Kamis, 10 Agustus 2023

Hilang Tiba-Tiba, Lalu Ada Kembali? Oleh: Al-Farisi

 

Pernahkah kalian kehilangan barang pribadi dan mencari-cari barang tersebut namun tidak kunjung bertemu?

Terkadang kita sampai memporak-porandakan tempat sekitar guna mencari barang itu. Parahnya lagi kita marah terhadap orang-orang sekitar dan menyangka mereka. Peristiwa seperti ini sering sekali terjadi dan terlebih lagi kita sebelumnya ingat betul di mana meletakkan barang itu. Bahkan banyak kejadian di sekitar kita entah kita sendiri atau orang lain yang mengalami hal tersebut. Barang lenyap secara misterius tanpa jejak, dan barang ini biasanya berupa kunci motor, pulpen, dan terkadang barang yang begitu penting seperti uang yang akan digunakan pada hari itu juga. “Perasaan tadi pulpen aku taro di sini, sekarang kok tidak ada, ya?”. Prasangka yang sering timbul dibenak kita.

Kalau kehilangan pacar itu beda lagi, perlu didiskusikan sambil ngopi dilain waktu. Nah, lalu setelahnya atau beberapa hari kemudian setelah mencari-cari, barang tersebut ada atau ditemukan tepat di mana kita ingat betul menyimpan barang tersebut, aneh sekali rasanya.

Disappearing Object Phenomenon (DOP) sebenarnya bisa terjadi akibat beberapa alasan.

Pertama karena kita yang lupa menaruh barang yang hilang, atau kemungkinan terjadi karena barang tersebut ada yang meminjamnya.

Kemudian bisa pula kita sebagai orang lokal Indonesia terkadang berpikir bahwa barang yang lenyap itu disembunyikan oleh makhluk halus (jin). Menurut studi, kejadian seperti ini dinamakan Disappearing Object Phenomenon (DOP).

Senin, 07 Agustus 2023

Menginspirasi! Gus Zamzami: Santri Itu Harus SIAP! Oleh: Muhammad Farhan

 

PPRU 1 News | Divisi Ubudiyah Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Putra mengundang Gus Muhammad Zamzami Mursyid untuk memberikan mauidzoh hasanah yang menjadi ganti dari kegiatan rutin Praktik Bimbingan Ibadah pada Senin, 6 Agustus 2023 di musala Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Putra.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Zamzami menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan santri. Mulai dari bahwa santri itu harus mempunyai cita-cita yang tinggi, memperbaik dan memperbagus tulisan, klasifikasi santri yang terbagi menjadi 3; santri sejati, santri gadungan dan santri yang sebenarnya bukan santri. Selain itu, beliau juga menyampaikan pentingnya memilih teman dan sabar dalam menghadapi kehidupan di pondok.

Dalam acara rutinan yang diadakan pada setiap bulan tersebut, Gus Zamzami juga memberikan mauidzoh bahwa santri itu harus SIAP yang lantas beliau jabarkan tentang apa yang dimaksud dari SIAP tersebut.

“Maksudnya S itu adalah sopan santun. Jadi, santri itu harus ber-akhlaqulkarimah,” ucap Beliau dalam mengawali singakatan huruf perhuruf dari SIAP.

Sedangkan maksud dari I itu adalah integritas; shiddiq. Santri itu harus integritas. Salah satu contoh yang beliau paparkan adalah bahwa ketika santri membaca ikrar maka cara untuk mewujudkan keintegritasan tersebut adalah dengan melakukan apa yang tertera pada ikrar santri yang dibaca tersebut. “Jadi integritas itu adalah melakukan apa yang di ucapkan,” lanjut beliau dalam memaparkan maksud dari huruf I.

“A-nya adalah akuntabel. Bahasa Arabnya itu amanah,” sedangkan dalam bagian ini, beliau memaparkan contoh bahwa untuk mempunyai sifat amanah, dalam ruang lingkup santri, adalah dengan mengikuti kegiatan yang ada. “Kalau kalian diberi tanggung jawab, laksanakan!” ucap beliau dalam merumuskan maksud dari singkatan yang ke-3 tersebut.

Sedangkan kepanjangan dari yang P adalah profesional yang kemudian beliau kaitkan dengan klasifikasi 3 santri di atas. “Untuk menjadi profesional, kalau mempunyai pendapat, sampaikan! Asalkan tidak ngawur!”

“Jangan mengandalkan barakah kalau tidak punya ilmu! Tetapi jangan hanya mempunyai ilmu tanpa barakah! Kalau pintar, harus juga diimbangi dengan sopan santun.” pungkas beliau yang kemudian diikuti dengan salam penutup.


Jumat, 27 Januari 2023

Bukan Untukku (Puisi) - Oleh: Siti Sofia

 


Tawamu bersamaku

Jatuh bangunnya dirimu bersamaku

Keluh dan kesah mu bersamaku

Namun takdirmu bukan bersamaku

 

Hingga takdir mengantarkanmu dengan yang lain

Membuatku kecewa dengan takdir yang telah ditentukan

Namun kucoba mengikhlaskanmu dengan yang lain

Walau dengan hati yang perih tak tertahankan

Dan biarkan aku untuk menikmati senyummu dari kejauhan.


 

The Labyrinth (Resensi) - Oleh: Maátul Qonitatillah



Judul: The Labyrinth

Penulis: Syarifah Fatima Musawa

Penerbit: PT. Zamrud Khatulistiwa Media

Tahun: 2019

Tebal: 129 halaman

 

Pernah ngerasa nggak sih, berada di titik kegalauan tanpa sebab? Suatu kegalauan dan kegundahan yang berada pada diri kita adalah sebuah pilihan yang telah kita pilih sendiri untuk menyelimuti diri kita. Yang menjadikan kegundahan menjadi teman kita, kegalauan yang terkadang singgah pada diri kita, merupakan hal yang wajar seperti ketika kita mengingat-ingat kembali setiap detail kenangan menyedihkan yang pernah terjadi dan tanpa sadar menjadikan diri kita terlarut dalam lautan kesedihan.

Ketika terluka, sedih itu wajar, menangislah. Tapi setelah itu jangan pilih kesedihan. Sebab, kalau kamu pilihnya sedih, nanti akan muncul pertanyaan dalam diri kamu, bahwa “aku tidak pernah bahagia” atau “aku tidak tahu seperti apa kebahagiaan itu”. (hal 97)

Buku “The Labyrinth” ini dikelola dan disajikan kepada para pembacanya untuk lebih banyak lagi bermuhasabah (intropeksi diri). Sejatinya kebahagiaan dan kesedihan itu adalah pilihan dari kita sendiri. Suatu kebahagiaan tak pernah melangkah pergi, karena sesekali kebahagiaan mengunjungi diri kita lewat berbagai kejadian dalam hidup kita, akan tetapi seringkali dari kita tidak menyadarinya. Sebab, bagaimanapun jalan yang sering kita pilih adalah luka dibandingkan menyukuri segala pemberiannya, oleh karena itu, buku “The Labyrinth” ini hadir untuk menyadarkan kita semua tentang perihal tersebut.

Ada sebuah perkataan hikmah yang berbunyi sebagai berikut: “Kalau seorang hamba mengetahui apa yang terjadi di balik tabir takdir Allah SWT, maka dia tidak akan mengharap atau meminta apapun selain apa yang sudah ia memiliki. Kenapa? Karena Allah tahu yang terbaik untuk kita, meskipun yang terbaik itu tidak selalu kita sukai.

Terkadang Allah SWT tidak memberikan kita sesuatu yang kita inginkan, tapi memberikan sesuatu yang kita butuhkan, walau terkadang seringkali terjadi prasangka buruk (suudzon) pada diri kita terhadap Allah SWT. Sebagaimana di dalam hadist qudsi yang artinya: “Aku berada pada prasangka hamba-Ku, maka hendaknya ia berprasangka terhadap-Ku seperti apa yang dia inginkan”

Di dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana sikap yang harus kita ambil ketika kita berada di tengah-tengah lingkungan yang menilai kita “Sok Suci, sok syar’i, sok alim, dan sok sok yang lainya”. Dan ternyata sungguh menakjubkan bahwasanya Rasulullah SAW sudah pernah membahas perihal ini dari seribu empat ratus tahun yang lalu, saat agama kita mendapat cacian, hujatan, fitnah, dan lain-lain.

Mereka yang melakukan perbuatan tersebut terhadap agama Islam tak lain disebabkan karena mereka tidak tahu dan dangkalnya kepahaman mereka mengenai agam Islam. Dan alangkah baiknya kita, sebagai penganut agama Islam, sudi memberitahu dan membuat mereka mengerti dengan budi pekerti mulia yang penuh kasih saying, bukan dengan kata-kata yang semu.

Islam adalah agama yang indah, adil dan sama sekali tidak pernah menganjurkan umatnya untuk berburuk sangka pada sesama, bahkan kepada yang non-muslim sekalipun. Kita tetap diminta untuk berakhlak baik dan selalu berbaik sangka. Kalau bukan kita sendiri yang menerapkan apa yang telah diajarkan oleh agama kita, jangan salahkan orang lain ketika merek terus beranggapan buruk terhadap agama kita.

Buku “The labyrinth” adalah buku yang sangat pas dibaca ketika kita ingin memperbanyak merenungi diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Juga cocok dibaca oleh semua kalangan termasuk kalangan remaja, karena bahasanya yang ringan akan tetapi mengena di hati.

 


 






Minggu, 08 Januari 2023

Stop Bullying! - Oleh: Istiqlalia

 


Kita semua pasti sudah akrab dengan istilah bullying atau mungkin sudah ada juga yang pernah mengalaminya. Bullying adalah sebuah tindakan yang ditunjukkan untuk menghina, mempermalukan, dan mengintimidasi orang lain. Para pelaku bullying biasanya adalah mereka yang tidak menemukan atau mendapatkan bahagia di dalam dirinya karena suatu hal, hingga akhirnya mencari tempat meluapkan emosi.

Ada banyak jenis bullying, bisa menyakiti dalam bentuk fisik, seperti memukul, mendorong dan sebagainya. Dalam bentuk verbal bisa dengan menghina, membentak, dan menggunakan kata-kata kasar. Bullying bisa terjadi di manapun, baik di sekolah dan sebagainya, bahkan di pesantren pun juga ada. Dengan berbagai cara untuk mengintimidasi seseorang dengan menindas yang lemah, menindas yang lebih kecil maupun lebih besar, dan juga yang muda maupun yang tua.

Bullying itu sangat menyakitkan. Tiap hari direndahkan, di caci maki, di jelek-jelekan, dan di kucilkan, sehingga dapat menimbulkan trauma yang sangat menyakitkan serta menyerang mental dan psikis seseorang. Si pelaku bullying dengan bangga tertawa di atas kesedihan orang lain, dan malah bersenang-senang dengan bully-annya yang ia sebut sebagai hiburan.

Di kalangan pesantren, istilah bullying mungkin sudah tidak asing lagi. Santri baru di-bully oleh senior, atau santri biasa-biasa saja di-bully oleh yang luar biasa. Lalu, kita harus bagaimana jika menjadi korban bullying?

Pernah suatu ketika saya mendengar influencer muda, Sherly Annavita Rahmi, dimana dia menyampaikan apa yang dia pikirkan pada segmen “Pernah jadi pelaku atau korban bullying”. wanita berdarah aceh itu pernah menyampaikan solusi bagaimana cara menyikapi jika menjadi korban bullying; kalau bullying-nya sudah menyangkut kekerasan fisik, maka tentu solusinya adalah hindari si pelaku tadi.

Namun kalau bullying-nya hanya lewat gestur dan ucapan saja, maka tentu kita bisa menghadapi dengan hanya mengingatkan bahwa perbuatan itu adalah salah, atau bisa juga dengan mendiamkannya. Yang jelas, tidak perlu diambil hati ketika sedang dipermalukan atau diejek oleh seorang pem-bully, karena justru itulah yang mereka inginkan, mereka akan senang melihat kita terganggu atau tersinggung.

Baru-baru ini saya mendengar bahwa banyak di antara teman-teman pondok tidak kerasan karena menjadi korban bullying. Dari bullying ini kita bisa belajar bahwa mencari obat rasa sakit dan pengakuan dengan cara berlaku kasar, menghina dan meledek orang lain adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Kalau kita memang ingin mendapatkan kesembuhan hati, pengakuan, dan penghargaan dari orang lain, maka berusahalah menjadi pribadi yang bermanfaat dan hargai orang lain. Setuju kan, teman-teman?

So, mulai sekarang, STOP BULLYING!!!


Oleh: Istiqlalia

Alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1

Usaha Tidak Akan Mengkhianati Hasil - Oleh: Nurul Qomariyah

Di balik keberhasilan pasti ada usaha yang diistiqamahkan, seperti kata-kata yang sering kita dengar: “usaha tidak akan mengkhianati hasil.Seberapa besar kita berusaha, sebesar itulah kita mendapatkan hasilnya.

Mencari ilmu ternyata tidak semudah yang kita pikirkan, karena kita harus melewati banyak rintangan. Di balik keberhasilan seseorang juga pasti ada cerita yang tidak pernah kita sangka. Seperti sosok Munjidatus Sholihah, salah satu santriwati PPRU 1 Putri yang tiba-tiba sangat dikenal di pesantren karena mampu menyetor hafalan Tashrifan sekali duduk dengan lancar.

Bagaimanakah mulanya?

keinginan saya untuk mondok itu banyak rintangannya, terutama faktor ekonomi, karena memang saya terlahir dari keluarga yang pas-pasan. Alhamdulillah, sekarang saya bersyukur sekali karena sudah bisa mondok.” Baginya, mondok adalah suatu hal yang sangat membanggakan. Dulu ia juga pernah bersekolah Diniyah, mempelajari ilmu-ilmu agama seperti fiqih, kitab mutammimah, nahwu, ‘imrithi, menghafal tashrifan dan lain-lain.

Awal mula ia dapat dikenal oleh banyak santri adalah di mana saat pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, ia ditunjuk oleh guru pangampu untuk menerjemahkan sebuah teks berbahasa arab, ia pun dapat melakukannya dengan baik dan sangat lancar. “Kamu diniyah-nya kelas berapa?” Tanya Ning Anis, Sang guru pengampu. Ia menjawab kalau ia masih kelas 1 Ula. Karena dirasa sangat mampu, maka Ning Anis, yang juga merangkap sebagai guru diniyah pagi, berinisiatif untuk mengkonsultasikan Munjida agar naik ke kelas 3 Ula.

Beberapa hari kemudian, ia diminta untuk mempersiapkan tes lompat kelas setelah liburan, dengan syarat bahwa ia harus hafal tashrifan, faham fiqih juz 3 dan nahwu. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, hingga ia menggunakan waktu liburan dengan sangat produktif.

"Waktu setelah subuh saya gunakan untuk muthola'ah sampai jam 6 pagi hingga jam 9 pagi, diselingi dengan bersih-bersih rumah. Setelah itu, saya pergunakan waktu saya untuk berkumpul bersama keluarga. Barulah, setelah shalat dhuhur atau jika ada waktu luang, saya pergunakan waktu tersebut untuk bermain handphone. Saya menambah hafalan tashrifan setelah menunaikan shalat asar. Setelah itu, saya setorkan di waktu maghrib kepada kakak saya. Namun, Kakak tidak Ingin jika saya hanya menyetor satu bab saja, minimal lima bab."

Setelah diistikamahkan selama satu bulan penuh, ia mengaku mampu dan bisa menguasai persyaratan di atas. Namum belum sampai di situ, setelah melakukan tes, ternyata Munjida masih masuk di kelas 2 Ula. Hingga akhirnya, ketika jam pelajaran Ning Dzirwah, Munjida menyetorkan hafalan Tashrifan-nya dengan sangat lancar.

"Bagaimana jika kamu saya naikkan ke kelas tiga?" Dawuh Ning Dzirwah Menawarkan, oyang kemudian ia sanggupi. Sehingga, untuk kedua kalinya, ia pun melaksanakan tes. Namun, untuk tes kedua tersebut, ternyata tidak sesuai dengan apa yang ia ekspektasikan. Salah satunya adalah men-tashrif lafadz yang tidak ada pada tashrifan. Ia pun sempat berputus asa.

“Saya mengingat betul kejadian sebelum mondok dulu. Saya butuh uang untuk biaya sekolah dan, Ketika melihat wajah orang tua saya yang seperti kelelahan karena baru pulang bekerja, disertai jumlah uang yang menipis, saya sadar bahwa orang tua saya sudah semakin menua. Jadi, saya tidak boleh mengecewakan mereka. Saya selalu ingin terus berusaha agar bagaiamana caranya saya tidak menyia-nyiakan kerja keras kedua orang tua saya.

Kakaknya juga sempat berpesan agar ia bersungguh-sungguh dalam belajar, karena di antara keluarganya, hanya ia yang dapat melanjutkan sekolah formal. Jika tiba-tiba ia merasa putus asa, ia pun langsung teringat kepada keluarganya. Karena di situlah titik dimana semangatnya dapat kembali berkobar. Ia juga percaya bahwa usaha tidak akan menghianati hasil, di samping juga selalu berdoa agar apa yang ia usahakan selama ini dapat terbalas.

Beberapa hari kemudian, ia diberitahu bahwa ia lolos tes dan masuk kelas 3 A Ula. Lalu ia menceritakan hal tersebut kepada keluarganya ketika jam kunjungan. Ia bertekad agar apapun yang ia ceritakan kepada keluarganya adalah kebaikan dan kebahagiaan. Ia juga berpesan agar bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan jangan sampai terbersit bahwa kita tidak bisa. Yakin dan niatkan pada Allah, juga kedua orangtua kita bahwa kita pasti bisa.

Selasa, 01 November 2022

Guru Mulia - Oleh: KH. Madarik Yahya

Jika saja perjumpaan dapat niscaya
Cerita tidak akan diselesaikan dengan tamat
Terkadang nestapa bukan karena perpisahan
Justru merindu yang tak lagi berhingga
Kalau waktu dapat saja diputar
Maka dalam hidup tak ada lagi album kenangan

Bayangan sosok itu kini kian samar
Karena bingkai cermin kehidupan yang mulai memburam
Merindui pribumi itu
Bagai merindu hujan pada hutan yang terbakar
Kerinduan adalah keterasingan ditengah keramaian
Pengobatnya adalah pertemuan
Kedati bersua itu berbentuk mimpi-mimpi
Terbiasa berhasrat ketiadaan
Terbiasa mengubur selaksa kenangan
Namun....
Usai bertarung dengan waktu
Tak ada ikhtiar kecuali berdamai dengan tuhan
Mencumbui nostalgia hanyalah cumbu belaka
Seharusnya ditukar dengan asa

Sabtu, 30 April 2022

Biaya Administrasi PPRU 1 Putri 1443 H - 1444 H / 2022 M - 2023 M


  • Berikut adalah Rincian Biaya Santri Baru dan Lama PP Raudlatul Ulum 1 Putri Ganjaran Gondanglegi Malang, Tahun Ajaran 1443 H - 1444 H / 2022 M - 2023 M.

     

    RINCIAN BIAYA SANTRI BARU PPRU 1 

    Pendaftaran Santri Baru PPRU 1 Putri Sebesar Rp.1.500.000,- Dengan Rincian;

    ·         Uang Seragam

    ·         Uang Gedung

    ·         Fasilitas Kartu Santri 

    ·         Kalender

    ·         Seragam 1 Stel

    ·         Buku Wajib

    ·         PHBI (Selama Satu tahun)

    ·         Sarpras

    Pendaftaran Santri Baru MADIN PPRU 1 Putri Sebesar Rp.800.000,- Dengan Rincian;

    ·         Pendaftaran

    ·         Seragam

    ·         Raport

    ·         SPP

    ·         Semester 1/2

    ·         Kitab

     

    Syahriyah/Bulanan Santri Baru

    ·         Santri Baru Baik Bersekolah Formal atau MADIN Rp.350.000,-


    RINCIAN BIAYA SANTRI LAMA PPRU 1

     

    Biaya Santri Lama PPRU 1 Putri Sebesar Rp.250.000,- Dengan Rincian;

    ·         Daftar Ulang (Her-Registrasi)

    ·         PHBI

    ·         Haul 

    Biaya Santri Lama MADIN PPRU 1 Putri Sebesar Rp.540.000,- Dengan Rincian;

    ·         Daftar Ulang (Her-Registrasi)

    ·         SPP

    ·         Semester 1/2 

    Syahriyah/Bulanan Santri Lama

    ·         Santri Baru Baik Bersekolah Formal atau MADIN Rp.350.000,-