Sabtu, 30 September 2017

Gus Mubarok dan Ning Raudlah Bersatu di Pelaminan

   
Gus Mubarok dan Ning Raudlah Bersatu di Pelaminan
Keluarga Besar KH. Mukhlis Yahya
Minggu, (4 September 2017) kemarin, mungkin menjadi hari dimana tercatat kembali sejarah paling berkesan di dalam dunia kepesantrenan di desa Ganjaran. Pasalnya, pada hari itulah dilangsungkan pernikahan antara putri pertama KH. Mukhlis Yahya yaitu Ning Hilyatud Diniyah dengan Putra ke-4 dari KH. Ahmad Sarimin.

    Bagaimana tidak, keduanya merupakan buah hati dari pengasuh pondok pesantren yang berbeda. Pondok pesantren Raudlatul Ulum 1 dan pondok pesantren Al-Mubarok Ganjaran selatan (Madura: Jar Laok).  Rencana untuk menyatukan keharmonisan serta kerjasama antar pesantren Ganjaran yang telah lama didambakan ini akhirnya dapat terwujud. Sebab, hampir seluruh pondok pesntren yang berada di radius desa Ganjaran satu sama lain memiliki ikatan kekerabatan. Hanya pondok Al-Mubarok yang masih belum bersatu.

    Resepsi yang didahului pertama kali di kediaman (Ndalem) mempelai pengantin putri ini berlangsung sangat meriah. Dengan rangkaian acara penempatan khotmil Qur’an pada pra resepsi yakni hari Sabtu, kemudian dilanjut dengan rangkaian acara pernikahan di hari Minggu sampai Senin. Kemeriahan semakin mengental dimana malam pertama dan kedua dari resepsi tersebut dimeriahkan dengan penampilan Orkes Gambus Religi dari personil Al-Khozini Queen dengan  Al-Madinah.

    Diambil dari  catatan kepanitiaan dalam resepsi pernikahan tersebut terdaftar, bahwasannya tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut mencapai angka 1400 untuk undangan putra, serta 1250 untuk  undangan putri. Seluruhnya tergabung dari para kiyai, alumni, tokoh masyarakat serta undangan biasa. Ustadz Abdur Rofik selaku ketua panitia dalam acara tersebut berkomentar “Saking meriahnya acara resepsi pernikahan ini, bahkan melebihi kemeriahan Khaul Akbar Masyayikh. Baik dari konsep acara, tamu undangan yang hadir serta suasana kemeriahan yang terjadi”.

    Kepanitiaan yang dibentuk dalam acara ini selurunya tergabung dari para santri putra-putri dari kalangan pengurus, santri, serta alumni terdekat. Sekitar 60 personil panitia dikerahkan demi mensukseskan acara besar itu. SEbagian diantaranya antara lain, among tamu, penerima tamu, seksi cuci piring (Madura: Rakora), angkat barang sampai petugas parker. Koordinator dari seksi cuci piring yakni Ustadz Ni’matul Khoir berujar “Banyaknya perabotan yang harus kami bersihkan setiap waktu sampai-sampai membuat personil kami yang berjumlah sepuluh orangpun kewalahan. Luar biasa”.

    Masing-masing dari kedua keluarga dari mempelai pengantin ini merasa sangat bersyukur atas bersatunya keturunan mereka. Sebab, dengan jalur menyambung tali kekerabatan ini diharapkan adanya persatuan serta kesatuan dan keharmonisan antar pesantren serta para tokoh kiyai di desa Ganjaran. Serta tidak ada lagi perpecahan yang diakibatkan ketidak akraban dari pihak pesantren manapun.

Oleh: Syifa'ur Romli
Jangan Lupa Share Nggeh.
Previous Post
Next Post

0 comments: