Senin, 01 Januari 2018

Sekapur Sirih Tercetusnya Nama "Raudlatul Ulum 1" - KH. Madarik Yahya


Sekapur Sirih Tercetusnya Nama "Raudlatul Ulum 1" - KH. Madarik Yahya

Pengajian Masyayikh Rutin Malam Selasa Satu Bulan Sekali

Oleh: Syifa'ur Romli

Tentu menjadi hal yang sangat membingungkan santri atau bahkan alumni Raudlatul Ulum 1 jika ditanya bagaimana nama "Raudlatul Ulum 1" sebagai nama almamater lembaga salaf pondok pesantren yang didirikan Al-Maghfurlah KH. Yahya Syabrowi tahun 1949 silam ini.

Atas prakarsa itulah maka kami cetuskan tulisan ini dengan maksud dapat membantu menambah wawasan santri dan alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran. Bagaimana selanjutnya lembaga salaf yang senantiasa kita cari barokah serta manfaat ilmunya ini memiliki nama sakral yang wajib dipertaruhkan.

KH. Madarik Yahya kebetulan mengisi pengajian Mauidotul Hasanah Tepatnya malam selasa 1 Januari 2018 kemarin. Dengan pembuka prakatanya dengan tema hubungan guru dan santri itu, sekelumit beliau menyempatkan bercerita bagaimana pondok pesantren salaf ini bisa berbeda dengan pondok pesantren yang semi salaf sampai modern.

Bahwa pondok pesantren modern itu dalam segenap kegiatan serta pelajaran yang disuguhkan lebih banyak mendasar pada buku-buku literasi umum, sekalipun ada kitabnya, namun lebih cenderung menggunakan terjemah. Dalam perbandingannya, edukasi umum lebih dominan dibanding kitab kuning ulama' salaf.

Sebaliknya, pesantren salaf justru lebih mendominasikan kitab kuning klasik karya ulama' salaf sebagai rujukan. Serta kehidupan yang serba dihalangi dengan keterbatasan dan kekurangan. Sebab itulah yang diajarkan. Selain itu, maka semi formal menjadi posisi tengah-tengah.

Lantas bagaimana dengan pondok pesantren kita Raudlatul Ulum 1 ini? Apakah termasuk salaf atau semi modern? Maka dengan tegas beliau KH. Madarik Yahya menjawab bahwa contoh pesantren salaf kita ini termasuk salaf. Apapun problematika umat yang ada maka rujukan dasar utamanya adalah kitab kuning salaafiyah yang dipertahankan. Serta metode pembelajarannya menggunakan metoda sorogan, ngaji langsung terhadap para masyayikh dan lainnya.

*Sejarah nama "Raudlatul Ulum 1"

Pada awal KH. Yahya Syabrowi mendirikan pondok pesantren ini, tentulah tanpa memiliki nama. Mungkin para santri dahulu mengenalnya hanya dengan nama pondok Ganjar, pondok Kyai Yahya. Dengan seiring berjalannya waktu, maka segenap putra-putra beliau mengusulkan nama lembaga pondok pesantren salaf ini tatkala didirikan lembaga formal Madrasah Aliyah dahulu.

Perlu diketahui, bahwa pada awalnya Madrasah Aliyah dahulu 80% pengajian kitab kuning salaf. Berubah tatkala ada peraturan dari pemerintah untuk menjadi sebagaimana pendidikan formal pada umumnya sekalipun tetap mempertimbangkan pelajaran agama dengan pedoman kitab kuning.

Tercetuslah nama "Miftahus Sibyan" untuk sekolah MA utara (mengenai pencetus nama-tidak terdata). Sekian waktu berjalan, putra beliau yang bernama KH. Khozin Yahya memprakarsai usulan kepada sang abah untuk merubah nama lembaga dengan hasil istikhorohnya yakni "Raudlatul Ulum".

Atas banyaknya komitmen untuk merubah nama lembaga dengan usulan nama yang banyak pula, maka Syaikhuna Yahya Syabrowi pun melakukan istikhoroh demi memohon saran kepada sang Maha Kuasa akan nama apa yang patut dijadikan ikon lembaga serta almamater sampai saat ini. Pada mimpi beliau timbullah nama jawaban Khozin Yahya yang menandakan bahwa nama yang patut dipilih adalah usulan salah satu putra beliau dengan nama "Raudlatul Ulum". Semenjak itulah ditetapkan nama Raudlatul Ulum untuk pondok pesantren dan lembaga formal Madrasah Aliyah.

Pada dasarnya, Raudlatul Ulum adalah nama utama untuk pondok pesantren kita ini, yang kemudian disusul dengan berdirinya pondok lain dengan pendiri yang masih memiliki ikatan kekerabatan dengan KH. Yahya Syabrowi, lalu tercetuslah nama Raudlatul Ulum 1 (Pusat), sampai tercatat berjumlah Raudlatul Ulum VI.

Dan, sampai saat ini bahkan, nama kebanggaan yang patut dijaga muru'ahnya oleh para insan yang selalu berdoa serta mengharap ridho, barakah serta manfaat dari para Masyayikh Allaahumma Ighfir Lahum (termasuk kita: pembaca) sampai hari kiamat.

*Diambil dari ceramah KH. Madarik Yahya Senin, 01 Januari 2018
Previous Post
Next Post

0 comments: