Sabtu, 03 Oktober 2015

Santri Apa




Berbanjar-banjar serumpun ilalang

Bergerak-gerak membenak hitam

tarik darah yang beriringan

Mendenyutkan nadi untuk terus terbang membayang

Dan pekat, melingkup alam malakut dalam khayalan



Pertanyaaan itu,

Mengujiku sebgai penuntut ilmu,

membuyarkan khayal penuntut ilmu

kuingat terus, dan tak satupun yang teringat

hanya,

 di malam itu

kita lingkari secangkir dengan diskusi

dan tak satu lembaran kuning kita kuliti

haha! Diskusi itu tentang santri putri.



waktu berjalan melanjut tanya

“sudahkah aku ahli ibadah?”

Aku pun linglung,

Corong-corong azan memanggil

Terbirit-birit aku lari

Terlihat shaf-shaf sahut-menyahut terisi

Aku masuk shaf awal kamar mandi

Dan di sini aku kencing berdiri,

Haha! keamanan aku salip dari kiri,

Langkah gemulai menyelinap

Memperdengar suara tausiyah

“bangunlah malam, untuk keluh kesah”

Aku pun berpeluh resah, berpeluh resah

Lalu sadar, aku pun basah



Terdengar suara titah

“abdikan kaki tanganmu untuk kyai”

Sudikah tanganku untuk kyai, sedang amarah membuncah menguasai diri

Sedang rotan tanganku mengincar para santri?



Akankah kuabdikan diri

Sedang kaki kuangkat pongah?

Kuangkat tegap, menitah, menyumpah, kadang bahkan menyampah

Aku tak tahu diri



Kedekatan dengan kyai kutunjukkan

Dengan membiarkan dihujani caci maki

Hujanan caci maki aku biarkan bertali-temali dengan birahi



posisi kopiah kumantabkan

gulungan sarung kunaikkan

hati baja kuiris dengan

fa‘ala yaf’ulu fa’lan

Gema suara di pelataran

Beranak-pinak dalam pikiran

Alhamdulilla alladzi qad wafaqoo

Syukur tunduk berbaris

Dalam iringan kalam nadzam di pendopo

Qala muhammadun huwa-bnu maliki

Teguhkan tali untuk awas diri

Doa restu kyai

Tak tebendung ingin kumiliki



 (Yusroful Kholili, 17 september 2015)

photo credit: here.
Previous Post
Next Post

0 comments: