Senin, 01 Februari 2021

Solidaritas ala Pesantren (opini)



Solidaritas ala Pesantren

Oleh: Gus Shofi Mustajibulloh

 

Membangun kepercayaan antara satu pihak dengan pihak lainnya merupakan keniscayaan yang harus di terapkan. Sebab manusia memang di titahkan sebagai makhluk sosial, bukan individual. Apalagi seseorang yang tergabung dalam organisasi tertentu benar-benar harus memiliki rasa saling mempercayai. Itulah yang di namakan ‘Solidaritas’.

Di pesantren sendiri, solidaritas merupakan kurikulum tak tertulis. Mustahil setiap santri ketika menjalani kegiatan sehari-harinya tidak tumbuh rasa solidaritas. Ada santri yang satu lemari dengan temannya, ada santri yang satu rak kitab dengan temannya, bahkan ada juga santri yang bergantian dalam memakai sepasang sandal. Dengan semua itu, rasa persaudaraan sesama santri menjadi semakin erat hingga mereka keluar dari pesantren.

Pentingkah solidaritas? Justru dengan seseorang memiliki jiwa solidaritas, ia akan menguatkan komunitasnya, organisasinya, hingga bangsanya. Dalam dirinya akan tumbuh rasa kepercayaan antar sesama. Bukanlah keraguan, sebab manusia adalah satu kesatuan organisme yang saling membutuhkan. Di sisi lain, solidaritas menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan yang kuat dan kokoh. Menjauh dari perpecahan yang menyebabkan musibah. Perpecahan adalah dusta, perpecahan adalah malapetaka.

Rasulullah sendiri mengajarkan pada para sahabat agar tidak terpisah (tidak bersatu) sekalipun itu hanya fisik. Dari Abi Tsa’laba RA. beliau berkata:

                                                             

كان الناس إذا نزلوا منزلا تفرقوا في الشعاب والاودية. فقال رسول الله صلى

الله عليه وسلم: ان تفرقكم في هذه الشهاب والاودية انما ذلكم من الشيطان، فلم ينزلو بعد ذلك منزلا الا انضم بعضهم الي بعض

 

“Suatu ketika para sahabat berpencar saat beristirahat di lereng pegunungan dan juga jurang. Kemudian Rasulullah bersabda: sesungguhnya berpencarnya kalian di tempat ini adalah perbuatan syaitan. Maka untuk kedepannya, kalian harus menyatu antara satu dengan lainnya.” (HR. Imam Abu Dawud, Riyadhus Sholihin).

Tak heran jika semua generasi santri terhubung dalam ikatan fisik maupun batin yang sangat erat. Karena sedari dulu saat di pesantren mereka sudah terbiasa saling membangun kepercayaan.

Ketika dua orang berhubungan satu sama lain, tanpa diragukan lagi ada kesamaan di antara mereka. Bagaimana bisa seekor burung terbang kecuali dengan jenisnya sendiri? Masyarakat yang tidak bersahabat adalah kuburan dan makam.

(Maulana Jalaluddin Ar-Rumi) Wallahu a’alamu bisshoab

 

Refrensi:

Riyadhus Sholihin

Semesta Matsnawi

Brainly

Previous Post
Next Post

0 comments: