Rabu, 20 September 2023

Pengurus Masih Dipaksa Untuk Menulis? Gak Masalah!

 

PPRU 1 Opinion | Bagi semua orang menulis mungkin hal yang paling tidak disukai, termasuk bagi seluruh pengurus pusat PP. Raudlatul Ulum 1, buktinya dari sekian pengurus ketika diminta menulis oleh tim publikasi untuk konten website pesantren, sampai beberapa bulan hanya ada dua pengurus yang menulis atau mungkin sampai tiga orang yang menulis, karena menulis tidak semua orang bisa, menulis caption saja terkadang masih merasakan kesulitan seperti postingan Whatsapp, Instagram, Facebook, dll. Bahkan, terkadang kita masih searching di Google agar kelihatan indah ketika dibaca oleh pemirsanya. Baru kali ini sudah ada yang muncul lagi sebuah tulisan dari pengurus termasuk yang dibaca saat ini, itupun bukan karena dari hati nuraninya, menulis karena dipaksa kiai.



Sebenarnya menulis dari hati yang tulus akan membuat suasana yang baik dan akan menginspirasikan bagi semua pembacanya, begitu juga dengan sebaliknya, tulisan karena terpaksa akan merusak suasana. Jadi, jika tidak mau merusak suasana, jangan poligami, eh maksud saya jangan memaksa orang untuk menulis. Tetapi kalau dipikir secara akal sehat, kapan kita bisa menjadi penulis yang baik, menjadi orang bermanfaat bagi orang lain dari hasil tulisan kita kalau bukan dari keterpaksaan, kapan bisa menjadi blogger yang profesional jika paksaan ini kita sia-siakan, padahal menulis itu sebuah kebaikan. Pepatah mengatakan “apa pun itu, jika tidak dipaksa mustahil akan bisa”.

Namun yang menjadi persoalan bagi penulis pemula adalah rasa berat, terbebani, dan takut salah. Sering pikiran kita dihantui oleh sebuah pertanyaan bagi kita sendiri; benarkah apa yang kita tulis? Padahal pertanyaan itu tidak harus dijawab, cukup dipikirkan dan diaktualisasikan dengan tulisan, sehingga dengan sering kita menulis akan terjawab sendirinya pertanyaan tersebut. Hal ini jauh lebih baik daripada dibiarkan dan menunggu kesadaran dan kemauan sendiri yang belum tentu kapan itu terjadi.

Awal dari menulis yang terpaksa baik terpaksa oleh orang lain atau oleh diri sendiri yang harus kita perhatikan adalah kondisi yang mendukung untuk membangkitkan kemauan menulis, lingkungan yang membuat ketidaknyamanan, bosan, dan jenuh. Hal ini akan menjadi pendukung suasana untuk menulis dan sangat penting juga tempat di mana kita menulis, karena suasana akan melibatkan isi dari apa yang kita tulis.

Dalam hal ini, menurut pandangan saya tentang menulis sepenuhnya di mulai keterpaksaan dan menghilangkan sikap rasa tidak mau dan tidak mampu, kerena esensi permasalahan menulis bukan karena tidak bisa, tetapi menyadarkan diri sendiri.

Oleh karena itu, saya mengajak semua pembaca dan bagi saya sendiri untuk selalu menulis setiap hari. Terpaksa atau bukan, benar atau salah. Intinya, apapun yang baik meskipun terpaksa akan menuju ke jalan yang baik dan pastinya akan memperoleh kebaikan juga pada akhirnya.

*Oleh: Wasil Arisi (Sekretaris II PP. Raudlatul Ulum 1 Putra)

Previous Post
Next Post

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 adalah pesantren salaf yang didirikan oleh KH. Yahya Syabrowi, Menggenggam Ajaran Salaf, Menatap Masa Depan

0 comments: