Sabtu, 23 Desember 2023

Penghitung Keliling Bumi Pertama itu Bernama Al-Biruni

Penghitung Keliling Bumi Pertama itu Bernama Al-Biruni

PPRU 1 Sosok | George Sarton, seorang ahli kimia dan sejarawan Amerika kelahiran Belgia, pernah menggambarkan Al-Biruni sebagai "Leonardo da Vinci-nya Islam" karena keahliannya yang mencakup berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Sementara itu, K Ajram membandingkan Leonardo da Vinci sebagai "Al-Biruni-nya Kristen," mengingat Al-Biruni hidup lima abad sebelum da Vinci dan sumbangsihnya dalam ilmu pengetahuan lebih orisinal.

Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni lahir pada 4 September 973 M di Kath, ibu kota Khawarizm (kini wilayah Uzbekistan). Sejak kecil, Al-Biruni menunjukkan minat pada matematika dan astronomi. Namun, pergolakan politik membuatnya berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Al-Biruni tinggal di istana Dinasti Banu Irak sebelum Abu Ali Ma’mun bin Muhammad dari Dinasti Ma’muni mengalahkan mereka pada tahun 995 M. Al-Biruni kemudian pindah ke Rayy dan kemudian ke Gorgon, di mana ia menyelesaikan beberapa karyanya, termasuk Kitab Sisa Pengaruh Masa Lampau.

Di Gorgon, Al-Biruni mendapat dukungan penuh dari penguasa setempat, Syamsul Ma’ali Qabus, yang mengundangnya untuk berkarya di istananya. Al-Biruni memaksimalkan kemampuannya dengan membaca, menulis, dan menganalisis peristiwa antariksa seperti gerhana bulan.

Pergolakan politik membuat Al-Biruni pindah lagi, kali ini ke Istana Mahmud Ghaznawi setelah Dinasti Ghaznawi mengalahkan Dinasti Ma’muni. Selama sekitar 30 tahun, Al-Biruni tinggal di Ghaznawi dan menulis beberapa karya monumental, termasuk "Masamiri Khawarizm," "Tarikh al-Hind," "Kitab Pemahaman Puncak Ilmu Bintang," dan lainnya.

Al-Biruni wafat di Ghaznah pada tahun 1048. Kehidupan dan karyanya mencerminkan dedikasinya terhadap ilmu pengetahuan dan peran pentingnya dalam menggabungkan pengetahuan dari berbagai bidang, termasuk matematika, astronomi, sejarah, dan farmasi.

Perhitungan Fantastis Al-Biruni Tentang Bumi

Al-Biruni, seorang ilmuwan Muslim pada abad ke-11, dikenal sebagai penghitung pertama keliling bumi. Ia menciptakan metode pengukuran yang inovatif untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat dan menghitung kelilingnya. Pada masa itu, perdebatan antara bentuk bumi bulat atau datar masih terus berlanjut.

Al-Biruni menggunakan metode trigonometri dan Astrolabe al-Ustawani buatannya sendiri dalam penelitiannya. Langkah-langkahnya mencakup:

1. Percaya bahwa Bumi Bulat: Al-Biruni pertama-tama meyakini bahwa bumi itu bulat. Dari sini, ia mencari jari-jari bumi sebagai langkah awal untuk menghitung kelilingnya.

2. Mengukur Tinggi Gunung: Al-Biruni mengukur tinggi gunung yang merupakan titik permukaan bumi. Dengan Astrolabe-nya, ia mengarahkannya ke dua titik berbeda di daratan dan mengukur sudutnya. Dengan trigonometri, ia menghitung tinggi gunung.

3. Menghitung Jari-Jari Bumi: Menggunakan data dari pengukuran tinggi gunung, Al-Biruni menggunakan rumus trigonometri untuk menghitung jari-jari bumi. Ia memperoleh nilai yang sangat akurat.

4. Menggambar Bumi dalam Dimensi Dua: Al-Biruni menggambar bumi sebagai lingkaran dalam dimensi dua dengan memanfaatkan data jari-jari yang telah dihitungnya.

5. Menghitung Keliling Bumi: Dengan menggunakan rumus keliling lingkaran, Al-Biruni menghitung keliling bumi. Hasilnya sangat dekat dengan penghitungan modern.

Hasil perhitungan Al-Biruni adalah sekitar 40.225 km, sedangkan penghitungan modern adalah 40.074 km. Meskipun menggunakan metode yang terbatas pada zamannya, fantastisnya, ketepatan Al-Biruni mencapai 99,62 persen, hanya meleset sekitar 0,38 persen dari pengukuran modern. Prestasinya menunjukkan kecerdasan dan ketelitian dalam ilmu pengetahuan, mengukir namanya sebagai salah satu ilmuwan besar dalam sejarah peradaban Islam.

Previous Post
Next Post

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 adalah pesantren salaf yang didirikan oleh KH. Yahya Syabrowi, Menggenggam Ajaran Salaf, Menatap Masa Depan

0 comments: