Sabtu, 10 Februari 2024

Kepemimpinan Moral Nabi Muhammad Pelajaran dari Perjanjian Hudaibiyah

PPRU 1 Hikmah | Jelajahi kepemimpinan moral yang mendalam yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad selama negosiasi dan penandatanganan Perjanjian Hudaibiyah. Peristiwa bersejarah ini membuka cahaya pada komitmen Nabi terhadap perdamaian, kerendahan hati, dan dedikasinya yang tak tergoyahkan pada prinsip-prinsipnya. Berikut adalah poin-poin perjanjainnya:

Ibadah Haji tanpa Senjata

  • Tekankan niat tulus Nabi Muhammad saat melakukan ibadah haji ke Makkah.
  • Soroti keberatan beberapa pengikut akibat suasana tegang antara Madinah dan Makkah.

Pertemuan di Hudaibiyah

  • Ceritakan momen ketika Khalid bin Walid memimpin serangan terhadap kelompok yang tidak bersenjata, dan bagaimana Nabi Muhammad menafsirkan Qaswa, onta yang membawanya, menolak bergerak sebagai tanda untuk mundur secara damai.

Semangat Negosiasi Damai

  • Bahas komitmen Nabi Muhammad terhadap perdamaian selama negosiasi dengan Quraisy.
  • Sebutkan persetujuan tanpa syarat untuk memenuhi setiap permintaan Quraisy.

Kompromi Hudaibiyah

  • Rinci kompromi yang dibuat selama perjanjian, seperti menghilangkan Basmala dan mengubah gelar Nabi Muhammad.
  • Tekankan kerendahan hati Nabi dan ketaatannya pada tujuan besar perdamaian.

Kepemimpinan di Saat-saat Sulit

  • Soroti tantangan yang dihadapi, termasuk berita palsu tentang kematian Utsman bin Affan.
  • Gambarkan seruan Nabi untuk sumpah setia dari para pengikutnya dan peristiwa selanjutnya.

Pulang ke Makkah

  • Bahas ketentuan perjanjian, termasuk pembatasan masuk Makkah tahun itu dan batas tiga hari selama kunjungan berikutnya.
  • Tekankan ketaatan Nabi Muhammad pada perjanjian meskipun tampaknya merugikan.

Pulang ke Makkah Tahun Berikutnya

  • Ceritakan kembali kedatangan Nabi Muhammad ke Makkah tahun berikutnya dengan kelompok yang lebih besar, fokus pada pendekatan damai dan nonkonfrontasional.

Tampilkan pelajaran abadi dari kepemimpinan moral Nabi Muhammad selama Perjanjian Hudaibiyah. Tarik paralel dengan kepemimpinan kontemporer dan tekankan pentingnya perdamaian, kerendahan hati, dan ketaatan pada prinsip dalam menyelesaikan konflik.

Kamis, 08 Februari 2024

Mengenal Buraq, Hewan yang Mengantar Perjalanan Isra Mi'raj Rasul

PPRU 1 Hikmah | Pada bulan Rajab, umat Islam merayakan peristiwa Isra dan Mi'raj yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Salah satu aspek yang menarik dari peristiwa ini adalah penggunaan Buraq sebagai alat transportasi. Berikut adalah penjelasan mengenai Buraq:

  • Buraq sebagai Hewan: Buraq adalah hewan yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra Mi'raj. Konon, Buraq memiliki kecepatan yang tak tertandingi dan merupakan hewan istimewa.
  • Asal Kata 'Buraq': Kata 'Buraq' diambil dari kata 'barq' yang berarti kilat. Ini merujuk pada kecepatan dan cahaya yang dimiliki oleh hewan tersebut.
  • Deskripsi Fisik Buraq: Secara fisik, Buraq diyakini berwarna putih dan memiliki ukuran yang lebih besar dari keledai, tetapi lebih kecil dari bighal (keledai besar). Buraq juga memiliki tali kendali seperti kuda dan lampu sebagai penerang.
  • Peran Buraq dalam Sejarah: Buraq tidak hanya ditunggangi oleh Rasulullah SAW, tetapi juga oleh Nabi Ibrahim dalam beberapa kesempatan. Buraq diyakini sebagai hewan yang berlari sangat cepat, melebihi kecepatan kendaraan lainnya.
  • Perjalanan Isra Mi'raj: Buraq menjadi kendaraan Rasulullah SAW saat melakukan perjalanan Isra Mi'raj, yang merupakan salah satu mukjizat terbesar dalam sejarah Islam. Rasulullah SAW didampingi oleh Malaikat Jibril selama perjalanan tersebut.

Peristiwa Isra Mi'raj dan penggunaan Buraq sebagai alat transportasi menunjukkan keajaiban dan kemuliaan yang terkandung dalam ajaran Islam. Umat Islam merayakan peristiwa ini sebagai salah satu momen penting dalam sejarah keislaman.

Rabu, 07 Februari 2024

Menelisik Kontroversi Isra' Mi'raj: Apakah Perjalanan Hanya Ruh atau Sekaligus Tubuh Nabi Muhammad?

PPRU 1 Hikmah | Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW yang terjadi dalam satu malam, di mana beliau melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina (Isra') dan kemudian naik ke langit untuk bertemu dengan Allah (Mi'raj).

Pendapat mengenai apakah perjalanan tersebut hanya melibatkan ruh atau juga melibatkan tubuh Nabi Muhammad telah menjadi subjek perdebatan di kalangan ulama. Salah satu pendapat yang mencatat bahwa perjalanan itu hanya terjadi dengan ruh Rasulullah, sementara jasad atau fisik tubuhnya tidak ikut serta, berasal dari riwayat Sayyidah Aisyah. Namun, pendapat ini tidak didukung oleh mayoritas ulama karena beberapa alasan, seperti fakta bahwa Aisyah belum menjadi istri Nabi Muhammad pada saat peristiwa itu terjadi dan usianya yang masih sangat muda.

Mayoritas ulama sepakat bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi dengan ruh dan jasad Rasulullah. Pendapat ini didasarkan pada banyaknya hadis sahih yang mendukung perjalanan tersebut dalam bentuk fisik dan ruhaniah. Sehingga, pendapat yang mengatakan bahwa Isra' Mi’raj hanya terjadi dalam mimpi atau hanya melibatkan ruh Rasulullah tidak dianggap valid oleh mayoritas ulama.

Dengan demikian, meskipun terdapat beberapa pendapat yang berbeda, mayoritas ulama sepakat bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi dengan melibatkan baik ruh maupun tubuh Nabi Muhammad SAW.

Menelusuri Kisah Isra Mi'raj: Perjalanan Nabi Muhammad dan Pertemuan dengan Nabi-nabi Pendahulu

PPRU 1 Hikmah | Isra Mi'raj memegang peranan penting dalam sejarah Islam, menandai perjalanan singkat Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha di langit ke-7. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab di tahun ke-8 kenabian, dengan momen tahunan diperingati pada Kamis (8/2) tahun ini.

Isra Mi'raj melibatkan dua peristiwa berbeda, Isra dan Mi'raj, yang terjadi secara berdekatan. Isra adalah perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, dengan Rasulullah menggunakan kendaraan khusus bernama buraq. Buraq adalah hewan istimewa yang memungkinkan perjalanan dalam waktu singkat.

Sementara itu, Mi'raj melibatkan perjalanan dari Bumi menuju langit ke-7 dan bertemu langsung dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha. Di sana, Rasulullah menerima perintah langsung untuk mendirikan salat. Awalnya, perintah tersebut adalah 50 kali salat sehari, namun dikurangi menjadi lima kali setelah permohonan keringanan dari Rasulullah.

Selama perjalanan ke Sidratul Muntaha, Rasulullah bertemu dengan beberapa nabi sebelumnya, termasuk Nabi Adam, Nabi Isa, Nabi Yahya, Nabi Yusuf, Nabi Idris, dan Nabi Harun. Di langit ke-6, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa, yang menunjukkan kedahsyatan umat yang dimiliki Nabi Muhammad di Surga.

Kisah Isra Mi'raj memberikan inspirasi dan teladan bagi umat Muslim, menunjukkan keagungan dan perjalanan spiritual yang dialami oleh Nabi Muhammad. Dengan memahami secara mendalam kisah ini, umat Muslim dapat menemukan banyak hikmah dan petunjuk bagi kehidupan mereka.

Berdasarkan pengalaman ini, dapat disimpulkan bahwa Isra Mi'raj adalah momen penting dalam sejarah Islam yang memperkuat iman dan mengajarkan nilai-nilai spiritual kepada umat Muslim. Dengan merenungkan perjalanan Nabi Muhammad, kita dapat mengambil inspirasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan keimanan kita.

Isra' Mi'raj: Pertemuan Rasulullah dengan Para Nabi, Ruhani atau Fisik?

PPRU 1 Hikmah | Isra' Mi'raj, sebuah peristiwa yang menggambarkan perjalanan spiritual Rasulullah Muhammad SAW ke langit, menjadi bukti akan keagungan Allah dan cinta-Nya kepada hamba-Nya yang terpilih.

Dalam Al-Qur'an, kita temukan firman Allah SWT yang menjelaskan peristiwa luar biasa ini, "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjid Al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS Al-Isra': 1).

Dalam sejarah Islam, Isra' Mi'raj menjadi momen penting di mana Rasulullah bertemu dengan para nabi dan rasul. Pertemuan ini bukan hanya sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga merupakan bentuk pengukuhan atas risalah yang dibawa oleh Rasulullah.

Namun, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai apakah pertemuan Rasulullah dengan para nabi dan rasul tersebut terjadi secara ruhaniah atau fisik. Sebagian ulama berpendapat bahwa pertemuan ini hanya sebatas ruh, mengingat para nabi telah wafat dan jasadnya telah terkubur di dalam tanah, kecuali Nabi Isa yang diangkat ke langit secara ruh dan jasad.

Namun, pendapat lain menyatakan bahwa pertemuan tersebut terjadi secara fisik dan ruhaniah. Mereka menguatkan pendapat ini dengan hadits yang menyebutkan bahwa para nabi dibangkitkan dari kubur mereka untuk bertemu dengan Rasulullah, yang kemudian mengimami shalat bagi mereka.

Menurut beberapa ulama, pendapat yang paling tepat adalah bahwa pertemuan tersebut terjadi secara fisik dan ruhaniah. Hal ini karena jasad para nabi dan rasul tidak hancur di dalam tanah, serta adanya bukti bahwa para nabi dan rasul hidup dan beribadah di dalam kuburan mereka.

Pertemuan Rasulullah dengan para nabi di Masjid Al-Aqsa juga menjadi peristiwa penting, di mana para nabi dan rasul merindukan bertemu dengan Rasulullah setelah mengetahui keagungan dan kemuliaannya melalui kitab suci mereka.

Dengan demikian, simpulan yang dapat diambil adalah bahwa ulama berbeda pendapat mengenai sifat pertemuan Rasulullah dengan para nabi dan rasul, namun banyak yang setuju bahwa pertemuan tersebut terjadi secara fisik dan ruhaniah. Hal ini menegaskan keistimewaan dan penghormatan yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Inilah 9 Alasan Isra’ Mi’raj Terjadi di Malam Hari

PPRU 1 Hikmah | Peristiwa Isra’ Mi’raj termasuk salah satu mukjizat Rasulullah Muhammad yang terjadi pada malam hari. Mengapa peristiwa ini terjadi pada malam hari? Ustadz M Alvin Nur Choironi memberikan sembilan alasannya dalam tulisannya di NU Online:

  1. Waktu yang tepat untuk khalwah: Malam merupakan waktu yang tepat untuk menyepi dan melakukan pengkhususan dalam ibadah.
  2. Waktu diwajibkannya shalat: Ayat dalam Surat Al-Muzammil ayat 2 memerintahkan umat Islam untuk melakukan shalat, menunjukkan pentingnya malam sebagai waktu ibadah.
  3. Ujian percaya terhadap ghaib: Malam menjadi ujian bagi para Mukmin untuk percaya terhadap hal-hal ghaib yang tidak dapat dicerna oleh akal.
  4. Waktu yang mulia: Malam memiliki keistimewaan karena sejumlah peristiwa penting terjadi pada malam hari dalam kehidupan para nabi sebelum Nabi Muhammad.
  5. Waktu berkumpul dengan orang tercinta: Malam adalah waktu yang tepat untuk berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai, sehingga Allah memberangkatkan Rasul pada malam hari.
  6. Satu-satunya waktu yang dijanjikan Allah: Malam merupakan satu-satunya waktu yang dijanjikan Allah sebagai waktu yang terbaik, seperti Lailatul Qadar yang tidak ada waktu lain yang memiliki keistimewaan seperti itu.
  7. Waktu turunnya wahyu pertama: Malam adalah waktu turunnya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad.
  8. Waktu dikabulkannya doa: Malam adalah waktu yang dikabulkan doanya, menurut firman Allah dalam Surat Al-Furqan ayat 47.
  9. Waktu penyegaran pikiran dengan istirahat: Malam adalah waktu yang tepat untuk menyegarkan pikiran dengan istirahat, sementara pagi diciptakan Allah untuk mencari penghasilan.

Peristiwa Isra’ Mi’raj mengandung banyak hikmah dan makna, dan terjadi pada malam hari karena alasan-alasan yang terkait dengan keistimewaan waktu tersebut.

Memahami Peristiwa Isra’ Mi’raj dengan Beragam Pendekatan

PPRU 1 Hikmah | Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang telah dipahami dan didekati dari berbagai sudut pandang. Abad Badruzaman, seorang penulis kolom dan Wakil Rektor III UIN SATU Tulungagung pada salah satu artikel NU Online, mengulas peristiwa ini dengan melihatnya dari perspektif historis, teologis, sufi, polemik, dan sastra.

Pada awalnya, Isra’ Mi’raj mungkin dianggap sebagai masalah iman, di mana kaum yang sudah mempercayai kenabian Muhammad langsung mempercayai tanpa bertanya bagaimana atau mengapa. Namun, seiring perkembangan waktu, peristiwa ini ditinjau dari banyak sudut pandang.

Berikut adalah beberapa pendekatan yang digunakan untuk memahami Isra Mi’raj:

Perspektif Teologis dan Sufi

  1. Isra’ Mi’raj dilihat sebagai pengalaman spiritual dan kudus yang membawa Nabi Muhammad ke hadapan Allah.
  2. Bagi kaum sufi, peristiwa ini dianggap sebagai representasi pengalaman mistis dan kehadiran Allah yang selalu menyertai hamba-Nya.

Perspektif Orientalis dan Sejarawan Agama

  1. Para orientalis dan sejarawan agama melihat perjalanan Nabi ke langit sebagai fenomena yang menarik dari sudut pandang sejarah agama.
  2. Mereka mencari paralel antara peristiwa ini dengan pengalaman religius lainnya dari budaya-budaya lain.

Pendekatan Polemik

  1. Beberapa mazhab, seperti Mu’tazilah, menganggap peristiwa ini sebagai penglihatan batin semata, sementara kaum modernis cenderung menginterpretasikannya secara serupa.

Perspektif Sastra

  1. Kisah Isra’ Mi’raj juga menjadi inspirasi bagi para penyair seperti Maulana Rumi, yang merumuskan rahasia shalat sebagai "oleh-oleh" terpenting dari Mi’raj.

Melalui berbagai pendekatan ini, Isra’ Mi’raj dipahami dalam konteks historis, teologis, mistis, dan sastra, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang signifikansinya dalam agama Islam.

Peristiwa Isra’ Mi’raj telah dipahami dan didekati dari berbagai sudut pandang, termasuk perspektif teologis, sufi, orientalis, sejarawan agama, polemik, dan sastra. Pendekatan-pendekatan ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang signifikansi peristiwa ini dalam agama Islam.

Ini 4 Pelajaran yang Bisa Diambil dari Peristiwa Isra’ dan Mi’raj

PPRU 1 Hikmah | Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa bersejarah bagi umat Islam yang penuh dengan pelajaran penting. Dalam naskah Khutbah Jumat NU Online, Ustadz Rustam Ibrahim dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta menguraikan empat pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa ini. Dari peristiwa ini, kita dapat mengambil pelajaran sebagai berikut:

Bukti Kemuliaan dan Keistimewaan Allah kepada Nabi Muhammad

  1. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah bentuk kemuliaan dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad.
  2. Tujuan utama peristiwa ini adalah untuk menguatkan hati Nabi Muhammad setelah kehilangan istri dan pamannya, dengan melihat secara langsung kebesaran Allah.
  3. Bagi umat Islam yang berjuang dalam menegakkan agama, Allah akan memberikan kebahagiaan dan keistimewaan.

Kewajiban Melaksanakan Shalat Lima Waktu

  1. Isra’ dan Mi’raj menegaskan kewajiban menjalankan shalat lima waktu bagi setiap Muslim.
  2. Dengan menjalankan shalat dengan khusyuk, seseorang akan merasa diawasi oleh Allah, sehingga lebih mudah untuk menjauhi hal-hal yang dilarang dan lebih senang melakukan kebaikan.

Mukjizat Nabi Muhammad dan Pembelajaran tentang Mandiri

  1. Perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha merupakan mukjizat yang mengajarkan umat Islam untuk mandiri, belajar, dan meningkatkan kemampuan.
  2. Pembelajaran ini tidak hanya dalam masalah agama, tetapi juga dalam hal sosial, politik, ekonomi, serta dalam memahami sains dan teknologi.

Pentingnya Membela Masjidil Aqsa

  1. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj menunjukkan pentingnya Masjidil Aqsa bagi umat Islam.
  2. Membela Masjidil Aqsa adalah bagian dari membela agama Islam, dan setiap Muslim diharapkan untuk berjuang dan berkorban untuk keselamatan Masjidil Aqsa di Palestina.

Penutup

  1. Umat Islam diharapkan selalu dapat mengambil hikmah dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj serta mengamalkannya dengan sebaik-baiknya.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj memberikan berbagai pelajaran penting bagi umat Islam, mulai dari bukti kemuliaan Allah kepada Nabi Muhammad, kewajiban menjalankan shalat lima waktu, pembelajaran tentang mandiri, hingga pentingnya membela Masjidil Aqsa. Dengan memahami dan mengamalkan pelajaran-pelajaran ini, umat Islam diharapkan dapat menjadi makhluk yang terbaik di muka bumi ini.


Keistimewaan Doa Malam Isra' Mi'raj 27 Rajab

PPRU 1 Hikmah | Pada malam Isra' Mi'raj, 27 Rajab, terdapat sebuah amalan doa yang memiliki keistimewaan besar di mata umat Islam. Doa ini diyakini akan dikabulkan segala hajatnya oleh Allah SWT. Berikut adalah rincian mengenai keistimewaan doa tersebut:

Doa yang Dikabulkan

Doa ini memiliki keistimewaan yang besar, yaitu segala hajat atau keinginan yang diminta akan dikabulkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam disarankan untuk tidak melewatkan kesempatan beramal ini, yang hanya terjadi pada satu momentum dalam setahun.

Kitab Referensi

Ustadz Sunnatullah mengutip kitab karya Syekh Muhammad bin Abdullah bin Hasan al-Halabi al-Qadiri untuk menegaskan keistimewaan doa tersebut. Kitab tersebut menyatakan bahwa doa malam Isra' Mi'raj, jika dibaca pada malam 27 Rajab dan diikuti dengan meminta kepada Allah, akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dengan izin Allah.

Teks Doa

Berikut adalah teks doa yang disarankan untuk dibaca pada malam Isra' Mi'raj:

اللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ بِمُشَاهَدَةِ أَسْرَارِ الْمُحِبِّيْنَ، وَبِالْخَلْوَةِ الَّتِي خَصَّصْتَ بِهَا سَيِّدَ الْمُرْسَلِيْنَ حِيْنَ أَسْرَيْتَ بِهِ لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ أَنْ تَرْحَمَ قَلْبِيَ الْحَزِيْنَ وَتُجِيْبَ دَعْوَتِيْ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ

Cara Mengamalkan Doa

Doa malam Isra' Mi'raj tidak langsung dibaca seketika, melainkan harus didahului dengan shalat sunnah dan shalawat. Berikut adalah langkah-langkahnya:

  1. Melaksanakan shalat sunnah dua rakaat seperti shalat sunnah pada umumnya, dengan membaca surat Al-Ikhlas setelah membaca surat Al-Fatihah di rakaat pertama dan kedua.
  2. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw sebanyak 10 kali.
  3. Membaca doa tersebut, kemudian menyebutkan segala hajat-hajat yang diinginkan.

Kesimpulan

Dengan mengamalkan doa ini pada malam Isra' Mi'raj, umat Islam diharapkan dapat merasakan keistimewaan besar yang terkandung dalam doa tersebut. Selain memohon pemenuhan hajat, doa ini juga diyakini dapat melapangkan urusan dan menghidupkan hati ketika hati sudah mulai mati.

Dengan demikian, manfaatkanlah momentum malam Isra' Mi'raj ini dengan membaca doa tersebut dengan ikhlas dan penuh keyakinan kepada Allah SWT.