Sabtu, 17 Februari 2018

Sukses dengan Memperhatikan Administrasi

"ألا لا تنال العلم إلا بستة"
Syair di atas ini sudah saya kenal 15 tahun yang lalu, namun pada waktu itu saya tidak mengerti apa yang di maksud oleh pengarang syair tersebut, hanya saja pada waktu saya hanya di suruh membaca berulang-ulang saja,  tanpa ada niatan untuk menghafal, ntah karena apa bacaan 15 tahun yang lalu masih  teringat sampai sekarang. Oooo ternyata ini maksudnya” seorang santri yang ingin mencapai kesuksesanya mencari ilmu, maka ia harus melalui enam tahap ini. Di antaranya cerdas, bersungguh-sungguh, belajar terus-menerus, Nah yang terahir SPP lunas, sebab hidupku senang jika anda semua lunass,,mungkin itu salah satu isinya, Wallahu “alam.

Semua enam tahap kesuksesan mencari ilmu  itu saling berhubungan satu sama lain.

1. Dzuka'in (cerdas)

Cerdas adalah salah satu syarat untuk menuntut ilmu. Kecerdasan yang ada pada diri seorang santri terkadang memang sebagai perangai yang Allah berikan kepadanya. Sebagaimana kecerdasan yang dikaruniakan Allah kepada Ibnu Abbas. Terkadang kecerdasan itu ada, karena memang harus diusahakan. Bagi orang yang sudah memiliki kecerdasan tersebut tinggal menguatkannya, namun apabila belum mempunyai kecerdasan hendaknya ia melatih jiwanya untuk berusaha mendapatkan kecerdasan tersebut. Kecerdasan adalah sebab di antara sebab-sebab yang paling kuat untuk membantu seseorang menggapai ilmu, memahami dan menghafalkannnya. Memilah-milah permasalahn, menggabungkan dalil-dalil yang kelihatannya bertentangan dan yang selain dari hal itu:

انما العلم با لتعلم

ilmu itu diperoleh dengan belajar”. Al-Hadist

Bukan karena keturunan, bukan pula berdo’a, bukan karena ketampanan atau kecantikan saja melainkan harus belajar.

Dan yang menjadi masalah sekarang ialah  anak yang cerdas tetapi tidak memiliki ketekunan dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, jawabannya simpel saja sudah pasti dia tidak akan menjadi orang pandai/‘Alim 'ulama.

2. Hirshin (Semangat mencari ilmu)

Semangat merupakan salah satu tonggak yang harus di tanamkan di dalam hati, sebab jika tidak di tanamkan kesungguhan di dalam hati, terkait mencari ilmu katakan saja santai-santai, bermalas-malasan, maka ia akan mengalami kerugian yang sangat besar, ilmu tidak akan di peroleh dengan cepat jika tidak sungguh-sungguh, sebaliknya kalau bermalas-malasan mencari ilmu maka perolehan ilmu akan lambat dan sedikit.

3. Wastibariin (Sabar dalam mencari ilmu)

Sabar termasuk kunci kesuksesan bagi santri yang berniat mencari ilmu, kalau tidak sabar maka ilmu enggan untuk menghampirinya, sebaliknya kalau sabar menghadapi ujian maka dengan senang hati ilmu akan mudah di peroleh, kenapa sabar menjadi salah satu kunci sukses mencari ilmu? Sebab mencari ilmu itu berat, banyak tantangannya, contoh nyatanya, lebih banyak main game, lebih banyak mengutak-atik HP ketimbang, muthala’ah kitab, lebih banyak berlibur ketimbang belajar, lebih banyak malasnya dari pada menghafal, ini semua merupakan ujian seorang santri ketika mencari ilmu, kalau tidak ada kesabaran di dalamnya, maka kita  tinggal menunggu waktu saja penyesal akan tiba dan juga  banyak kan sahabat-sahabat kita putus mondok gara-gara sepele, pengen nikah, tidak betah, terkena kudis, ada masalh dengan temannya, takut hafalan. Ini semua adalah ujian yang harus di lewati oleh seorang santri.

Seperti dalam syair

   تجرع ذل الجهل طول حياته# من لم يذق مر التعلم ساعة

4. Bulghatin (Bekal mencari ilmu)

Ribuan tahun yang lalu ketika pesantren berdiri kokoh di negara ini, pasti yang namanya bekal itu pasti ada, karena tanpa adanya bekal seorang santri akan mengalami gangguan psikis, sehingga tujuan mencari ilmu akan terbengkalai. Kecuali ada dipensasi dari pihak yang berwenang.

Nah untuk saat ini bekal itu ada dua macam yang pertama bekal untuk mencukupi kebutuhan pribadinya yang kedua bekal untuk memenuhi kebutuhan pesantren yang di tempati, seperti bayar listrik, bayar air PDAM, bayar pengangkut buang sampah, bisyarah untuk asatid itu kalau ada. membeli peralatan pesantren, itu semua bayarnya bukan makai daun, maka dari itu tanpa di minta, tanpa di umumkan tiap hari, harus sadar dan peka karena pesantren ini juga butuh uang, jadi tidak ada salahnya seorang santri membayar administrasi pesantren tepat waktu agar progam pesantren berjalan sesuai keinginan bersama.

Jadi santri harus menjalani tahap-tahap untuk mencapai kesuksesan mencari ilmu, maka semua tahap tersebut harus di penuhi oleh seorang santri terutama masalah administrasi keuangan.

Oleh: Ust. Mursyid Hasan

Rabu, 27 Desember 2017

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan - PPRU 1

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan - PPRU 1

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan


Oleh: Gus. Muhammad Zamzami Alifi

Di dunia pesantren, tidak ada yang tidak mengenal tata bahasa arab (Nahwu dan Sharaf). Karena pondok pesantren adalah tempat dimana para santri belajar menjadi manusia muslim, dalam aspek tertentu, yang religius. Ini artinya manusia yang diidamkan oleh masyarakat sebagai manusia yang tertanam di dalamnya nilai-nilai keagamaan yang dalam. Namun untuk menuju kesana, bukanlah hal yang mudah bagi para santri, sebab untuk mempelajari beberapa literatur yang mengajarkan hal tersebut menggunakan pengantar berbahasa arab. Sehingga, mau tidak mau, tata bahasa arab adalah satu-satunya jalan keluar, khususnya ilmu Nahwu.

Dalam ilmu Nahwu yang biasa diajarkan di pesantren, pembahasan yang pertama kali dihadirkan kepada para santri tentang disiplin ilmu ini adalah seputar Kalam yang didifinisikan dengan al-lafdhu al-murakkabu al-mufidu bi al-wadl’i, yakni sebuah struktur bahasa yang tersusun dari dua kata (Baca: kalimat)atau lebih, yang memberikan sebuah makna yang berfaidah, serta diucapkan dengan kesengajaan (menurut satu pendapat) atau diucapkan dengan menggunakan bahasa Arab (menurut pendapat yang lain).

Sekilas kita hanya memandang definisi di atas hanya sebagai sebuah kata pengantar untuk memahami konsep dari term Kalam itu sendiri. Sehingga dengan mengetahui konsep dari Kalam ini para pelajar ilmu Nahwu akan dimudahkan untuk memahami kelanjutan beberapa pembahasan tentang ilmu tata bahasa arab ini. Namun siapa yang menyangka, jika kita perhatikan lebih dalam dan berkenan untuk melepaskan diri dari keterikatan kita dengan paradigma konsumtif kita tentang sebuah definisi, kita bisa memetik sebuah pelajaran dari hanya sekedar definisi, khususnya dari ilmu Nahwu sendiri. 

Untuk itu, mari kita perhatikan kembali definisi di atas. Pada kalimat kedua dari definisi,ada kata “...yang memberikan sebuah makna yang berfaidah, …”. kita berhenti di situ saja. Para Nuhat (kata plural yang digunakan untuk menyebutkan para ilmuan tata bahasa arab, atau biasa juga disbut Nahwiyyin) memberikan penjelasan tentang kata Mufid tersebut bahwa yang dimaksud dengan “yang memberikan sebuah makna yang berfaidah” disini adalah proses transferring sebuah pengetahuan atau pemahaman terhadap lawan bicara.

Namun,di sini disyaratkan, setelah proses tersebut, antara pembicara dan pendengar ada semacam keterdiaman. Maksudnya, si pembicara tidak mengulangi pembicaraan yang sama dan si pendengar tidak membutuhkan pengulangan dari si pembicara tentang apa yang disampaikan. Dalam literatur kitab-kitab nahwu, hal ini sering disebut dengan faidatan yahsunu as-sukut ‘alaiha, yakni sebuah informasi, pengetahuan, atau pemahaman yang dianjurkan adanya keterdiaman antara pembicara dan lawab bicara.

Sebelum kita melakukan analisis, mari kita simak dulu sebuah gagasan dari seorang filsuf besar tentang salah satu teorinya. Filosof muslim terkenal, Abu Nasir al-Farabi, menggagas sebuah teori tentang Kebahagiaan, yang dikenal dengan istilah Filsafat Kebahagiaan. Ia mengartikan term kebahagiaan dengan kepuasan, kelegaan, perasaan tuntas sempurna, dan tidak lagi melirik terhadap hal lain. Oleh sebab itu, kebahagiaan ini tidak terletak pada pencapaian atas hal-hal yang sifatnya material, akan tetapi terdapat pada pengetahuan untuk menyikapi hal-hal yang ada yang sifatnya material.

Filsuf yang dijuluki al-mu’allim as-tsani ini menambahkan bahwa Kebahagiaan berbanding lurus dengan kesempurnaan jiwa, sedangkan kesempurnaan ini tergantung pada pengetahuan. Semakin bertambah pengetahuan seseorang, semakin bertambah pula kesempurnaan jiwanya. Kemudian, apabila kesempurnaan jiwa ini semakin bertambah, maka semakin besar kebahagiaannya. Pengetahuan akan membuat seseorang menjadi tenang dengan apa yang dimilikinya (sukun an-nafs). Cukup sekian dulu tentang Filsafat Kebahagiaan al-Farabi dan mari kita mulai menganalisis.

Menginformasikan seseorang tentang sesuatu yang tidak ia ketahui sama sekali sebelumnya atau ia merasa sulit untuk memperoleh pemahaman tentang sesuatu tersebut, jika kemudian informasi ini sampai kepadanya,maka tentu saja akan mebuatnya merasakan sebuah kepuasan tersendiri dan memperoleh sebuah ketenangan tanpa memerlukan lagi informasi tambahan yang lain, -yahsunu as-sukut ‘alaiha-. Dengan kata lain, pengetahuan yang ia terima tentang hal yang ia pertanyakan mampu membuat kondisi kejiwaannya menjadi tersempurnakan.

jika kita memiliki bahan-bahan untuk dijadikan sebuah minuman kopi misalnya, namun kita belum tahu bagaimana membuatnya, tentu kita bertanya-tanya tentang tata cara untuk membuat minuman kopi tersebut. Pikiran yang bertanya-tanya ini merupakan gambaran dari tidak memiliki pengetahuan, sehingga jiwa merasakan sebuah kekurangan. Kemudian jika seseorang memberitahu kita tentang tata cara untuk membuat minuman kopi, maka pikiran yang tadinya bertanya-tanya akan merasa terpuaskan. Hal ini disebabkanoleh bertambahnya sebuah pengetahuan. Oleh karena itu, jiwa yang tadinya merasakan akan adanya kekurangan, kini merasa tersempurnakan oleh informasiyang telah disampaikan, yakni sebuah tata cara untuk membuat minuman kopi.

Dengan demikian, informasi yang diperoleh tersebut merupakan sebuah kalam yang mufid. Karena telah memberikan sebuah kesan yang disebutkan diatas dengan yahsunu as-sukutu ‘alaiha. Kita tidak memerlukan pengulangan tentang tata cara tadi karena setelah itu kita sudah bisa membuat minuman kopi. Di samping itu, si penyampai informasi tadi tidak perlu untuk mengulangi informasi yang sama.
Dengan begitu. menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain sama halnya dengan mentrasfer sebuah pengetahuan kepadanya, jika orang lain ini mendapatkan pengetahuan tentang apa yang belum ia ketahui sebelumnya, atau ia bertanya-tanya tentang hal tersebut, maka sama halnya dengan kita semakin menyempurnakan jiwanya. Dengan demikin, bisa kita katakan bahwa menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain, berarti kita semakin menambah kesempurnaan atas kebahagiaannya. Dengan kata yang lebih mudah, secara filosofis, sama halnya kita membahagiakannya.

Di sini bisa kita lihat bahwa dari hanya sekedar definisi tentang kalam, jika kita perhatikan lebih dalam dengan merelasikannya kepada hal lain atau tidak hanya memandangnya melalui aspek definitifnya saja, maka dapat kita petik sebuah pelajaran. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa term-term lain dari disiplin ilmu tata bahasa arab atau ilmu nahwu, atau bahkan disiplin keilmuan lainnya, jika direlasikan dengan hal lain diluarnya, bisa melahirkan sebuah makna filosofis yang lebih besar dan tentunya lebih bermanfa’at.

@Divisi_Publikasi_PPRU 1

Rabu, 01 November 2017

Ronda Malam: Dulu, Sekarang, dan Selanjutnya Adalah yang Terpenting

   
Ronda Malam: Dulu, Sekarang, dan Selanjutnya Adalah yang Terpenting
Pasukan Ronda PPRU 1
Oleh: Chilmi

Pada masa-masa mula adanya ronda malam, semua pasukan berjaga bergiliran sesuai dengan hari yang telah dijadwalkan. Empat prajurit pada tiap malam meronda mengamankan area pesantren putra-putri  dari luar. Mengelilingi selingkungan pesantren beberapa kali secara berkala dan kemudian kembali ke pos ronda. Dulu, ronda malam berjalan dengan tertib.

    Dengan bersenjatakan lampu senter yang siap mengantarkan pandang mata pada tempat-tempat gelap, dan kontek untuk komunikasi jarak jauh. Dengan sigap menyentrongi tempat-tempat dimana suara-suara mencurigakan timbul. Dan tak jarang seperti kucing dan kambing turut menyumbang suara tersebut. Dulu, ronda malam adalah kegiatan yang seru.

    Berbeda dengan dulu, sekarang makin hari dengan jumlah pasukan lebih banyak, ronda malam berjalan dengan tidak lebih tertib. Banyak yang bolos, tewas di kamar masing-masing. Karena lupa pada jadwalnya atau lupa pada keprofesionalannya. Dan memang jadwal yang pernah dipampang pun hilang entah dimana. Terkadang hanya seorang dua orang saja yang meronda. Kecuali jika ada acara masak bersama, maka semua akan hadir.

    Namun, meski jarang yang hadir, tempat perondaan sering ramai dengan banyak pasukan ilegal; santri yang sebenarnya belum mendapat izin dari keamanan untuk mengikuti ronda malam. Sebagian karena disuruh dan sebagian besar karena menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk bisa keluar area pesantren di malam hari. 

    Bahkan santri yang keluar sampai berjumlah banyak melebihi jumlah yang ditentukan. Dan tidak semua mereka meronda. Hanya beberapa saja, dan yang lain hanya ngopi, roko'an, ngobrol, dan numpang tidur. Tidur berjajar tak beraturan seperti ikan asin yang dijemur. Dan beberapa yang tidur tidak bangun sampai waktu subuh lewat. Sampai-sampai ada yang tak masuk sekolah beralasan hanya karena semalam meronda. Jika tiap kali meronda dan tiap kali begitu, bukan kah lebih baik berhenti saja meronda?

    Juga hal tersebut sebenarnya membikin santri yang memiliki jadwal ronda malas bertugas. Karena sudah banyak yang meronda dan semuanya ilegal. Maka enteng saja memasrahkan tugas ronda pada siapa saja yang hadir ke pos ronda. Dan yang sebenarnya tidak memiliki jadwal ronda, legal atau ilegal, akan dengan sukarela untuk meronda karena kekosongan pos ronda. Oleh sebab itu tiap hari jumlah santri yang meronda tidak pasti. Kadang banyak kadang pula sedikit. Dan jika kebanyakan sebagian akan kembali ke pesantren, jika seorang dua orang saja maka akan segera lelap.

    Mungkin kini sudah perlu untuk menertibkan kegiatan ronda selanjutnya sebagaimana dulu, mulai pembentukan jadwal yang baru dan tim ronda yang baru pula. Menggugurkan anggota lama yang tak acuh dengan tugasnya dan melegalkan pasukan ilegal yang siap untuk tugas ronda malam. Agar tim ronda selanjutnya akan mengamankan pesantren dengan lebih tertib.

Oleh: Chilmy
@Publikasi

Senin, 09 Oktober 2017

Jihad Santri Modern-Pejuang Offline dan Online

Jihad Santri Modern-Pejuang Offline dan Online
Berakal Modern, Berjiwa Salafy
Oleh: Chilmy

Kata Santri memang identik dengan kitab-kitab klasik. Karena sebagian banyak dari waktu mereka diisi denganmengkaji ilmu-ilmu di dalamnya. Dan selain hobimengaji dan mengkaji kitab,rata-rata kaum sarungan ini juga hobi makan dan tidur, Jagongan, rokokan plus kopinya. Tradisi yang tak putus-putus di pesantren. Pembahasan dalam itu juga sering mengulas seputar masalah-masalah dalam kitab klasik. Jadi bukan hanya sekedar berkumpul, Namun juga berunding.

Jatah tidur santri, tanpa dipotong waktu jagongan, memang sedikit. Jadi Kang santri banyak yang meneruskan kisah mimpinya di kelas saat sekolah. Maka tak heran jika ada sekolah berbasis pesantren, muridnya banyak yang lelap dalam tidur, berlayar entah kemana.

Meski kitab kuning setiap hari dipelajari, tapi pengetahuan ilmu umum dan internet juga dibutuhkan. Memang di pesantren ilmu umum jarang diajarkan. Apalagi ilmu internet. Jadi, untuk dunia internet, selain facebook, kebanyakan santri masih gaptek.

Oleh karena kegaptekannya, santri menjadi malas belajar masalah internet. Dan tak sedikitdari mereka yang beranggapan: Internet itu tidak penting, internet itu lebih banyak negatif daripada positifnya, dan keburukan internetini-itu yang lainnya.
Di zaman modern ini hampir-hampir semua komunikasi menggunakan internet. Berdakwah, juga termasuk macam dari komunikasi. Jadi, jika santri buta pada internet, maka hanya bisa berbagi ilmu agama secara langsung ke telinga masyarakat.

Padahal, di zaman kini lebih banyak orang yang menghadiri media sosial ketimbang pengajian sosial. Maka akan ada lebih banyak orang awam yang bertanya masalah agama pada mbah google.

Sedang jawaban di internet belum tentu benar sepenuhnya. Menimbang banyak sekali artikel-artikel yang dibahas di dalamnya hukum-hukum syariah dari banyak golongan. Dan kesemuanya belum tentu sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah.

Oleh karena itu jika dakwah agama di internet dikuasai oleh golongan yang keliru, akan jadi banyak umat yang ikut-ikutan keliru. Dan kekeliruan jika terlalu banyak akan memberi dampak negatif bagi umat dan agama islam sendiri.

Internet memang banyak sisi negatifnya, namun sisi positif juga tak kalah banyaknya. Tergantung bagaimana niat penggunanya. Kaum sarungan perlu untuk ikut andil dalam dunia internet dengan memanfaatkannya sebaik-baiknya.

Seperti mempelajari blogspot, youtubeatau lainnya, lalu menulisi danmengisi hal-halbermanfaat di dalamnya.Semisal hukum fiqih, tata cara ibadah, dan masalah agama lainnya. Dengan demikian internet akan menambahnilai+, bukan sebaliknya.Dan dengan begitu itu Santri tidak hanya bisa dakwah secara offline namun juga secara online.

Selain sisi pengajaran, aktif di dunia internertjuga dapat digunakan sebagai penghasil rizki. Sudah terbukti banyak orang yang menjadi jutawan dengan hanya nulis-nulis di blog atau menjadi youtuber. Ya, bila sukses, Kang santri tinggal duduk-duduk sambil ngajar sambil nunggu dolar masuk ke kantong rekening. Enak kan?Memiliki investasi dunia dan akhirat sekaligus.

Oleh: Dzunnuril Chilmy 1A
@_Publikasi PPRU1

Jumat, 06 November 2015

Bulan dan matahari menangis

Bulan dan matahari juga menangis
Matahari sebagai makhluk Allah, yang diberi tugas untuk menyinari bumi dan seisi nya dia juga diperintahkan untuk bertasbih dan menyembah kepadanya. pagi hari dia menampakkan sinarnya,sejak itu pula dia mulai bertasbih dan mengerjakan perintah Allah sebagai makhluk yang diciptakannya,ketika pagi muncul dia beribadah dengan senangnya,dan ketika matahari sudah siang hari dia beribadah dengan khusu'nya,sehingga dia fana dengan dunia dan isinya. Bukti kefanaannya adalah manusia tidak bisa memandangi nya. Itu bukti ke khusu'an matahari  ketika beribadah disiang hari. dan ketika sore hari dia menangis karna dia tidak rela meninggalkan ibadahnya. Dia menagis dengan tersedu sedu,sehingga wajahnya memerah bagaika perawan yang sudah menangis. Ditengan kesedihan yang dihadapi oleh matahari sang bulan muncul dengan gembiranya,dia mulai bertasbih dan beribadah seperti layaknya peribadatan yang dilakukan oleh matahari disiang hari. Pada tanggal 15 dia beribadah dengan semangatnya sehingga dunia terasa fana baginya. Yang ada hanyalah Allah sehingga Allah memberi kelebihan kepadanya dengan pancaran sinar purnama yang semua insan terpana memandangnya. Dan ketika batas malam sudah tiada bulan pun bersedih sehingga dia menampakkan kesedihan nya dengan keterpurukan wajahnya sampai matahari muncul dan bertasbih kepada sang kholik pemilik alam jagat raya ini

By:Zainul mustafid asy’ari