannya, dan menyesalinya.
  • Penjelasan Imam Al-Ghazali bahwa tobat nasuha adalah kunci pengampunan dosa besar seperti zina.

Syarat Tobat Menurut Imam Qusyairy

  • Menyesali perbuatan dosa, meninggalkannya, dan berkomitmen untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.
  • Imam Qusyairy menyebutkan bahwa ketiga syarat tersebut harus dipenuhi agar tobat dianggap sah.

Penutup

Seorang yang pernah terlibat dalam dosa besar, seperti prostitusi, dapat diampuni oleh Allah melalui tobat yang sungguh-sungguh. Tobat nasuha dengan memenuhi syarat-syaratnya adalah kunci diterimanya tobat oleh Allah. Islam mengajarkan pengampunan dan kesempatan untuk memperbaiki diri.

 

Jumat, 02 Februari 2024

Membuka Aib Calon Pejabat: Antara Kampanye Negatif dan Etika Islam

PPRU 1 Fiqh | Dalam menghadapi tahun politik, fenomena kampanye negatif oleh calon pejabat publik menjadi perhatian serius. Artikel ini akan membahas dilema antara kebutuhan menginformasikan sifat buruk calon pejabat dan etika Islam yang melarang perbuatan ghibah.

Ghibah dan Kampanye Negatif

Ghibah, atau membuka aib seseorang di belakangnya, diharamkan oleh Islam. Namun, dalam konteks kampanye politik, pertanyaan muncul apakah kampanye negatif yang mengungkap keburukan calon pejabat dapat dibenarkan.

Kriteria Membuka Aib

Nasihat dan Peringatan

  1. Ghibah diizinkan jika tujuannya adalah memberikan nasihat dan peringatan kepada masyarakat terhadap keburukan calon pejabat.
  2. Contoh: Rasulullah memberikan nasihat kepada Fatimah tentang calon suaminya.

Relevansi dengan Kapasitas Publik

  1. Informasi yang dibuka harus relevan dengan kapasitas calon sebagai pejabat publik.
  2. Contoh: Membeberkan kinerja buruk, kasus korupsi, atau kebijakan merugikan masyarakat.

Kebenaran yang Pasti

  1. Kampanye negatif hanya dibenarkan jika informasinya benar dan pasti.
  2. Contoh: Tidak menyebarkan kabar burung atau informasi simpang siur.

Dilema dan Kemaslahatan

Artikel mencermati dilema antara larangan ghibah dan kemaslahatan informasi. Meskipun membuka aib diharamkan, masyarakat perlu mengetahui keburukan calon pejabat untuk membuat keputusan yang tepat.

Penutup

Sebagai rangkuman, artikel menegaskan bahwa kampanye negatif dapat dibenarkan dalam Islam jika memenuhi kriteria nasihat, relevansi, dan kebenaran. Namun, perlu hati-hati agar tidak terjerumus ke dalam ghibah yang diharamkan.

Sumber

Artikel ini merujuk pada Keputusan Bahtsul Masail Kubro ke-5 Pondok Pesantren Attaujieh Al-Islamy Banyumas, 13-15 Oktober 2023, dan memberikan perspektif Islam terkait kampanye negatif.

 

Kamis, 01 Februari 2024

Perdebatan Ulama Mazhab Empat: Apakah Syahadat Termasuk Rukun Khutbah Jumat?

 

PPRU 1 Fiqh | Khutbah Jumat menjadi bagian penting dalam ibadah umat Islam, tetapi terdapat perbedaan pandangan di antara ulama mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali) mengenai apakah syahadat termasuk rukun khutbah Jumat. Artikel ini akan membahas perbedaan pandangan tersebut dan mencari pemahaman yang holistik terhadap isu ini.

Perbedaan Pandangan Mazhab

Hanafi:

  1. Khutbah Jumat memiliki satu rukun, yaitu dzikir yang mencakup dzikir yang sedikit atau banyak.
  2. Tidak menyebutkan syahadat sebagai rukun khutbah Jumat.

Maliki:

  1. Khutbah Jumat memiliki satu rukun, yaitu peringatan atau kabar gembira.
  2. Tidak menyebutkan syahadat sebagai rukun khutbah Jumat.

Syafi'i:

  1. Khutbah Jumat memiliki lima rukun, termasuk syahadat dalam kedua khutbah.
  2. Rukun lainnya mencakup hamdalah, shalawat, membaca satu ayat Al-Quran, dan wasiat takut kepada Allah.

Hanbali:

  1. Khutbah Jumat memiliki empat rukun, termasuk hamdalah, shalawat, membaca satu ayat Al-Quran, dan wasiat takut kepada Allah.
  2. Tidak menyebutkan syahadat sebagai rukun khutbah Jumat.

Konklusi

Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa syahadat adalah rukun khutbah Jumat. Meskipun terdapat hadits yang menyebutkan bahwa setiap khutbah tanpa syahadat bagaikan tangan yang terputus, ulama menjelaskan bahwa hadits tersebut lebih menekankan pada keutamaan daripada keabsahan khutbah Jumat.

Pentingnya Pemahaman Holistik

Artikel ini mencoba memberikan pemahaman holistik tentang isu ini dengan merangkum pandangan ulama dari empat mazhab. Penting bagi umat Islam untuk memahami perbedaan pandangan ini dan tetap menjalankan khutbah Jumat sesuai dengan keyakinan mazhabnya masing-masing.

Penutup

Dengan menggali perbedaan pandangan ulama mazhab empat, kita dapat lebih memahami keragaman dalam ibadah Islam. Semoga artikel ini membantu pembaca untuk memahami konteks dan relevansi syahadat dalam khutbah Jumat sesuai dengan pemahaman mazhab masing-masing.

Jumat, 26 Januari 2024

Cara Efektif Mendidik Anak Menurut Imam Al-Ghazali: Merintis Jalan Menuju Kebaikan

PPRU 1 Tips | Pendidikan anak dalam Islam tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga melibatkan pembentukan karakter dan moral. Imam Al-Ghazali, melalui Kitab Ihya Ulumiddin, mengajarkan bahwa anak merupakan amanah dari Allah bagi kedua orang tua. Hati mereka seperti kertas kosong yang siap menerima coretan kehidupan. Oleh karena itu, peran orang tua dan lingkungan sekitar sangat penting dalam membentuk jiwa anak.

Mengenali Jiwa Anak sebagai Amanah Ilahi

Imam Al-Ghazali dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan anak merupakan masalah paling penting dan urgen. Hati anak-anak adalah suci, mutiara berharga yang belum terukir oleh dunia. Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk mengarahkan anak-anak mereka ke jalan kebaikan.

Dalam pemahaman Imam Al-Ghazali, dua model pendekatan penting dalam mendidik anak adalah melalui pembiasaan kebaikan dan penanaman nilai-nilai positif. Kedua aspek ini bekerja bersama untuk membentuk karakter anak secara menyeluruh.

Pembiasaan Kebaikan dalam Hidup Sehari-hari

Pembiasaan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari menciptakan kebiasaan positif dalam perilaku anak. Dengan memberikan contoh perbuatan baik secara konsisten, orang tua membantu anak membentuk kebiasaan yang baik dan positif. Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat di lingkungan sekitar mereka.

Penanaman Nilai-nilai Kebaikan

Selain pembiasaan, penanaman nilai-nilai kebaikan juga sangat penting. Ini melibatkan pemahaman dan pengajaran tentang konsep-konsep moral, etika, dan spiritualitas kepada anak-anak. Dengan memberikan pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai ini, orang tua memberikan dasar yang kokoh bagi perkembangan jiwa anak.

Tanggung Jawab Orang Tua

Imam Al-Ghazali menekankan bahwa orang tua tidak hanya memiliki tanggung jawab dalam memberikan nafkah fisik, tetapi juga memikul tanggung jawab mendidik karakter anak. Orang tua akan mendapat pahala ketika mendidik anak dengan baik, tetapi juga akan memikul dosa besar jika mereka mengabaikan pertumbuhan anak tanpa bimbingan yang baik.

Allah SWT juga menegaskan tanggung jawab besar orang tua dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6, "Wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."

Kesimpulan

Dengan memahami ajaran Imam Al-Ghazali tentang pendidikan anak, kita dapat merintis jalan menuju kebaikan dalam mendidik generasi penerus. Pembiasaan kebaikan dan penanaman nilai-nilai positif menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter anak. Orang tua, sebagai pemimpin dalam perjalanan pendidikan anak, memiliki peran besar dalam membentuk jiwa yang bertakwa dan bermoral.

Dengan demikian, membimbing anak-anak menuju kebaikan adalah langkah awal dalam membangun masyarakat yang berakhlak dan penuh kasih sayang.

 

Kamis, 25 Januari 2024

Ini Dia Perempuan-perempuan yang Tidak Boleh Dilamar

PPRU 1 Fiqh | Syariat menetapkan bahwa semua perempuan yang boleh dinikahi, maka boleh dilamar. Sebaliknya, perempuan yang tidak boleh dinikahi, tidak boleh dilamar. Namun, perlu diingat bahwa larangan melamar ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat permanen.

Larangan Bersifat Permanen: Mahram Muabbad dan Muaqqat

Larangan yang bersifat permanen disebabkan oleh hubungan mahram muabbad, seperti seorang laki-laki dengan saudara perempuannya. Sedangkan larangan melamar sementara antara lain disebabkan hubungan mahram muaqqat, seperti adik ipar dan perempuan yang berstatus istri orang lain.

Hikmah di Balik Larangan Melamar

Hikmah di balik larangan melamar perempuan yang berstatus mahram, baik muabbad maupun muaqqat, begitu juga larangan melamar perempuan yang masih dalam masa iddah atau perempuan yang sudah dilamar orang lain, antara lain karena berpotensi timbulnya kekacauan garis keturunan, perselisihan, dan konflik sosial lainnya.

Larangan Sementara: Masa Iddah

Adapun larangan melamar sementara adalah melamar perempuan yang sedang menjalani masa iddah dari suami sebelumnya. Para ulama sepakat melarang khitbah dengan ungkapan sharih (jelas) kepada perempuan yang sedang menjalani masa iddah, baik iddah wafat, iddah talak raj‘i, maupun iddah talak bain.

Ungkapan Sharih dan Kinayah

Maksud ungkapan sharih adalah ungkapan jelas dan terang-terangan menyatakan keinginan menikah. Di antara alasan di balik larangan atau pengharaman melamar perempuan beriddah dengan ungkapan sharih adalah adanya kemungkinan si perempuan berbohong tentang berakhirnya masa iddah, di samping adanya pelanggaran hak dari laki-laki yang menalaknya.

Dalam hal ini, syariat juga memperbolehkan ungkapan kinayah, yaitu sindiran atau ungkapan tidak langsung namun menyimpan tujuan tertentu. Namun, hal ini diharamkan selama masa iddah raj‘i.

Larangan Melamar Perempuan yang Sudah Dilamar Lain

Termasuk larangan sementara adalah melamar seorang perempuan yang sudah dilamar laki-laki lain. Dikecualikan lamaran sebelumnya tidak diterima atau diizinkan pelamar pertama.

Simpulan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:

- Syariat menetapkan haram menikahi atau melamar perempuan yang berstatus mahram muabbad.

- Syariat juga menetapkan haram menikahi atau melamar perempuan bersuami atau perempuan yang masih dalam masa iddah talak raj’i.

- Keharaman menikahi dan melamar perempuan beriddah raj’i bersifat sementara hingga masa iddahnya habis.

- Semua perempuan yang sedang menjalani masa iddah, baik iddah wafat, iddah raj’i, maupun iddah bain, haram dilamar dengan ungkapan sharih atau ungkapan terang-terangan.

- Perempuan beriddah talak raj’i haram dilamar, baik dengan ungkapan sharih maupun dengan ungkapan kinayah.

- Sementara perempuan yang ditinggal wafat dan perempuan dalam iddah talak bain kubra tidak haram diajak menikah atau dilamar dengan ungkapan kinayah.

- Termasuk yang haram dilakukan adalah melamar perempuan yang sudah dilamar orang lain. Dikecualikan lamaran sebelumnya tidak diterima atau diizinkan pelamar pertama.

Hikmah di balik larangan menikah atau melamar perempuan mahram muabbad, perempuan bersuami, atau perempuan dalam masa iddah antara lain berpotensi timbulnya kekacauan garis keturunan, perselisihan, dan konflik sosial. Wallahu a’lam.

Rabu, 24 Januari 2024

Ini Dia 9 Ulama Terkemuka Asal Palestina

PPRU 1 News |  Palestina dikenal dengan buminya para nabi dan melahirkan para ulama besar dalam Islam yang karya-karyanya hingga saat ini terus dipelajari, dibaca, dan didiskusikan oleh banyak orang. Tentunya wilayah Palestina saat ini memiliki nama-nama yang beda sebelum lahirnya negara bangsa. Misalnya wilayah Palestina di zaman Nabi Ibrahim as dan setelahnya dinamakan Syam.

Sedangkan pada wilayah-wilayah tersebut populer juga dengan sebutan Damaskus di era dinasti Umayyah dan setelahnya, sehingga nama Palestina belum populer seperti sekarang. Berikut ini para ulama yang berasal dari Palestina

1. Imam Syafi'i

   - Lahir di Ghaza, Palestina.

   - Salah satu ilmu yang dikuasai adalah ilmu syair.

2. Ibnu Qudamah

   - Lahir di Nablus, Palestina.

   - Pemimpin dan pembesar Mazhab Hanbali.

   - Karyanya al-Mughni menjadi pedoman dalam mazhab tersebut.

3. Ibnu Ruslan

   - Lahir di Ramallah, Palestina.

   - Ulama besar Mazhab Syafi'i.

   - Karya-karya meliputi Syarh Sunan Abi Dawud, Shafwah Zubad fi Matan Zubad, dan syarah-syarah terhadap kitab hadits lainnya.

4. Ibnu Muflih

   - Lahir di Ramin, Tepi Barat Palestina.

   - Ahli fikih Mazhab Hanbali.

   - Karya-karya termasuk Syarhul Muqni fi Fiqhil Hanbali, Mirqatul Wushul ila ‘Ilmil Ushul, dan al-Maqshad al-Arsyad fi Tarjamah Ashahb al-Imam Ahmad.

5. Ibnu Washif al-Ghazzi

   - Ahli hadits dan fikih Mazhab Maliki.

   - Guru-gurunya termasuk al-Hasan bin al-Faraj al-Ghazi, Muhammad bin al-Hasan bin Qatibah al-‘Asqalani.

6. Zainuddin Yahya bin ‘Alwi al-Hadhrami al-Andalusi

   - Menghabiskan sisa hidupnya di Gaza.

   - Ahli qiraat, ahli bahasa, sastra, dan ahli hadits.

   - Sering melakukan kunjungan ke berbagai negara untuk bertemu para ulama.

7. Syamsuddin Muhammad bin Khalaf al-Ghazi

   - Ahli sejarah dan fikih Mazhab Syafi'i.

   - Karya-karya termasuk Diwanul islam, Tarikh Mukhtashar lil ‘Ulama wal Muluk wa Ghayrihim, Lathaiful Minnah fi Fawaid Khidmatis Sunnah, Tasynifus Sami’ bi Rijalil Jam'il Jawami’, dan lain-lain.

8. Syamsuddin bin al-Ghazi

   - Ahli sejarah dan fikih Mazhab Syafi'i.

   - Mufti syafi’iyyah di Damaskus.

   - Karya-karya termasuk Diwanul islam, Tarikh Mukhtashar lil ‘Ulama wal Muluk wa Ghayrihim, Lathaiful Minnah fi Fawaid Khidmatis Sunnah, Tasynifus Sami’ bi Rijalil Jam'il Jawami’, dan lain-lain.

9. Najmuddin Muhammad bin Muhammad al-Ghazi

   - Ahli sejarah.

   - Karya monumental berjudul al-Kawakib as-Sairah bi A’yan al-Mi`ah al-‘Asyirah.

   - Lahir di Gaza dan wafat di Damaskus.

Demikianlah beberapa ulama besar Islam yang lahir di tanah Palestina. Semua mereka memiliki kontribusi besar dalam pemikiran dan ilmu pengetahuan Islam, dan karya-karyanya masih terus dipelajari hingga saat ini.

 

Selasa, 23 Januari 2024

Ini Dia Para Nabi yang Dimakamkan di Masjidil Aqsa


PPRU 1 Knowledge | Masjidil Aqsa, dengan megah berdiri di tanah suci Palestina, tidak sekadar menjadi pusat ibadah umat Islam. Lebih dari sekadar sebuah bangunan berdinding batu, masjid ini merangkum dalam sejarahnya kekayaan spiritual dan keagungan Islam yang memancar dari setiap sudutnya. Dibangun pertama kali oleh Nabi Adam, kemudian disempurnakan oleh tangan-tangan ahli warisnya, Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, Masjidil Aqsa menjadi saksi bisu sepanjang perjalanan ilahi peradaban Islam.

Seiring berjalannya waktu, masjid ini bukan hanya menjadi tempat ibadah. Ia juga menyimpan berbagai catatan sejarah monumental, menjadi saksi peristiwa-peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam. Salah satu momen terpenting adalah peristiwa Isra dan Mi'raj, di mana Nabi Muhammad diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa pada malam yang penuh berkah. Catatan ini terpatri dalam Al-Qur'an, menegaskan kebesaran dan keajaiban yang tak terbandingkan dari kekuatan Ilahi.

Sebagai kiblat awal umat Islam, Masjidil Aqsa membawa nilai pahala dan keutamaan yang tak ternilai bagi setiap individu yang memanjatkan doa dan beribadah di dalamnya. Keberadaannya yang dirahmati menciptakan ikatan spiritual yang mendalam antara umat Islam dan tanah Palestina. Ia adalah tempat yang mendapat ziarah dari hati-hati yang merindukan kedamaian dan harapan, di tengah gejolak zaman.

Palestina, dengan keutamaan Masjidil Aqsa sebagai pusatnya, tidak hanya mencatat peristiwa-peristiwa suci dalam perjalanan kenabian. Ini juga menjadi tempat peristirahatan beberapa nabi terkemuka, termasuk Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya'qub. Imam Ibnu Katsir menegaskan bahwa makam-makam ini berada di kota Hebron atau al-Khalil, sebuah kota yang kaya akan sejarah dan makna di Palestina. Di sinilah warisan spiritual Islam terukir dalam batu dan lahan yang subur.

Namun, keberkahannya tidak hanya terbatas pada nabi-nabi besar. Palestina juga menjadi tempat peristirahatan beberapa sahabat Nabi, seperti Ubadah bin Shamit dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Mereka, dengan setia, membantu menyebarkan cahaya Islam di penjuru dunia.

Artikel ini tidak hanya sekadar mengulik nilai-nilai sejarah dan kebesaran spiritual Masjidil Aqsa dan Palestina. Lebih dari itu, kita berusaha merenung lebih dalam, menggali keberkahan yang teramat dalam yang tertanam dalam setiap hembusan angin di sana. Palestina, yang memeluk erat Masjidil Aqsa dan segala keindahan alamnya, memiliki makna spiritual yang melampaui batas kata dan angka.

Mengenali kekayaan spiritual ini bukan sekadar sebagai refleksi dari masa lalu. Ia adalah panggilan untuk memahami dan menghargai setiap kisah, setiap doa, dan setiap jejak yang tertanam dalam tanah ini. Melalui artikel ini, kami mengajak pembaca untuk meresapi keagungan Masjidil Aqsa dan merenungkan setiap sisi spiritual Palestina yang membentang di antara deretan bukit dan lembahnya.

Semoga artikel ini dapat membuka mata dan hati, membantu kita menggali dan menghargai keberkahan yang mungkin terlewatkan dalam keramaian sejarah dan kontroversi. Palestina, dengan keindahan alamnya dan kekayaan spiritualitasnya, tetap menjadi bagian tak tergantikan dari warisan Islam dan umat manusia.