Kamis, 01 Februari 2018

Gerhana Bulan? Antusias Sholat Gerhana Santri Raudlatul Ulum 1

Gerhana Bulan? Antusias Sholat Gerhana Santri Raudlatul Ulum 1
Antusias Santri Sholat Gerhana Bulan
Dengan tersebarnya info oleh badan peneliti bulan baik dari kalangan pemerintah, organisasi masyarakat maupun lembaga terkait akan terjadinya fenomena gerhana bulan kemarin (31 Januari 2018), menjadi sebuah kabar asyik bagi kalangan kaum bersarung Raudlatul Ulum 1.

Semenjak terdengar kabar akan datangnya gerhana bulan, santri ppru 1 menjadi seakan terbius virus kegirangan. Sayangnya kegirangan itu adalah praduga bahwa akan diadakan sholat gerhana bulan, sedangkan jika diadakan gerhana bulan, maka kegiatan musyawarah malam akan diliburkan.

Malam hari kamis, tepat sesaat setelah pelaksanaan sholat isya' pun sholat gerhana bulan dilaksanakan atas instruksi serta inisiatif dari kepala pesantren dan dewan pengurus. Pelaksanaan sholat gerhana diikuti oleh para santri Raudlatul Ulum 1. Baik santri putra maupun santri putri. 

Santri putra melaksanakan sholat gerhana bulan di Musholla, sedang santri putri bertempat di Aula  utama lantai dua.

Kepala pesantren, Gus Abdur Rohim Sa'id menjadi imam sholat pada pelaksanaannya. Sedang Ust. Khoiron Halim menjadi khotib sholat Husuf. Semua berjalan lancar serta khidmat. Mengingat pelaksaan sholat gerhana bulan kemarin adalah kali pertama diadakannya di pondok pesantren Raudlatul Ulum 1 semenjak tahun 2010.

Ustadz. Khoiron Halim menyampaikan dalam khutbahnya, "Ketahuilah wahai santri, bahwa terjadinya gerhana bulan ini bukan merupakan karena kematian seseorang, atau kelahiran seseorang (Baik Ulama' bahkan Nabi sekalipun). Melainkan adalah salah satu dari berbagai banyak tanda kebesaran Allah SWT". 

Harapan segenap dewan pengurus kedepannya, setiap kali terjadi fenomena alam. Maka harus diadakan praktik langsung sesuai yang telah dijelaskan tata cara ibadahnya dalam kitab klasik yang dipelajari sehari-hari. Dan juga sebagai bahan evaluasi praktikum dari pada materi yang hampir setiap waktu diajarkan di Pesantren.

Namun sayangnya. luapan kegembiraan santri akan dugaan kuat bakal diliburkannya kegiatan musyawarah malam karena pelaksanaan sholat gerhana bulan terhapus kerut dahi. Pasalnya, lima menit selepas dibubarkannya jamaah sholat gerhana, bel musyawarahpun terbunyi dengan lantang menyapa setiap sudut ruang kompleks pesantren. Sungguh kegagalan yang berkah.

Minggu, 07 Januari 2018

Ahmad Shonif, Kawula Aktifis Bersarung - PPRU 1

Ahmad Shonif, Kawula Aktifis Bersarung - PPRU 1

Ahmad Shonif, Semua Merindukan Canda Tawamu

Oleh: Abdul Mannan

Ahmad Shonif, itulah sebutan bagi santri yang selalu mengaku namanya "Saya Mushonnif", sosok yang berotot baja, pekerja keras, Sosok yang jarang sekali memejamkan mata sebab keaktifannya di dunia perAbdian dan jika sesekali terlanjur memejamkan mata, susah minta ampun dibangunkan. Mungkin sebutan manusia tak kenal lelah itu sudah pantas ia sandang. Karena kesehariannya yang padat, sedikit waktu senggang dan jarang sekali dirinya absen dari melakoni pekerjaan yang ekstrim alias peras keringat banting tulang.

Santri unik asal gunung semeru (Lumajang) yang dilahirkan pada tahun 02 agustus 1996. Dan tepatpada usianya yang ke 16 kemarin Mushonnif mulai nyantri di pesantren Raudlatul Ulum 1. Pria yang biasa dipanggil Cak sonnif ini, di samping melakoni kegiatan pondok pesanten, dirinya juga melakoni aktivitas-aktivitas di dalemnya gus Ghozali Khozin. Ia melakukan pengabdian dengan jalur tak disangka-sangka. Semenjak melakoni hidup barunya sebagai abdi dalem itulah dia disandangi titel baru oleh santri lainnya dengan julukan "Manusia tak Kenal Lelah" Selalu dan selalu bekerja, mulai dari sang surya melontarkan senyum indahnya hingga melambaikan tangan hendak menghilang.

Tak perduli udara pagi yang menyerang ataupun rayuan mata untuk terpejam seperti santri-santri yang lain, cak Shonnif ini harus memenuhi panggilan Nyai Maftuhah ke ndalem (Jawa Inggil) di setiap pagi yang di laluinya. Entah tugas apalagi hari ini yang harus dia selesaikan. Untuk segera pula dapat tidur nyaman ketika guru menerangkan pelajaran di kelas III Madrasah Diniyah, maka diapun tertuntut untuk segera menyelesaikan semua tugas ndalemnya.Sesekali datang pertanyaan "kenapa selalu tidur?" jawabannyapun simpel "Biasa ladunni" dengan cengir kudanya yang khas membuat penanya ikut terbawa kembung sebab tawa.
Tatkala jarum jam menodong angka sepuluh, diapun merasa tertodong untuk segera membuang kantuknya dengan segarnya air wudhu. Bagaimana tidak? Dia harus lagi meluncur ke ndalem, penulis pribadi tidak faham betul apa yang dia kerjakan. Entah itu menggoreng tempura atau pekerjaan yang lain. Jelasnya, ketika dia datang, wajah yang ceria selalu dibalut dengan raut lusuh tak bersenyum.

Semua mata terarah pada langkah kakinya ketika datang dari ndalem, khususnya siang hari. Mata santri memang selalu mencari hal yang dapat memuaskan perutnya. Dan hal itu selalu dibawa Cak Shonif yang sering mengemban nampan berisi tempura yang sudah di goreng untuk dibawanya ke pendopo. Tentunya dijual dengan di iringi sayupan suaranya yang merdu "TEMPURA.. TEMPURA..." setelah tempura telah tuntas terjual, Cak Shonif pun akhirnya bisa melonjorkan kedua kakinya dan memejamkan mata untuk sedikit memijat lelah otaknya. meski istirahat tersebut bisa di bilang sebentar, mungkin lebih lama ketika jam pertama di sekolahan. Tapi itulah waktu terlonggarnya untuk merebahkan tubuh. Selepas itu, kerja, berdiri, mengikuti kegiatan dan, ketiduran di manapun dia mengantuk

Bagi kang santri yang lain tatkala Sore meredup, dengan di iringi udara yang mengundang lelah, memang waktunya bersantai ria sembari menikmati bungkusan nasi yang dibawa dari sana sini. Namun lain bagi kang Shonif. Baginya tak punya kesempatan untuk merasakan waktu lelah itu, seperti udara pagi yang bersemilir pada sore hari, dirinya lagi-lagi harus menuju ke ndalem, kalau pagi tadi dirinya berkewajiban mengeluarkan sepeda, sore haripun dirinya harus berkewajiban memasukkan sepeda, menyiram taman dan lain sebagainya.

Ketika azdan maghrib berkumandang, dan setelah sholat maghrib telah rampung ditunaikan, dirinya harus kembali ke ndalem untuk memenuhi kebutuhan keluarga ndalem yang diampunya. Entah perintah apa saja yang gus perintahkan, yang pasti dirinya harus ke ndalem karna disana Cak Shonif pasti akan menerima perintah baru yang harus ia lakukan sampai adzan isya’ berkumandang.

Aktifitas Cak Shonif yang sangat padat di ndalem tak membuat dirinya merasa tak lagi berkewajiban akan kegiatan pondok pesantren, dirinya tetap melakukan kegiatan pondok pesantren mulai dari musyawaroh, hingga jam 10:30 dimana Cak Shonif harus mengajar santri-santri yang berasal dari lumajang, kota yang terkenal akan buah salaknya.

Itulah aktifitas Cak Shonif di pondok pesantren. Pekerjaan sangat padat, sedikit waktu senggang, tetap istiqomah dan sabar meski di saat tubuh tak lagi tegak bersinar. Namun ada hal yang perlu santri lain ambil dari pribadi Cak Shonif ini dimana dia selalu berkeyakinan bahwa apa yang dia kerjakan dengan ikhlas di pondok pesantren, akan ia tuai nanti ketika di masyarakat. Masya'allah... Semoga Barokah Cak.. Sekarang Engkau Sudah berada di Masyarakat...

@Divisi_Publikasi_PPRU 1

Senin, 01 Januari 2018

Sekapur Sirih Tercetusnya Nama "Raudlatul Ulum 1" - KH. Madarik Yahya


Sekapur Sirih Tercetusnya Nama "Raudlatul Ulum 1" - KH. Madarik Yahya

Pengajian Masyayikh Rutin Malam Selasa Satu Bulan Sekali

Oleh: Syifa'ur Romli

Tentu menjadi hal yang sangat membingungkan santri atau bahkan alumni Raudlatul Ulum 1 jika ditanya bagaimana nama "Raudlatul Ulum 1" sebagai nama almamater lembaga salaf pondok pesantren yang didirikan Al-Maghfurlah KH. Yahya Syabrowi tahun 1949 silam ini.

Atas prakarsa itulah maka kami cetuskan tulisan ini dengan maksud dapat membantu menambah wawasan santri dan alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran. Bagaimana selanjutnya lembaga salaf yang senantiasa kita cari barokah serta manfaat ilmunya ini memiliki nama sakral yang wajib dipertaruhkan.

KH. Madarik Yahya kebetulan mengisi pengajian Mauidotul Hasanah Tepatnya malam selasa 1 Januari 2018 kemarin. Dengan pembuka prakatanya dengan tema hubungan guru dan santri itu, sekelumit beliau menyempatkan bercerita bagaimana pondok pesantren salaf ini bisa berbeda dengan pondok pesantren yang semi salaf sampai modern.

Bahwa pondok pesantren modern itu dalam segenap kegiatan serta pelajaran yang disuguhkan lebih banyak mendasar pada buku-buku literasi umum, sekalipun ada kitabnya, namun lebih cenderung menggunakan terjemah. Dalam perbandingannya, edukasi umum lebih dominan dibanding kitab kuning ulama' salaf.

Sebaliknya, pesantren salaf justru lebih mendominasikan kitab kuning klasik karya ulama' salaf sebagai rujukan. Serta kehidupan yang serba dihalangi dengan keterbatasan dan kekurangan. Sebab itulah yang diajarkan. Selain itu, maka semi formal menjadi posisi tengah-tengah.

Lantas bagaimana dengan pondok pesantren kita Raudlatul Ulum 1 ini? Apakah termasuk salaf atau semi modern? Maka dengan tegas beliau KH. Madarik Yahya menjawab bahwa contoh pesantren salaf kita ini termasuk salaf. Apapun problematika umat yang ada maka rujukan dasar utamanya adalah kitab kuning salaafiyah yang dipertahankan. Serta metode pembelajarannya menggunakan metoda sorogan, ngaji langsung terhadap para masyayikh dan lainnya.

*Sejarah nama "Raudlatul Ulum 1"

Pada awal KH. Yahya Syabrowi mendirikan pondok pesantren ini, tentulah tanpa memiliki nama. Mungkin para santri dahulu mengenalnya hanya dengan nama pondok Ganjar, pondok Kyai Yahya. Dengan seiring berjalannya waktu, maka segenap putra-putra beliau mengusulkan nama lembaga pondok pesantren salaf ini tatkala didirikan lembaga formal Madrasah Aliyah dahulu.

Perlu diketahui, bahwa pada awalnya Madrasah Aliyah dahulu 80% pengajian kitab kuning salaf. Berubah tatkala ada peraturan dari pemerintah untuk menjadi sebagaimana pendidikan formal pada umumnya sekalipun tetap mempertimbangkan pelajaran agama dengan pedoman kitab kuning.

Tercetuslah nama "Miftahus Sibyan" untuk sekolah MA utara (mengenai pencetus nama-tidak terdata). Sekian waktu berjalan, putra beliau yang bernama KH. Khozin Yahya memprakarsai usulan kepada sang abah untuk merubah nama lembaga dengan hasil istikhorohnya yakni "Raudlatul Ulum".

Atas banyaknya komitmen untuk merubah nama lembaga dengan usulan nama yang banyak pula, maka Syaikhuna Yahya Syabrowi pun melakukan istikhoroh demi memohon saran kepada sang Maha Kuasa akan nama apa yang patut dijadikan ikon lembaga serta almamater sampai saat ini. Pada mimpi beliau timbullah nama jawaban Khozin Yahya yang menandakan bahwa nama yang patut dipilih adalah usulan salah satu putra beliau dengan nama "Raudlatul Ulum". Semenjak itulah ditetapkan nama Raudlatul Ulum untuk pondok pesantren dan lembaga formal Madrasah Aliyah.

Pada dasarnya, Raudlatul Ulum adalah nama utama untuk pondok pesantren kita ini, yang kemudian disusul dengan berdirinya pondok lain dengan pendiri yang masih memiliki ikatan kekerabatan dengan KH. Yahya Syabrowi, lalu tercetuslah nama Raudlatul Ulum 1 (Pusat), sampai tercatat berjumlah Raudlatul Ulum VI.

Dan, sampai saat ini bahkan, nama kebanggaan yang patut dijaga muru'ahnya oleh para insan yang selalu berdoa serta mengharap ridho, barakah serta manfaat dari para Masyayikh Allaahumma Ighfir Lahum (termasuk kita: pembaca) sampai hari kiamat.

*Diambil dari ceramah KH. Madarik Yahya Senin, 01 Januari 2018

Minggu, 31 Desember 2017

Hari yang Ditunggu Tiba, Khatmil Kutub Riyad As-Shalihin oleh KH. Nasihuddin Khozin

Hari yang Ditunggu Tiba, Khatmil Kutub Riyad As-Shalihin
Hari yang Ditunggu Tiba, Khatmil Kutub Riyad As-Shalihin
Oleh: Syifa'ur Romli

Kyai. H. Nasihuddin Khozin - Lima Tahun sudah menjadi masa sekaligus saksi akan perjuangan kaum santri Raudlatul Ulum 1 atas perjuangannya selama itu dalam bergelut melawan keluh kesah mengkaji kitab Riyadh As-Shalihin di bawah ampuan sang maha guru KH. Nasihuddin Khozin.

Malam ini, penghujung akhir tahun tepatnya tanggal 31 Desember 2017, kitab yang dikarang oleh ulama tersohor As-Syekh Syarifuddin Yahya An-Nawawi dengan kitabnya Riyadh As-Sholihin telah rampung dikaji atas bimbingan Kyai H. Nasihuddin Khozin bersama santri Raudlatul Ulum 1. Alhamdulillah Barakallaahu Lana.

Yang unik untuk awal kali Kyai. H. Nasihuddin Khozin menghatamkan kitab Riyadh As-Shalihin sejak awal dikaji tahun 2013 ini adalah bertepatannya dengan malam tahun baru masehi 2018. Sehingga secara tidak langsung menjadi penghibur bernuansa islami bagi para santri Raudlatul Ulum 1 untuk merayakannya. Tentu dari pada melaluinya dengan hal yang kurang manfaat terlebih jika mengandung maksiat.

Banyak pesan dan kesan dalam khatmil kutub kali ini, berikut ringkasan kesan dari para santri Raudlatul Ulum 1: Menurut Ust. Muslimat "Dengan hatam kitab ini, semoga menjadi pintu pembuka agar cepat pergi Haji" Amin. Lain lagi menurut Ust. Yusroful Kholili "Yang menjadi kesan tersendiri bagi saya, bahwa banyak ketika awal mengkaji kitab ini dulu bersama saya, namun kini mereka tinggal nama. Dan hanya saya pribadi yang bisa ikut khataman. Ust Ahmad Nilam tak telat dalam hal ini menurutnya "Alhamdulillah, sekalipun hanya nutut khotmilnya saja. Semoga kebagian barokah". Wakil kepala pesantren justru lebih menarik lagi komentarnya. Menurutnya "Khatam kitab Riyadh As-Shilihin, yeh leggeh".

Dan pada intinya, semua merasa bahagia dapat turut mengkaji kitab Riyadh As-Sholihin ini. Dengan harap mendapat barokah doa dan manfaat ilmu dari sang muallif, KH. Nasihuddin, serta seluruh masyayikh lainnya. Mengawali tahun baru dengan pembukaan kembali kajian kitab yang telah menjadi tradisi Salafuna Ash-Sholih sejak KH. Yahya Syabrowi.

Kajian ditutup dengan doa yang menusuk kalbu, dengan desihan bunyi kipas angin di dalam musholla, dengan alunan syahdu angin sepoi menyapa petang. Allahumma Baarik Lanaa wa Jamii at-Talaamid al-Ma'had Raudlatul Ulum al-Ula. Amiin.

@Divisi_Publikasi PPRU 1

Sabtu, 30 Desember 2017

Haul KH. Yahya Syabrowi ke-30 Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1

Haul KH. Yahya Syabrowi ke-29 Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1

Haul KH. Yahya Syabrowi ke-30 Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1

Oleh: Syifa'ur Romli

PPRU 1 News
-Hujan dengan derasnya mengguyur tanah Desa Ganjaran dan sekitarnya. Pada hari dimana bertepatan dilaksanakannya haul KH. Yahya Syabrowi ke-30. Tepatnya hari Kamis, 21 Desember 2017. Dalam pelaksanaan haul masyayikh kemarin, adalah bertepatapa dengan wafatnya pendiri sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, para hadirin yang diundang menghadiri acara haul itu terdiri dari undangan utama (para masyayikh desa Ganjaran), undangan umum dan para santri. Hanya berbeda dalam segi pelaksanaannya. Yakni dilaksanakan dengan sederhana (bukan Haul Akbar).

Ada hal menarik yang menjadi kesan dalam pelaksanaan haul masyayikh kemarin. Antara lain dimana mulai tahun 2012, haul dilaksanakan dalam cuaca terang dan bersahabat. Namun berbeda untuk pelaksanaan kemarin sebab hujan yang menyelimuti rangkaian acara semenjak awal. Namun, hal tersebut menjadikan haul kemarin berjalan dengan khidmat dan penuh kerinduan kepada sang kiai.

Setelah pembacaan tawassul yang dipimpin oleh KH. Mukhls Yahya, pembacaan yasin dipimpin oleh KH. Abdul Malik. Dan dilanjut dengan tahlil oleh KH. Abdur Rosyid dan ditutup dengan pembacaan do'a oleh KH. Abdus Syakur. Semua berjalan dengan syahdu dengan alunan nada hujan yang tak hentinya menyapu atap.

Hujan baru berhenti sesaat setelah acara ramah tamah berlangsung. Menurut Ust. Khoiron Halim S.Pd, turunnya hujan seakan menandakan bahwa bumi pun ikut merindu akan kepergian sang kiyai semenjak tahun 1987 silam. Dimana, semua mata yang tak pernah menangis menjadi mengalir dan semua hati yang tak pernah lentur akan menjadi luluh menyesalkan kepergiannya. Semoga kita senantiasa diakui beliau sebagai santrinya. Amiin. Allaahumma Ighfir Lahu Warhamhu Wa'aafihi Wa'fu 'Anhu.

@Divisi_Publikasi PPRU 1

Rabu, 27 Desember 2017

As-Syafaah TV - Chanel Resmi Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Malang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Bagi segenap Santri dan alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1, jangan sampai ketinggalan untuk mengikuti video kami selanjutnya ya..
Like & Subscribe untuk selalu mendapatkan Update video terbaru kami selanjutnya. Jangan lupa pula untuk selalu membagikan video serta mengisi kolom komentar untuk turut membangun bersama Channel pesantren kita.

#Divisi_Publikasi_PPRU_1

Profil Madrasah Diniyah PonPes Raudlatul Ulum 1 Malang


Lomba Festival Musabaqah Raudlatul Ulum ke-18 Faqro-U


Do'a Nyai. H. Mamnunah Yahya Pada Haul Akbar ke-29


Tahlil KH. Ahmad Hariri Yahya Pada Haul Akbar ke-29


Tembang Sholawat "Syaikhuna Yahya Syabrowi" As-Syafaah


Resepsi Pernikahan Nyai Hilyatud Diniyah dengan Gus Abdul Mujib


Kunjungan Syaikh Muhammad Ismail Al-Yamani ke PPRU 1
***********************************************************************************
Untuk Video yang Lain, Silakan Kunjungi Link di Bawah Ini:

As-Syafaah TV

Like & Subscribe untuk Membangun Channel Kita Bersama.

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan - PPRU 1

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan - PPRU 1

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan


Oleh: Gus. Muhammad Zamzami Alifi

Di dunia pesantren, tidak ada yang tidak mengenal tata bahasa arab (Nahwu dan Sharaf). Karena pondok pesantren adalah tempat dimana para santri belajar menjadi manusia muslim, dalam aspek tertentu, yang religius. Ini artinya manusia yang diidamkan oleh masyarakat sebagai manusia yang tertanam di dalamnya nilai-nilai keagamaan yang dalam. Namun untuk menuju kesana, bukanlah hal yang mudah bagi para santri, sebab untuk mempelajari beberapa literatur yang mengajarkan hal tersebut menggunakan pengantar berbahasa arab. Sehingga, mau tidak mau, tata bahasa arab adalah satu-satunya jalan keluar, khususnya ilmu Nahwu.

Dalam ilmu Nahwu yang biasa diajarkan di pesantren, pembahasan yang pertama kali dihadirkan kepada para santri tentang disiplin ilmu ini adalah seputar Kalam yang didifinisikan dengan al-lafdhu al-murakkabu al-mufidu bi al-wadl’i, yakni sebuah struktur bahasa yang tersusun dari dua kata (Baca: kalimat)atau lebih, yang memberikan sebuah makna yang berfaidah, serta diucapkan dengan kesengajaan (menurut satu pendapat) atau diucapkan dengan menggunakan bahasa Arab (menurut pendapat yang lain).

Sekilas kita hanya memandang definisi di atas hanya sebagai sebuah kata pengantar untuk memahami konsep dari term Kalam itu sendiri. Sehingga dengan mengetahui konsep dari Kalam ini para pelajar ilmu Nahwu akan dimudahkan untuk memahami kelanjutan beberapa pembahasan tentang ilmu tata bahasa arab ini. Namun siapa yang menyangka, jika kita perhatikan lebih dalam dan berkenan untuk melepaskan diri dari keterikatan kita dengan paradigma konsumtif kita tentang sebuah definisi, kita bisa memetik sebuah pelajaran dari hanya sekedar definisi, khususnya dari ilmu Nahwu sendiri. 

Untuk itu, mari kita perhatikan kembali definisi di atas. Pada kalimat kedua dari definisi,ada kata “...yang memberikan sebuah makna yang berfaidah, …”. kita berhenti di situ saja. Para Nuhat (kata plural yang digunakan untuk menyebutkan para ilmuan tata bahasa arab, atau biasa juga disbut Nahwiyyin) memberikan penjelasan tentang kata Mufid tersebut bahwa yang dimaksud dengan “yang memberikan sebuah makna yang berfaidah” disini adalah proses transferring sebuah pengetahuan atau pemahaman terhadap lawan bicara.

Namun,di sini disyaratkan, setelah proses tersebut, antara pembicara dan pendengar ada semacam keterdiaman. Maksudnya, si pembicara tidak mengulangi pembicaraan yang sama dan si pendengar tidak membutuhkan pengulangan dari si pembicara tentang apa yang disampaikan. Dalam literatur kitab-kitab nahwu, hal ini sering disebut dengan faidatan yahsunu as-sukut ‘alaiha, yakni sebuah informasi, pengetahuan, atau pemahaman yang dianjurkan adanya keterdiaman antara pembicara dan lawab bicara.

Sebelum kita melakukan analisis, mari kita simak dulu sebuah gagasan dari seorang filsuf besar tentang salah satu teorinya. Filosof muslim terkenal, Abu Nasir al-Farabi, menggagas sebuah teori tentang Kebahagiaan, yang dikenal dengan istilah Filsafat Kebahagiaan. Ia mengartikan term kebahagiaan dengan kepuasan, kelegaan, perasaan tuntas sempurna, dan tidak lagi melirik terhadap hal lain. Oleh sebab itu, kebahagiaan ini tidak terletak pada pencapaian atas hal-hal yang sifatnya material, akan tetapi terdapat pada pengetahuan untuk menyikapi hal-hal yang ada yang sifatnya material.

Filsuf yang dijuluki al-mu’allim as-tsani ini menambahkan bahwa Kebahagiaan berbanding lurus dengan kesempurnaan jiwa, sedangkan kesempurnaan ini tergantung pada pengetahuan. Semakin bertambah pengetahuan seseorang, semakin bertambah pula kesempurnaan jiwanya. Kemudian, apabila kesempurnaan jiwa ini semakin bertambah, maka semakin besar kebahagiaannya. Pengetahuan akan membuat seseorang menjadi tenang dengan apa yang dimilikinya (sukun an-nafs). Cukup sekian dulu tentang Filsafat Kebahagiaan al-Farabi dan mari kita mulai menganalisis.

Menginformasikan seseorang tentang sesuatu yang tidak ia ketahui sama sekali sebelumnya atau ia merasa sulit untuk memperoleh pemahaman tentang sesuatu tersebut, jika kemudian informasi ini sampai kepadanya,maka tentu saja akan mebuatnya merasakan sebuah kepuasan tersendiri dan memperoleh sebuah ketenangan tanpa memerlukan lagi informasi tambahan yang lain, -yahsunu as-sukut ‘alaiha-. Dengan kata lain, pengetahuan yang ia terima tentang hal yang ia pertanyakan mampu membuat kondisi kejiwaannya menjadi tersempurnakan.

jika kita memiliki bahan-bahan untuk dijadikan sebuah minuman kopi misalnya, namun kita belum tahu bagaimana membuatnya, tentu kita bertanya-tanya tentang tata cara untuk membuat minuman kopi tersebut. Pikiran yang bertanya-tanya ini merupakan gambaran dari tidak memiliki pengetahuan, sehingga jiwa merasakan sebuah kekurangan. Kemudian jika seseorang memberitahu kita tentang tata cara untuk membuat minuman kopi, maka pikiran yang tadinya bertanya-tanya akan merasa terpuaskan. Hal ini disebabkanoleh bertambahnya sebuah pengetahuan. Oleh karena itu, jiwa yang tadinya merasakan akan adanya kekurangan, kini merasa tersempurnakan oleh informasiyang telah disampaikan, yakni sebuah tata cara untuk membuat minuman kopi.

Dengan demikian, informasi yang diperoleh tersebut merupakan sebuah kalam yang mufid. Karena telah memberikan sebuah kesan yang disebutkan diatas dengan yahsunu as-sukutu ‘alaiha. Kita tidak memerlukan pengulangan tentang tata cara tadi karena setelah itu kita sudah bisa membuat minuman kopi. Di samping itu, si penyampai informasi tadi tidak perlu untuk mengulangi informasi yang sama.
Dengan begitu. menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain sama halnya dengan mentrasfer sebuah pengetahuan kepadanya, jika orang lain ini mendapatkan pengetahuan tentang apa yang belum ia ketahui sebelumnya, atau ia bertanya-tanya tentang hal tersebut, maka sama halnya dengan kita semakin menyempurnakan jiwanya. Dengan demikin, bisa kita katakan bahwa menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain, berarti kita semakin menambah kesempurnaan atas kebahagiaannya. Dengan kata yang lebih mudah, secara filosofis, sama halnya kita membahagiakannya.

Di sini bisa kita lihat bahwa dari hanya sekedar definisi tentang kalam, jika kita perhatikan lebih dalam dengan merelasikannya kepada hal lain atau tidak hanya memandangnya melalui aspek definitifnya saja, maka dapat kita petik sebuah pelajaran. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa term-term lain dari disiplin ilmu tata bahasa arab atau ilmu nahwu, atau bahkan disiplin keilmuan lainnya, jika direlasikan dengan hal lain diluarnya, bisa melahirkan sebuah makna filosofis yang lebih besar dan tentunya lebih bermanfa’at.

@Divisi_Publikasi_PPRU 1

Senin, 25 Desember 2017

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit-PPRU1

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit

Oleh: Syifa’ur Romli

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit-PPRU1
Kompleks PPRU1 Tampak dari Atas Aula
Oleh: Syifa'ur Romli

Musim hujan sudah menjadi hal yang wajar untuk bulan-bulan akhir dalam setiap penghujung tahun. Pada tahun ini saja, setiap daerah di Indonesia tak lepas dengan musim hujan yang terus menerus mengguyur bumi Khususnya Kabupaten Malang.

Hujan di daerah Gondanglegi mulai sering terjadi pada awal bulan Oktober, 2017. Dan akan terus berlangsung sampai akhir bulan Januari, 2018. Gejala alam berupa hujan ini sangat dikhawatirkan mendatangkan lebih banyak gejala di setiap daerah yang terlanda, khususnya Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran.

Menurut pengamatan pengurus yang juga merangkap jabatan sebagai bagian kesehatan, Ust. Nurul Imam menegaskan bahwa sepanjang musim hujan yang mengguyur desa Ganjaran mulai awal bulan Oktober kemarin, para santri Raudlatul Ulum telah banyak menderita gejala penyakit antara lain: Gatal disertai nanah, Influenza dan diare.

Hujan susulan yang mungkin lebih besar lagi dihawatirkan dapat mendatangkan lebih banyak penyakit membahayakan kesehatan santri. Terlebih penyakit-penyakit yang dapat mudah menuar seperti penyakit kulit, tifus dan infeksi saluran pernafasan. Sebab, melihat kondisi lingkungan pesantren yang sangat memungkinkan untuk menjadi sarang penyakit.

Dengan adanya prediksi tersebut, pihak pengurus Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 mulai memperhatikan kebersihan para santri khususnya dalam menjaga tempat sampah dan baju-baju untuk selalu diwaspadai oleh santri agar selalu bersih. Sebab, 75% penyakit menular yang sering terjadi di pesantren disebabkan kelalaian dalam menjaga pakaian. “Jika dibiarkan kotor lalu dicampur dengan pakaian bersih milik temannya tentunya akan lebih bahaya untuk menular” Ujar Ust. Umar, pengurus bidang Kebersihan dan Pengairan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1.

Upaya demi upaya mulai dilakukan segenap pengurus pusat dan pengurus daerah Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 untuk ikut serta saling mejaga kebersihan dan kesucian Pondok Pesantren. Mulai dari imbauan, penanganan, dan tindakan. Terlebih jika di musim hujan, sebagian besar lantai di kompleks pesantren terlihat sangat kotor.

Dalam hal ini Wakil Kepala Pesantren, Ust. Abdur Rofiq S.Pd berpendapat ketika dimintai keterangan oleh Tim Publikasi Raudlatul Ulum 1 “Kami rasa gejala musim hujan seperti halnya saat ini merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Sebab, jika diremehkan sedikit saja, maka wabah penyakit menular akan berkepanjangan dan tentunya dapat meresahkan semua pihak pondok pesantren”.

@Tim_Publikasi PPRU1