Sabtu, 14 Agustus 2021

Menfilter Pop Culture - Oleh: Agus Shofi Mustajibullah

 

 

Dewasa ini, dunia yang begitu megahnya dapat dilihat dari telepon genggam masing-masing. Ketika seseorang menginginkan sesuatu di luar jangkauannya, dengan telepon genggam ia dapat mendapatkan dengan entengnya. Seperti, zaman dulu yang sangat ingin menonton konser idolanya di luar negeri, sekarang bisa melihat konser idolanya sambil tiduran melalui telepon genggam. Begitulah kemudahan saat ini.

Dengan perkembangan tersebut, para kaum kapitalis memanfaatkannya untuk memproduksi dan memasarkan suatu budaya yang di sebut ‘pop culture’ melalui media massa (termasuk telepon genggam) kepada konsumen massa. Dan itu demi keuntungan mereka sendiri. Contohnya ialah apa-apa yang di interaksikan pada orang-orang setiap harinya seperti cara berpakaian dan sebagainya. Yang tren hari ini apa, itulah pop culture.

Pop culture sendiri memiliki pengertian yaitu totalitas ide, perspektif, perilaku, meme, citra, dan fenomena lainnya yang dipilih oleh konsensus informal di dalam arus utama sebuah budaya. Untuk karakterisitiknya cukup mencengangkan yakni sangat pragmatis, yang berartikan selagi bermanfaat pada penggunanya entah itu salah atau benar, ya fine-fine saja. Orang yang ingin viral dengan melakukan tindakan yang tidak senonoh merupakan representasi pragmatisme yang menjadi ciri khas negeri ini, dan hal itu termasuk pop culture juga di negeri ini. Lebih parahnya lagi, pop culture mengajak penggunanya untuk terus menerus memikirkan kenikmatan yang di inginkan. Misalnya ketika Anda membuka media sossial yang mana merupakan pop culture juga, Anda akan memiliki ketertarikan terus menerus dengan visualisasi indah yang terus di cekoki kepada anda.

Anda tahu Pergaulan bebas? Hal ini juga bisa di indikasikan karena pop culture itu sendiri. Dengan ambigunya pop culture (dari berbagai bangsa dan negara serta wataknya masing-masing) yang sudah menjadi konsumsi Anda serta senantiasa Anda lihat tanpa adanya edukasi yang pasti, Anda akan penasaran, Anda selalu memikirkannya, dan pada akhirnya melakukannya. Like a drunks, narkoboy, slebew sana slebew sini memiliki tendensi besar untuk merusak masa depan seseorang. Dan hasilnya... booommm.... madesu.

Di samping itu semua, menurut Wahyudi, budaya populer itu menjadi penting dan menarik karena merupakan realitas dari masyarakat dan cara atau bagaimana masyarakat mengonsumsi budaya tersebut. Namanya juga zaman, terus maju tanpa memedulikan waktu. Its a life, dunia ibarat kendi yang mau tidak mau menerima air yang berbeda-beda. Pasti ada hal baiknya juga di dalamnya. Intinya pilihlah yang baik saja. Seperti seseorang yang berubah dalam berpenampilan, ia seketika menjadi anggun, menawan, memesona karena mengikuti pop culture.

Seorang santri yang biasa di didik membentuk karakter yang kuat dan kokoh, mereka ora keno ora menghindari hal-hal buruk dari pop culture di tengah-tengah masyarakat. Sebenarnya santri di diamkan di dalam pesantren tanpa bersosialisasi dengan khalayak ramai (uzlah) salah satu tujuannya untuk menghindari hiruk pikuk budaya yang membingungkan (Meskipun mungkin ada satu dua kekurangannya seperti gaptek dan lain-lain).

Tapi tetap, santri harus mampu beradaptasi dengan keragaman di dalam pop culture atau bahkan bisa mendesain pop culture sendiri ala-ala santri sehingga masyarakat dapat mengkonsumsinya. Yasinan, tahlilan, waqiahan harus menjadi pop culture masyarakat (islam) Indonesia.

Wallahu a’alamu bisshoab

~Ada hujan yang turun demi memelihara, ada juga hujan yang turun demi membusukkan. Betapa mengagumkan keuntungan dari hujan pada musim semi, tetapi hujan pada musim gugur bagi kebun seperti terkena demam~

(Maulana Jalaluddin Ar-Rumi)

Wallahu a’alamu bisshoab

Refrensi:

Makalah Kajian Teori Budaya Populer

Website PMB: Studi Sosial: Makna Budaya Pop di Masyarakat

Semesta Matsnawi


Oleh: Agus Shofi Mustajibullah

Putra KH. Mannan Qoffal

Selamat Beribadah - Oleh: Muhammad Farhan

 

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa salah satu kegiatan terpuji dalam kehidupan beragama adalah beribadah.

Namun sebelum tulisan ini melangkah lebih jauh, mungkin, alangkah baiknya bila kita menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang apa itu ibadah. Hal ini perlu, dalam taraf yang sama, dilakukan dengan harapan agar apa yang nantinya dikerangkakan oleh pembaca akan sama dengan pola yang telah dikerangkakan oleh penulis.

Ibadah, atau yang dalam hal ini menggunakan imbuhan ber yang ma’nanya mungkin akan diterangkan oleh guru bahasa indonesianya masing-masing, adalah suatu pernyataan bakti dengan implementasi berupa perbuatan yang dilakukan seorang hamba terhadap tuhannya dengan landasan hukum yag telah ditetapkan oleh tuhan itu sendiri.

Dari definisi yang telah disebutkan, dapatlah kiranya tergambar dalam benak pembaca tentang alasan mengapa penulis menyebukan paragraf pertama dan dapatlah pula tergambar dalam benak pembaca bahwa yang dinamakan ibada tidak hanya berkutat pada penyembahan di lima waktu yang telah ditentukan itu. Akan luas maknannya bila kita membiarkan definisi diatas pada bentuk yang demikian. Karena bila kita menginterpretasikan definisi tersebut dengan penyembahan di lima waktu itu saja maka makna belajar untuk menegakkan agama allah dan tidur untuk alasan yang sebelumnya tidak dinamakan ibadah, tidak ada unsur pahalanya. Tentu akan sangat sayang dikata bila hal yang beru disebutkan dijadikan sebagai patokan.

Alasan mengapa hal tersebut disayangkan akan tampak jelas bila kita mau mencermati potong demi potong sumber hukum dalam islam, hadist dan alquran.

Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa wajib hukumnya bagi seoran muslim atau muslimah untuk balajar ilmu. Tidak bisa tidak, harus dilakukan. Dalam hadist lain, utusan agung itu juga menyebutkan bahwa ulama, yang dalam bentuk mufrodnya menggunakan kata alim, yang jika diterjemah kedalam bahasa indonesia akan kurang lebih menggunakan kata orang terpelajar; cendekiawan, adalah pewaris nabi.

Sedangkan dalam alquran disebutkan bahwa alasan allah menciptakan manusia, tiada lain tiada bukan, hanyalah untuk beribadah kepadanya. Tidak bisa tidak, harus dilakukan. Itu artinya ada dua kewajiban yang harus dilakukan secara bersamaan oleh seorang hamba dalam satu tempo. Tentunya, hal yang demikian lebih dekat dengan kemustahilan. Selain akan ada sisi kemustahilan lain yang akan nampak konyol. Jika belajar tidak termasuk kelompok ibadah, lantas bagaimana nasib calon pewaris nabi tersebut?

Jika sudah demikian, maka akan nampak jelas akan kesayangan yang telah penulis sebutkan dan alangkah baiknya lagi bila hal-hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan ibadah yang sejatinya hal itu memang ibadah. Karena menurut penulis sendiri, ibadah itu terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah ibadah yang sejatinya ibadah. Yang kedua adalah ibadah yang sejatinya bukan ibadah dan yang kedua inilah yang jumlah variannya lebih banyak dari yang pertama. Mulai dari yang berat seperti bekerja sampai kepada yang  ringan seperti tidur. Tapi tentu kedua hal tersebut dengan garis bawah yang cukup tebal.bekerja dengan niatan menafkahi. Tidur dengan niatan membahagiakan istri. Ah, Istri!. Maaf! Jiwa kadal penulis kadang meronta-ronta memang.

Sebetulnya, ada banyak lagi contoh yang dengan sengaja penulis tidak menyebutkannya. Hal ini penulis lakukan agar selain menghemat daya otak penulis, juga menghemat konsumsi tinta printer publikasi.

Sebagai penutup, penulis ingin mengucapkan kepada semua, baik yang sudah baru atau yang baru lama, khususnya lagi teruntuk kamu. Iya, kamu. Eh, maaf! Barusan, Penulis keceplosan. Ulang.

Sebagai penutup, penulis ingin mengucapkan selamat menjalankan ibadah rindu 15 syawal 1442 hijriah. Semoga amal ibadah yang kita lakukan dapat diterima disisinya, amin.

Demikian, sekian, terima kasih[]

 

 

Sabtu, 29 Mei 2021

Kedatangan Santri Raudlatul Ulum 1 Putri Ganjaran - Oleh: Najwa Febriana

 

Liburan adalah suatu hal yang sangat disukai oleh setiap santri, dimana waktu untuk mereka kembali berkumpul bersama keluarga setelah beraktifitas penuh dipesantren.

Kini libur Ramadhan telah usai, santri sudah mulai kembali ke pondok pesantren raudlatul ulum 1 putri pada Rabu (26/05/21) kemarin.

Ada sekitar 300 santri yang pulang dan 95 santri yang memutuskan untuk menjadi santri Non-aktif, namun kemarin hanya tercatat sekitar 138 santri yang kembali ke pesantren. Untuk meminimalisir penyebaran covid-19 para santri diwajibkan melakukan swab antigen sebelum kembali kepesantren atau surat keterangan kesehatan dari puskesmas terdekat, alhamdulillah untuk santri kabupaten Malang mendapatkan fasilitas swab antigen gratis. Selain itu terhitung sekitar 25 santri baru yang sudah mukim dipesantren. Kedatangan santri disambut langsung oleh segenap pengurus yang bertugas di gerbang guna mengecek suhu dan memeriksa surat keterangan bebas covid-19 untuk memastikan santri yang kembali ke pesantren benar-benar bersih dari virus.

Ibu Nyai Hj muflihah selaku ketua harian pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Putri sangat antusias dalam penyambutan kedatangan santri tahun ajaran 2021-2022, saking antusiasnya beliau juga ikut andil dalam persiapan penyambutan santri, seperti penyiapan benner, pembersihan kamar, pembersihan kompleks.

Menurut salah satu pengurus, meskipun santri yang datang hanya terbilang masih 50% tidak memungkiri untuk pesantren kembali aktif dalam kegiatan. karena kegiatan ubudiyah sudah mulai aktif tanggal 27 Mei 2021 dan Diniyah akan aktif hari sabtu tanggal 29 Mei 2021. Jadi, santri yang belum kembali bisa jadi akan tertinggal pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang lain.

Harapan para pengurus untuk sebagian yang masih belum kembali kepesantren untuk segera mempersipkan diri dan kembali kepesantren supaya tidak tertinggal dan bisa kembali kumpul bersama teman-teman.

Oleh: Najwa Febriana
Santri Aktif Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1

 

                                                                                                                                               

 


 

                                                                                               

                                                                                                                                                                                               

 

 

                                                                                                                                                


Minggu, 04 April 2021

Haflah Akhirussanah yang Penuh Sumringah - Oleh: Muhammad Farhan

 

Tak dapat dielakkan lagi, kata liburan memang banyak disukai oleh kebanyakan lapis kehidupan manusia. Mulai dari para pekerja, ataupun dengan yang lainnya, termasuk juga santri. Ketika pra-acara dimulai dengan pembacaan selawat yang diiringi dengan hadrah habsyi, segenap santri yang kebanyakan hendak akan melakukan liburan turut meluapkan kebahagiaannya dengan ikut berselawat dengan segenap suara.

Gegap gempita terus saja membanjiri Aula Lantai II ketika pembawa acara membacakan siapa saja yang memenangkan perlombaan yang diadakan berhari-hari sebelum acara haflah dilaksanakan. Ada yang hanya bertepuk tangan dan ada pula yang rela mengeluarkan suara kerasnya hanya demi merayakan temannya yang menang. Mereka turut mersakan apa yang temannya rasakan. Gegap gempita itu terus saja membanjiri Gedung Aula seiring dengan serunya suasana persaingan yang ada. Mulai dari cabang lomba yang bersifat rohani seperti Tahfidz Alfiah Ibnu Malik, hingga yang bersifat jasmani seperti bola voli dan tusuk balon.

Akhirnya, gegap gempita itu mulai menyurut tatkala pembawa acara Muhammad Farhan membacakan susunan acara. Dan ketika itu, suasana yang tadinya penuh dengan gegap gempita, kini diganti dengan rasa khidmah. Sambutan pertama disampaikan oleh ketua pelaksana yang dalam hal ini disampaikan oleh Ketua Divisi publikasi Ust. Mukhlis Akmal Hanafi. Sementara sambutan yang kedua disampaikan oleh Kepala Pesantren yang dalam hal ini disampaikan oleh Gus Abdurrohim said.

Suasana khidmah terus saja terasa. Namun ketika pembawa acara memberikan mandat pembacaan para jawara kelas yang akan diberi hadiah kepada panitia ujian Madin (madrasah diniyah), seketika itu riuh aula kembali terdengar dengan tepuk tangan dan sorak sorai para santri. Dan saat ini, gegap gempita para santri kembali mengaung-ngaung diatap aula lantai dua.

Setelah acara penyebutan para jawara kelas sekaligus pemberian hadiah itu telah selesai, acara kembali khidmat ketika panitia acara membacakan satu persatu nama-nama dari para santri yang hendak di Wisuda. Baik yang di wisuda Nadzom Mantiq (Sulamul Munawaroq), ataupun yang di wisuda atas kelulusannya dalam menempuh pendidikan di Madrasah Diniah Raudlatul Ulum 1. Acara seakan terasa lebih kidmat ketika renungan yang dibaca oleh ustad umar menyentuh hati dari para pendengarnya.

Sebagai paripurna, acara yang diprakarsai langsung oleh divisi publikasi itu menutupunya dengan doa-doa. Doa yang pertama dipanjatkan oleh kh. Mukhlis yahya. Doa yang kedua dipanjatkan oleh agus abdurrohman said. Dan doa yang ketiga dipanjatkan oleh kh. Dr. Muhammad adib M. Ag.

Dalam sebelum panjatan doa, para masyaikh tersebut juga tak lupa memberikan arahan demi arahan yang seharusnya dilakukan oleh para santri. Mulai dari kekreatifan, ketekunan hingga menjaga nama baik pondok pesantren yang di implementasikan melalui tingkah laku dalam bermasyarakat.

Demikian. Sekian. Wassalam[].

Kamis, 18 Maret 2021

Bolehkah Santri Pulang dari Pesantrennya?

 



Bolehkah Santri Pulang dari Pesantrennya?

Oleh: Gus Shofi Mustajibullah

Jika ditanya apakah santri boleh pulang dari pesantrennya? Jawabannya jelas-jelas boleh. Bahkan, perlu ditanyakan jika ada santri yang murni betah di Pondok Pesantren dan tidak ingin pulang kerumahnya. Mana mungkin seorang santri bisa menahan kangen yang sudah membuncah, yang sudah lama ditahan untuk bertemu kahadibaan orang tua yang dinanti-nantikan. Namun, ketika tidak dikehendaki oleh para masyayikh, itu beda lagi ceritanya.

Malahan, santri yang pulang (baik itu sekedar liburan ataupun boyong) sebenarnya membawa misi dan tanggung jawab yang berat. Sama halnya dengan tugas-tugas yang diberikan beberapa pesantren untuk mengabdi kepada masyarakat. Loh kenapa? Bukankah itu hal yang menyenangkan? Bagi santri (seyogyanya), melepas lahiriyah dan bathiniyah dari pesantren merupakan pembawaan jati diri pesantren. Tidak ada satupun santri yang tidak membawa bendera kehormatan dari pesantren

Justru, hirarki terberat seorang santri adalah ketika ia sudah tidak ada di pesantren. Mampukah dirinya untuk tetap benar menjadi santri seperti yang dikatakan para masyaikh-masyikhnya. Tidak ada acuan etika di tengah-tengah masyarakat. Jadi, untuk penilaian etika di tengah-tengah masyarakat sendiri masih rancu. Terus menerus menjadi perdebatan. Karenanya, semua santri ditantang untuk memegang teguh etika ilahiyahnya yang dia bawa dari pesantren. Apalagi di saat kondisi seperti ini. Santri tetap dituntut menjadi seorang santri yang sebenarnya. Bukan sekedar membawa alamamater keliling kampung dan di pamerkan bahwasannya dirinya adalah seorang santri.

Kalau memang seorang santri memungkinkan untuk pulang kerumah, pulanglah! Selagi itu memenuhi kerinduan seorang santri terhadap orang tua, teman, tunangan, dan orang-orang rumah, maka pulanglah!

Namun perlu diingat, pesantren memiliki satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara keseluruhan dari bangunan pesantren itu sendiri, kyai, dan para santri. Ketika satu diantara itu semua berpisah, seperti contoh santri yang pulang, maka disitulah tumbuh sebuah kerinduan. Pesantren bukan sekedar bangunan turun temurun yang di wariskan, melainkan senyawa yang terus bersatu dengan para santri. Siapa yang tidur di pesantren? Ya santri. Siapa yang berdomisili di pesantren? Ya santri. Siapa yang merasakan suka duka di pesantren, cebok ilang, gak kebagian pajeak maem (makan), kotak sabun ilang (hilang), sendal sesean (sandal dengan waqrna yang berbeda? Ya santri. Kalau begini, siapa yang mau tanggung jawab akan kerinduan ini?

Maka dari itu, kembalilah kepesantren pada waktu yang sudah di tentukan. Penuhilah kerinduan ini yang akan segera berkabung kedepannya. Berjanjilah!

~Lihatlah! Sepasang mataku berlinang air mata. Wajahku pucat, mencoba meraih bibirmu yang sewarna batu akik~

(Maulana Jalaluddin Ar-Rumi)

Wallahu a’alamu bisshoab



 

Jumat, 12 Maret 2021

Tasyakuran Bupati Malang di Raudlatul Ulum 1



Tasyakuran Bupati Malang di Raudlatul Ulum 1

Oleh: Mukhlis Akmal Hanafi

 

Jumat, (12 Maret 2021), Ponpes Raudlatul Ulum 1 Ganjaran secara terbuka namun terbatas menggelar Acara Tasyakuran atas pelantikan Bupati Malang, H. Sanusi dan Didik Gatot Subroto selaku wakilnya di Aula lantai II (dua). H. Sanusi  secara secara resmi dilantik sebagai Bupati Kab. Malang pada Kamis (25/02/2021) Oleh Gubernur Jawa Timur. Sebagai bentuk apresiasi atas kemenangan H. Sanusi yang notabenenya adalah alumnus Pondok Pesanten Raudlatul Ulum 1 Ganjaran, maka diadakananlah acara Tasyakkuran. Sebagai perwujudan syukur atas kemenangan beliau, dan mendoakan agar dapat amanah dalam mengemban jabatan Bupati.

Acara yang dihadiri oleh alumni (perwakilan korda) dan wali santri  berlangsung dengan khidmat.  Mulai dari sambutan hangat didepan gerbang oleh Kh. Mukhlis Yahya dan dewan pengasuh lainnya, serta iring-iringan hadrah sampai penyambutan para alumni yang ikut serta dalam acara tasyakuran. Setelah beberapa saat para Kyai dan bupati berserta tamu undangan duduk rapi, barulah rangkaian agenda acara dimulai. Diawali dengan pembukaan dan sambutan perwakilan Dewan Pengasuh oleh Kh. Nasihuddin Al-Khuzainy.

Dalam sambutannya. Kh. Nasihuddin Al-Khuzainy menyampaikan beberapa poin penting atas keberhasilan H. Sanusi terpilih sebagai Bupati Kab. Malang. Mulai dari saat-saat Abah sanusi (sapaan akrabnya) memilih mencalonkan diri sebagai bupati, sampai dengan keterlibatan para kiyai Ganjaran, santri dan alumni dalam mensukseskan kemenangannya. Tak terkecuali restu langsung dari Nyai Hj. Mamnunah Bukhori (Nyai sepuh) yang dituliskan dalam secarik kertas kemudian surat tersebut diedarkan  kepada Alumni dan juga wali santri.

 Selain itu, Kh. Nasihuddin khozin juga menyampaikan  bahwa “Acara ini secara dhohir merupakan tasyakuran atas terpilih dan dilantiknya Abah H. Sanusi sebagai Bupati Malang priode 2021-2024. Namun secara bathin, tasyakkuran ini lebih terasa sebagai nikmat dan pertolongan dari Allah karena telah melibatkan kita dalam usaha memenangkan beliau.

Abah Sanusi sendiri dalam sambutannya menyampaikan terima kasih tak terhingga atas doa serta dukunngan dari Para kyai, alumni dan simpatisan. Ia juga menegasakan bahwa jabatan ini kehendak dan amanah dari Allah. Serta uang bukanlah ukuran dari keberhasilan. Sebab itu, abah Sanusi juga meminta doa agar diberikan kekuatan dalam mengemban amanah memimpin Kabupaten Malang.

Di sela-sela acara, Bupati menerima cindramata dari pengasuh utama Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran. Penghargaan itu diberikan kepada H. Sanusi sebagai kenang-kenangan oleh Kh. Mukhlis Yahya.

Selepas sambutan-sambutan dan penyerahan cindramata, acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan  istighosah bersama yang diawali dengan pembacaan tawassul oleh Kh. Mukhlis Yahya, kemudian pembacaan istighosah dipimpin oleh Gus Syarif Hiayatullah, lalu disempurnakan dengan doa. Dalam hal ini doa dipimpin oleh KH. Hasan Qofal dan Kh. Abdussyakur.

Selepas acara, seluruh tamu undangan di persilahkan untuk ramah tamah. Para Kyai, Bupati berserta jajarannya dan tamu undangan lainnya  ramah tamah di kediaman Nyai Hj. Mamnunah Bukhori. Sementara Alumni beramah tamah ditempat yang telah disediakan sekaligus bernostalgia dengan kawan seperjuangan.

Jumat, 05 Maret 2021

JEJAK PPQ AL-QOSIMI PUTUKREJO GONDANGLEGI MALANG (history)



JEJAK PPQ AL-QOSIMI

PUTUKREJO GONDANGLEGI MALANG

Oleh: Gus Mad

Sejarah Singkat

Pondok Pesantren Al-Qur’an (PPQ) Al-Qosimi adalah pesantren tahfidz yang berdomisili di desa Putukrejo kecamatan Gondanglegi kabupaten Malang. Pesantren yang dikhususkan bagi santri putri itu tercatat lahir pada tanggal 03 Oktober 2014 M atau 08 Dzulhijjah 1435 H. Sejak tanggal 29 November 2016, nama pesantren tahfidz ini mengalami perubahan dari PPQ-RU 2 manjadi PPQ Al-Qosimi. Perubahan tersebut disebabkan oleh keinginan Ning Maria Ulfa, selaku Pengasuh, yang mendambakan berkah (tabarruk) dengan semudera ilmu dan karomah kemuliaan KH Qosim Bukhori sebagai pendiri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 2 Putukrejo Gondanglegi Malang.

Di awal-awal proses berdiri pesantren ini dimulai dari tiga orang santri yang berminat menyetorkan bacaan Al-Qur’an kepada Ning Maria Ulfa di rumahnya kala itu sudah berada di lokasi belakang dalam lingkungan PPRU 2. Ketiga santri putri tersebut adalah Nur Aini, Maftuhah dan Maulidiya, dengan ragam setoran; bil ghaib dan binnadzar. Pada mulanya, ning yang biasa dipanggil Ning Ulfa itu, enggan menyertai mereka berdua secara serius karena kesibukan sebagai guru di SMA RU 2 saat itu telah banyak menyita waktunya. Sejak tahun 2008, Ning Ulfa telah berperan aktif mengajar di unit formal, bahkan pada tahun 2011 sekian bulan seusai lulus dari IAI Al-Qolam Gondanglegi ia mengikuti pelatihan guru sertifikasi di Surabaya dan dinyatakan lulus pada tahuan 2012.

Namun kegigihan ketiga santri itu, akhirnya membuat hati Ning Ulfa berubah dari sedikit kesal menjadi trenyuh, sehingga bertekad menanggalkan status guru di unit formal demi meladeni santri-santri yang tetap getol melakukan setoran bacaan pada putri bungsu Yai Qosim itu. Secara bertahap jumlah peserta setor-baca Al-Qur’an yang dilakukan usai shalat Shubuh itu bertambah dan terus bertambah dari tiga, delapan, empat belas hingga akhirnya menjadi dua puluh lima santri. Memperhatikan grafik santri putri yang kian menanjak, membuat Ning Ulfa mulai berfikir persoalan tempat tinggal yang kemudian merelakan ruang makan disulap menjadi kamar inap mereka dengan menyekat kamar santap keluarga menjadi dua petak.


Logo Resmi PPQ AL-QOSIMI Malang

Setelah dilihat jumlah santri calon penghafal Al-Qur’an kian meroket, Ning Maria Ulfa mengutarakan kondisi tersebut sekaligus memohon doa restu kepada Nyah Hj. Zainab Qosim, maka pada pertengahan tahun 2015 Nyah Hj. Zainab Qosim meminta H. Lukman, agar mewakafkan tanah dan bangunan dibelakang rumah Ning Maria Ulfa untuk kepentingan hunian para santri penghafal Al-Qur’an. Di tahun itu, ruang hunian diperlebar ke arah timur sesuai luas tanah yang diberikan oleh salah satu ahli waris Abah Mahmudji tersebut.

Pada bulan Juni 2018, Pengasuh PPQ Al-Qosimi Putukrejo mengeluarkan informasi bahwa mengingat fasilitas pesantren yang terbatas, maka kuota penerimaan santri baru tahun ajaran 2018/2019 diancang hanya menerima 10 orang. Berkaitan dengan kabar itu, Ning Ulfa sebagai Pengasuh memohon maaf jika pendaftaran santri baru ditolak. Hal demikian dilakukan semata-mata demi kenyamanan santri, karena ruang huni mereka yang sudah tidak layak untuk ditambahkan santri baru.

Kondisi demikian ini membuat Nyah Hj. Zainab Qosim tergerak untuk kembali melobi keluarga (almarhum) Abah Mahmudji supaya mempertimbangkan lahan di utara rumah Ning Ulfa. Melalui berbagai proses, akhirnya pada bulan Agustus 2018, PPQ Al-Qosimi menerima hibah tanah seluas 736 M² dari keluarga besar (almarhum) Abah Mahmudji. Pelaksanaan pengukuran lahan kosong itu selain dihadiri wakil keluarga Abah Mahmudji, juga disaksikan oleh keluarga (almarhum) KH Qosim Bukhori. Pada tahun 2019 dimulai pembangunan gedung kamar yang diancang tiga lantai di atas lahan tersebut dengan proyeksi lantai pertama sebagai kamar hunian, lantai dua sebagai ruang aula dan lantai tiga ruang kelas.

Pada akhir tahun 2020 pembangunan gedung dua lantai telah dimulai. Pembangunan yang masih berlangsung ini (tahun 2021) diproyeksikan lantai bawah sebagai kamar kecil, lantai atas diperuntukkan sebagai tempat cuci dan jemuran.

 

Alm Kh. Qosim Bukhori


Tiga Landasan

Kelahiran pesantren yang di kemudian hari menjadi bagian dari unit PP Raudlatul Ulum 2 Putukrejo itu didasarkan pada tiga landasan pokok, yaitu:

Pertama, Firman Allah SWT:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

[QS. 08:02]

Kedua, pesan KH Qosim Bukhori: “Kalau diberikan rezeki anak perempuan, suruh menghafal Al-Qur’an saja di zaman sekarang. Biar lebih selamat.”

Ketiga, nalar ilmiah: Kemajuan teknologi disertai kebebasan tanpa batas yang melahirkan kehidupan paradoks dengan nilai-nilai agama membuat degradasi moral generasi muslim dipandang mulai mencapai titik nadir mengkhawatirkan. Sebab itulah, satu-satu solusi penyelamatan adalah kembali kepada pedoman agung dalam Islam.

Program Kegiatan

Rutinitas di PPQ Al-Qosimi memuat aspek hafalan: [1] Baca-simak (setoran) kepada Pengasuh bagi santri yang telah mencapai per-lima juz, dan kepada para ustadzah bagi santri yang belum mencapainya; [2] Pengulangan (muraja'ah) bagi santri yang memperlancar hafalan, baik individu maupun dengan teman sebaya. Ujian (imtihan) bagi santri yang telah menambah hafalan melalui tahapan ustadzah dan Pengasuh; [3] Baca umum (majelis qira'ah) bagi santri yang telah lulus verifikasi tertentu untuk membaca Al-Qur’an lewat pengeras suara; [4] Baca personal di makam Yai Qosim Bukhori bagi santri yang telah berhak memperoleh legalisasi dari Pengasuh.

Selain itu, ada pula program kegiatan yang memuat aspek ubudiyah: [1] Shalat berjamaah lima waktu yang harus diikuti oleh santri sejak suara adzan dikumandangkan dengan ketentuan mendengarkan, menjawab dan membaca doa setelah adzan secara bersama-sama, lalu ditutup dengan wiridan dan doa; [2] Shalat tahfidz malam Jumat secara berjamaah; [3] Ziarah maqbarah pendiri PP Raudlatul Ulum 2 Putukrejo setiap satu pekan sekali yang diikuti oleh seluruh santri guna memperkuat ikatan batin antara guru dan santri.

 

Sebagai perwujudan dari proses menghafal yang dilaksanakan secara bertahap, sejak tahun 2019 Ning Ulfa menerapkan seleksi santri baru hanya terdiri tingkat SMP, sedangkan untuk tingkat selain SMP akan di tes terlebih dahulu sebelum benar-benar di terima di PPQ Al-Qosimi. Seluruh santri yang lolos validitasi diwajibkan mengikuti program Metode Qiroaty, supaya proses hafalan terbebas dari ketidakmampuan bacaan. Pengasuh juga menganjurkan bagi santri senior agar mengikuti program Pembinaan Guru Metode Qiroaty sebagai bekal tambahan kelak ketika berada di tengah-tengah masyarakat.

 

Di luar rutinitas inti, para santri dibiasakkan menjaga kebersihan lingkungan dengan memilah sampah anorganik (sampah kering), dan sampah organik (sampah basah) sehingga pada akhir tahun 2020, para santri mampu menghasilkan dana dari pemberdayaan sampah ini. Di samping para santri diajari memasak dengan memberlakukan piket masak setiap pekan secara bergilir, mereka juga diberikan kesempatan berolah raga dengan mendatangkan instruktur senam dari luar setiap hari Jumat.

 

Dalam persoalan perizinan, Ning Ulfa memprioritaskan santri yang sakit. Bila berdomisili sekitar daerah Malang, maka diharuskan untuk pulang. Bila berasal dari wilayah yang jauh, maka pengurus segera melayani kesehatannya secara maksimal. Hal lain yang membuat PPQ Al-Qosimi berbeda dengan kebanyakan pesantren adalah kewajiban para santri berbahasa halus dengan sesama sahabat, tanpa memperdulikan strata santri senior atau yunior. Perilaku ini ternyata melahirkan sikap-sikap yang lebih kental dengan kesantunan antar sejawat.{gm/2021}


Akidah, Sifat, Visi dan Misi PPQ Al-Qosimi Putukrejo

 

Akidah: “Islam Ahlissunnah wal Jamaah”.

Sifat: “kekeluargaan, kemasyarakatan dan keagamaan”.

Visi: “Menghantar santri menjadi pembaca, penghafal dan pengajar Al-Qur’an”.

Misi: [1] Mencetak peserta didik yang mampu membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai ilmu tajwid; [2] Menciptakan peserta didik sebagai penghafal Al-Qur’an; dan [3] Menjadikan peserta didik yang memiliki kemampuan mengajarkan Al-Qur’an.