Selasa, 21 Agustus 2018

Apa Saja yang Dilakukan Santri Ketika Idul Adha di Pesantren? Yuk Simak Selengkapnya...

Apa Saja yang Dilakukan Santri Ketika Idul Adha di Pesantren?
Apa Saja yang Dilakukan Santri Ketika Idul Adha di Pesantren?
Oleh: Syifa'ur Romli
Raudlatul Ulum 1 - Momen hari raya idul Adha memang menjadi satu-satunya momen yang paling berkesan bagi umat islam untuk dirayakan. Lebih berkesan lagi jika dirayakan bersama keluarga dan sanak saudara. Termasuk di antara peraya dari hari bersar islam ini adalah kamu bersarung; Santri.

Pesantren Radulatul Ulum 1 memang tak membolehkan santrinya untuk pulang ke rumah. Itu artinya, peraturan tertulis mengharuskan mereka berIdul Adha di pesantren bersama para santri senasib seperjuangan yang lainnya.

Lantas, apa yang biasanya mereka lakukan ketika Idul Adha jika tak bersama keluarga? Tentunya di pesantren. Berikut beberapa list favorit hal yang mereka lakukan di pesantren bersama santri lainnya:


1. Menangis

Apa Saja yang Dilakukan Santri Ketika Idul Adha di Pesantren? Yus Simak Selengkapnya...
Terlihat salah seorang santri mungil tengah meratap
Daftar "Menangis" menempati urutan pertama sebab banyaknya santri yang melakukakannya. Khususnya bagi para santri baru. mereka yang belum bisa Move On dari kehidupannya sehari-hari bersama keluarga. Tentunya jalan terbaik untuk meluapkan kerinduannya untuk bertakbir dan bersenda bersama keluarga adalah dengan cara Menangis sebab terjeda dinding pesantren.
  • Cara menangis mereka pun bermacam-macam. Berikut listnya:
  • Menyendiri di tempat sepi sambil berteman sunyi
  • Berselimut dengan pura-pura tidur, padahal brebes mili
  • Nangis ber-Jama'ah bersama teman yang lain
  • Menangis sembari menatap awan gelap
  • Menangis di kamar mandi sambil berbasah pipi agar tak ketahuan

Namun, mereka menangis demi merajut asa untuk masa depan gemilangnya. Jadi, kebiasaan seperti ini telah wajar dilakukan di pesantren lain.

2. Lomba Takbir

Apa Saja yang Dilakukan Santri Ketika Idul Adha di Pesantren? Yus Simak Selengkapnya...
Para Santri ketika mengikuti Lomba Takbir Idul Adha
Di Raudlatul Ulum 1 sendiri, setiap malam lebaran Idul Adha selalu diadakan lomba seni takbir. Hal itu dilakukan demi memecah kesunyian dan kesedihan tak bersama keluarga. JAdi, jika mereka tak berani mengikuti lomba dan tampil di hadapan ratusan santri yang lain, maka mereka memilih menonton dan mengisi kekosongan hati.

Di antara santri yang mengikuti lomba, diharuskan untuk memilik beberapa personil yang terdiri dari: Vokalis, Penari dan Pemukul alat musik seadanya (Misal: Gayung, Timba, Botol Sprit dan lainnya).

3. Menelfon Orang Tua

Berlebaran di pesantren tidaklah menghalangi mereka untuk tidak bermaafan dan berbagi kesedihan dengan orang tua. Kini zaman sudah modern. Pesantren menyediakan alat elektronik berupa HP untuk membantu santri tetap bisa menghubungi keluarga ketika di pesantren. Tak jarang pula ada yang menelfon sambil menangis tersedu-sedu.

4. Bertemu Keluarga

Apa Saja yang Dilakukan Santri Ketika Idul Adha di Pesantren? Yus Simak Selengkapnya...
Bertemu Keluarga: Salah seorang santri dijenguk keluarganya.
Bertemu keluarga bukan berarti pulang. Sebab, pesantren tetap dengan sangat lues memberikan kebebasan pada wali santri untuk menjenguk keluarganya di pesantren. Tapi bukan berarti pula boleh Dibawa Pulang. Maka dengan kunjungan wali santri ke pondok pesantren, maka kesempatan bertemu keluarga akan terbuka lebar. Sekalipun tak di rumah. Jika tak dijenguk, maka Menangis adalah pilihan terbaik.

5. Bercanda

Apa Saja yang Dilakukan Santri Ketika Idul Adha di Pesantren? Yus Simak Selengkapnya...
Bercanda: Salah satu hal untuk menutupi kesedihan...
Karena pesantren tak membolehkan santrinya untuk pulang, maka kegiatan pesantren sebagaimana biasanya diliburkan pada malam Idul Adha hingga sore hari. Selepas itu, tamatlah kebebasan mereka.

Salah satu gal yang tepat bagi santri yang tak suka menangis adalah bergurau dan bercanda bersama teman santri yang lain. Hal itu tak lain untuk mengisi kesedihan hatinya. Maka, mereka menghabiskan 24 jam untuk libur belajar dan terfokus hanya untuk menghibur diri pada momen Idul Adha.

6. Makan-Makan

Selain diburkan 24 jam, gerbang juga terbuka untuk waktu selama itu. Artinya, mereka bebas untuk keluar masuk area pesantren untuk keperluan membeli makanan yang beranek macam jenisnya di luar pesantren. Bahkan berarti tanpa pengawasan. Jika lengah sedikit, Hukuman tetap aktif pada santri yang melanggar undang-undang.

Sekalipun tak bersama Sate Kambing, Gulai atau jenis olahan kambing lainnya, santri punya cara tersendiri untuk membalas dendamnya tak bertemu daging kurban. Berikut list makanan yang biasa mereka pilih demi mengisi hari tak bersama keluarga di rumah:
  • Bakso (Pedaas)
  • Nasi Ayam/Hati
  • Mie Ayam/Pangsit
  • Nasi Goreng
  • Gorengan
  • Minuman Dingin dan,
  • Snack Terjangkau

Mereka tak canggung untuk meminta kiriman lebih demi melunasi haus dahaga mereka untuk ingin pulang berjumpa keluarga. Dan pastinya, setiap orang tua pasti mengerti dengan perasaan putra-putrinya masing-masing bukan?

Berikut tadi adalah  hal-hal yang biasa dilakukan oleh santri ketika Idul Adha di Pesantren dan tak bersama keluarga. Apapun halangannya, jalan terbaik adalah tetap berada di pesantren dan manut terhadap undang-undang. Apa lagi alasan yang paling puncak selain harapan diakui sebagai "Santri KH. Yahya Syabrowi"? [Red]

Jumat, 17 Agustus 2018

Upacara Bendera - Uforia Kemerdekaan Indonesian ala Santri Raudlatul Ulum 1

Upacara Bendera - Uforia Kemerdekaan Indonesian ala Santri Raudlatul Ulum 1
Potret: Pengibaran Bendera Merah Putih pada Upacara HUT RI ke-73
Raudlatul Ulum 1Suasana berbeda terjadi pada hari Jum'at (17 Agustus 2018) kemarin. Tidak sebagaimana biasanya terjadi di PonPes Raudlatul Ulum 1 Malang. Pasalnya, hari itu bertepatan dengan peringatan HUT ke-73 Republik Indonesia. Santri yang biasanya menghabiskan waktu libur kegiatannya dengan bermain bola, bersantai sembari menghabiskan waktu untuk tidur pulas serta ada pula yang bersenda ria melepas rindu bersama para keluarga (jika dikirim. Jawa; Kiriman) kemarin tidak terlihat lagi.

Yang ada hanya pemandangan berwarna biru putih serta ada sebagian yang berseragam rapi dan khusus. Mereka diharuskan mengikuti upacara bendera demi memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan keadaan yang serba terbatas, tak ada alasan apapun untuk menghalangi para santri untuk turut merayakan hari paling bersejarah untuk bangsa ini.


Meskipun tak didampingi sanak keluarga. Upacara hari kemenangan itupun dijalani dengan penuh uforia kemenangan, kebersamaan, khidmat dan penuh kegembiraan.

Momen yang diselenggarakan atas kerja sama Madrasah Diniyah Raudlatul Ulum 1 Putra dan PonPes Raudlatul Ulum 1 itu berlangsung dengan tertib. Upacara dimulai tepat pada jam 07.00, setelah sebelumnya dilakukan gladi resik.
Upacara Bendera - Uforia Kemerdekaan Indonesian ala Santri Raudlatul Ulum 1
Pembina Upacara HUT RI ke-73 PPRU1: Gus. Abdur Rohim Sa'id
Gus. Abdur Rohim (Kepala Pesantren PPRU1 PA) sebagai pembina upacara memberikan amanat "Mari kita jadikan momen kemerdekaan bangsa Indonesia ini sebagai momen untuk kita semua agar senantiasa selalu giat dalam melaksanakan kegiatan pondok pesantren, serta menjauhi apa yang dilarang oleh pondok pesantren".

Ust. Abdur Rofik yang juga salah satu penyelenggara acara upacara bendera tersebut melakukan kerja sama dengan NUtizen untuk bersediara mensponsori acara tersebut dan berkenan melnayangkan Live Streaming di salah satu FansPage ternama itu.

Upacara bendera diikuti oleh hampir seluruh santri Raudlatul Ulum 1 Putra, dewan pengurus, dewan asatidz Madrasah Diniyah dan beberapa tamu undangan. Para santri secara serentak berseragamkan baju putih, songkok putih dan atribut wajib sarung biru ala PPRU 1. Terkecuali petugas upacara, yang bercelana hitam dan bersongkok nasional hitam juga. Semua berjalan lancar tanpa adanya hambatan.
Upacara Bendera - Uforia Kemerdekaan Indonesian ala Santri Raudlatul Ulum 1
Uforia para santri PPRU1 ketika mengikuti upacara bendera HUt RI ke-73
Selain lagu wajib Indonesia Raya tatkala pengibaran sangsaka Merah Putih, ada beberapa lagu yang turut dinyanyikan dalam acara tersebut. Diantaranya Ya Lal Wathon, Hiymne Madrasah dan 17 Agustus 1945. Demikian sebab adalah ciri khas santri. Khususnya pula santri NU. Pada penghujung upacara, do'a dipimpin oleh Ust,. Khoiron Halim dan diakhiri dengan potong tumpeng bersama. [Red]

Minggu, 05 Agustus 2018

#Info Pesantren - Cuaca Dingin Mencapai 18' C, Santri Tetap Aktif

#Info Pesantren - Cuaca Dingin Mencapai 18' C, Santri Tetap Aktif
Suasana Pagi PP. Raudlatul Ulum (Suhu mencapai 18' Celcius)
PPRU1.NET-Akhir-akhir ini daerah Malang dan Kabupaten Malang tengah dilanda musim kemarau. Akibatnya, intensitas suhupun semakin menurun dan membuat cuaca menjadi sangat dingin. Bahkan bisa dikatakan cuaca dingin kali ini sangat berbeda dengan biasanya.

Hal itu terbukti sejak (Senin, 6/8/2018). Berdasarkan berita yang dilansir oleh situs Berita ter-Update Detik.com, cuaca di daerah kab. Malang mencapai titik suhu 19' - 18' Celcius. Penyebab utamanya adalah tengah adanya musim kemarau. Sehingga, suhu diperkirakan masih akan turun sampai titik 14' Celcius hingga akhir bulan Agustus 2018.

Dengan adanya duhu yang tak umum terjadi di daerah yang biasanya panas dan hangat tersebut tersebut, membuat penduduk kab. Malang termasuk penduduk santri PP Raudlatul Ulum 1 menjadi resah. Pasalnya, mereka harus menjalani kegiatan yang super padat dengan kondisi tubuh diuji dengan dinginnya cuaca.


Terlebih lagi menghadapi kegiatan ketika suhu dingin mencapai titik puncak dinginnya; dinihari - pagi. Mereka diharuskan tetap menjalani kegiatan semenjak mata mereka terbuka jam 04.00 - 07.00 tentunya dengan sengatan dingin yang menyayat. Kendati demikian, mereka tetap dikawal untuk selalu konsisten dalam melakukan kegiatan oleh pihak pengurus.

#Info Pesantren - Cuaca Dingin Mencapai 18' C, Santri Tetap Aktif
Nadzoman Bersama - Terlihat ekspresi semangat santri meski disengat dingin
Sholat jama'ah Shubuh menjadi awal mereka harus menahan pedihnya menjadi bakal seorang ulama' dan pilihan Allah SWT. Sekalipun mereka harus sulit sekali untuk dibangunkan sebab dinginnya hawa dan enggan menyentuh air. Hal itu pula yang menjadi beberapa beban dan hambatan bagi pengurus keamanan yang bertugas penting membangnkan mereka. Kendati demikian, semua berjalan lancar.

Tak berhenti di sholat jama'ah, mereka diharuskan mengaji kitab Tafsir al-Jalalain dan mengaji al-Qur'an (bagi kelas ula), dilanjut dengan nadzoman bersama. Dengan posisi tangan yang selalu berdekap serta badan menggigil tertutup sorban, mereka tetap semangat dan insyaAllah akan selalu semangat. [Red]

Rabu, 25 Juli 2018

KBIH As-Syafa'ah - Tahun Ini, Memegang Rekor Jama'ah Haji Terbanyak

KBIH As-Syafa'ah - Tahun Ini, Memegang Rekor Jama'ah Haji Terbanyak

Jamaah Haji As-Syafa'ah - PPRU 1

KBIH As-Syafa'ah -Sejumlah 146 jama'ah haji Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) As-Syafa'ah diberangkatkan kemarin (Senin, 23 Juli 2018) dari Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1, Ganjaran, Malang. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya.

KBIH yang dibimbing langsung oleh salah satu dewan pengasuh PonPes Raudlatul Ulum 1; KH. Ahmad Hariri Yahya ini berangkat dengan nomor kloter 23 dan memiliki rombongan berjumlah sebanyak 4 bus pariwisata kelas A.
KBIH As-Syafa'ah - Tahun Ini, Memegang Rekor Jama'ah Haji Terbanyak
Sholat Dhuhur Berjamaah menjelang keberangkatan jamaah
Prosesi pemberangkatan berjalan dengan lancar serta aman terkendali. Hal ini tak lepas dari usaha panitia pemberangkatan jamaah haji yang terdiri di antaranya dari pengurus pesantren sebagai petugas birokrasi, Banser gondanglegi sebagai pengaman dan pihak kepolisian sebagai keamanan pemerintah daerah.

Baca Juga: Nonton Bareng Piala Dunia Ala Santri? Yang Penting Happy!

Selain jumlah jama'ah haji yang lebih banyak dari pada tahun sebelumnya, ada yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Antara lain; tersedianya pos penukaran uang rupiah-real yang diselenggarakan atas kerja sama panitia dengan Bank Syari'ah Mandiri Malang. Hal ini memudahkan sekaligus menambah fasilitas kenyamanan para calon jamaah haji.

KBIH As-Syafa'ah - Tahun Ini, Memegang Rekor Jama'ah Haji Terbanyak
Salah satu jamaah haji beserta pengantarnya
Akibat jumlah jama'ah haji yang semakin melunjak, kemacetan tak kuasa dihindarkan lagi. Hal ini terjadi akibat jumlah kendaraan pengantar sekaligus para sanak keluarga jama'ah yang turut mengantar kepergian para calon jama'ah haji dalam menunaikan ibadah haji menuju tanah suci.

Tidak ada kasus kehilangan atau kejadian yang tidak diinginkan lagi dalam pemberangkatan jama'ah haji tahun ini. Semua berjalan lancar dan aman terkendali.

KBIH As-Syafa'ah - Tahun Ini, Memegang Rekor Jama'ah Haji Terbanyak
Terlihat petugas banser dan kepolisian dalam menertibkan keamanan
"Alhamdulillah, sekalipun jumlah jama'ah haji semakin bertambah signifikan, namun tak didapatkan hal-hal yang tak diinginkan pada tahun ini. Semua berkat kerja sama antara panitia, banser, kepolisian dan warga setempat sendiri" Ujar P. Shinwani (petugas Banser) kala diwawancarai Tim Publikasi kemarin. [Red]

Selasa, 24 Juli 2018

MA'RUFI - Santri Baru, Membawa Wajah Baru dan Era Baru

MA'RUFI - Santri Baru, Membawa Wajah Baru dan Era Baru

MA'RUFI - Santri Baru, Membawa Wajah Baru dan Era Baru

Salam santri Kyai Yahya Syabrowi! Salam Tafaqquh Fiddin...

Ma'rufi atau kepanjangan dari masa ta'arruf santri yang diadakan selama satu tahun sekali meruapakan salah satu cara membiasakan santri untuk dapat menyesuaikan lingkungan pesantren serta pendidikan karakter paling awal bagi mereka.

Tahun ini, Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 menerima jumlah santri baru sebanyak 96 orang. Lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Namun, jumlah bukanlah prioritas utama. Sebab memang begitulah fluktuasi lembaga pendidikan manapun.

MA'RUFI - Santri Baru, Membawa Wajah Baru dan Era Baru
Wajah Santri Baru
Pada tanggal (16-17 Juli 2018) kemarin, sebanyak jumlah santri baru tersebut, mereka melakukan kegiatan yang diadakan oleh pengurus pusat pesantren yang diprogramkan khusus untuk para santri baru. Acara yang hampir mirip dengan Masa Orientasi jika di pendidikan formal; MA'RUFI.

Ada beberapa catatan berbeda dari para daftar santri yang nyantri di PPRU 1 tahun ini. Berikut kami ulas satu persatunya:

1. Sulawesi - Torehan Domisili Santri Baru

Ada kurang lebih empat santri baru di tahun ini yang berasal dari salah satu deretan pulau besar di negri Nusantara ini yaitu; Sulawesi. Merupakan daftar baru sepanjang catatan berdirinya pondok pesantren ini. Empat santri baru tersebut mengaku memiliki sanak saudara yang berada di wilayah Malang serta merupakan keluarga HISANIYAH PPRU 1. Oleh karenanya, mereka kemudian berminat menyantrikan dirinya di Raudlatul Ulum 1.

2. Syaputra Mubarroqh bukan Lagi satu-satunya

Jika di tahun kemarin adalah salah satu tahun ajaran dimana Syaputra Mubarroqh menjadi pemecah rekor santri termuda di Raudlatul Ulum 1, maka kini dia sudah tak sendiri lagi. Sebab, ada santri baru yang menyamai umur serta kecilnya yang berada di pesantren.


MA'RUFI - Santri Baru, Membawa Wajah Baru dan Era Baru
Evander Ozora Arsyadzakwan (Nama santri sebaya Syaputra)
Santri itu bernama "Evander Ozora Arsyadzakwan" Seorang yatim berasal dari kota Sidoarjo, Jawa Timur. Dia sudah ditinggal Ayahnya kala masih bayi. Hidup bersama ibu serta dua saudaranya di kepadatan kota membuatnya menjadi anak kurang berpendidikan. Demi mengatasi masa depan suram. Ibu memasrahkannya kepada Kyai Athok Lukman Hakim untuk nyantri di Raudlatul Ulum 1.

Memiliki umur dan postur yang sama dengan Syaputra, yakni 9 tahun membuat mereka berdua secara langsung menjadi sahabat karib semenjak kenal. Kemanapun Syaputra melangkah, ada Evan di sampingnya. Sebaliknya, ada Evan, maka ada Syaputra.

3. Santri dengan rata-rata umur dini

Sudah menjadi gejala hampir di seluruh pondok pesantren di NUsantara, santri yang semakin memuda dan mendini, dalam hal Usia. Di tahun ini saja, Pondo Pesantren Raudlatul Ulum 1 menerima rata-rata santri dengan status latar belakang pendidikan baru lulus pendidikan dasar. Bahkan hampir 60-70% di antaranya, melanjutkan pendidikan di MTs, SMP & Madrasah Diniyah.

Namun bukan lagi sebuah kekhawatiran bagi pesantren saat ini. Dan untuk sementara, penyebab dari semakin mendininya usia santri baru dari tahun ke tahun ini disebabkan oleh pergaulan bebas dalam lingkungan luar yang menimbulkan kekhawatiran terhadap setiap orang tua dan lebih memilih untuk memondokkan anaknya di lembaga pesantren yang memiliki visi misi caracter building.

Senin, 12 Maret 2018

Secarik Kisah di Balik Duka Sore Itu - Alm. KH. Ahmad Sa'id Yahya

Secarik Kisah di Balik Duka Sore Itu - Alm. KH. Ahmad Sa'id Yahya
Oleh: Syifa'ur Romli (Ketua. Dev. Publikasi PPRU 1)
Raudlatul Ulum Berduka - "Beliau (KH. Ahmad Sa'id Yahya) adalah sosok yang ikhlas. Penuh dengan kesederhanaan. Dan InsyaAllah tidak memiliki prasangka buruk terhadap siapapun." Dawuh KH. Madarik Yahya (Adik kandung Alm. KH. Ahmad Sa'id Yahya) dalam mau'idloh kesaksian jenazah sebelum jenazah Kyai dikebumikan.

Kata-kata kesaksian terakhir itu membuat seluruh jamaah sholat jenazah tersentuh hatinya. Suasana isak tangis para santri menjadi lantunan nada kehilangan yang memenuhi seluruh isi masjid As-Syafi'iyah. Kehilangan sosok guru kharismatik yang selalu mengajarkan santrinya betapa arti ikhlas dalam kesederhanaan.

Dalam sakit stadium akhir yang diderita beliau selama hampir tiga minggu, ada beberapa Hikayah penuh hikmah untuk kita petik menjelang akhir hayat beliau kemarin, 12 Maret 2018 tepatnya di Rumah Sakit Umum Dr. Syaiful Anwar, Malang.

Dalam beberapa wawancara yang dilakukan oleh Tim Publikasi terhadap salah seorang santri yang kebetulan bertugas untuk menjaga beliau, didapatlah cerita berikut:

"Pagi itu, selepas melaksanakan ibadah sholat shubuh, Kyai (Sebutan Alm. KH. Ahmad Sa'id Yahya) tak lagi menyenyakan diri untuk tidur. Beliau lebih banyak terduduk dari tidur yang tak sempat beliau pejamkan matanya. Dengan rogohan nafas yang selalu diikuti kata "Laa Ilaaha Illallah, Muhammadun Rasulullah" hanya kata itu yang selalu beliau istiqomahkan semenjak awal sakit yang menyebabkan beliau wafat.

Sebenarnya Kyai sudah direncanakan oleh pihak keluarga untuk dipindahkan ke RSI (Rumah Sakit Isam) Gondanglegi hari itu juga. Dimana semua keperluan sudah dikemas. Dan sayang dengan adanya kabar akan dipindahkannya tersebut, dokter RSSA sudah jarang berkunjung ke kamar dengan berbagai penundaan tatkala hendak dimintai penanganan.

Dengan perasaan kasih sayang, Gus. Abdur Rahman Sa'id (putra beliau) menawarkan untuk memberikan sarapan kepada beliau. Dan hanya satu-dua suap yang beliau dahar. Setelahnya beliau tak lagi berkata apapun melainkan kalimat syahadat.

Pagi tiba berwajah cerah. Seperti biasa, Kyai bertanya mengenai dokter yang biasa merawatnya. "Kemmah dokterah mak lok teng deteng?". Tanya beliau kepada putranya. Tanpa jeda, putra beliau langsung menanyakan terhadap pihak perwat akan permohonan perawatan sedot cairan. Namun, tempolah yang menjadi jawaban. Dengan janji jam 10, kemudian jam 1, kemudian tak datang juga.

Dhuhur telah berlalu, Kyai hanya mau meminum air zam zam seteguk dua teguk. Sedang kalimat Syahadat tiada hentinya terlafal dari kedua bibir lemah beliau. Sampai waktu ashar tiba. Dan beliau melakukan sholat Ashar (Adalah sholat terakhir beliau).

Alm. KH. Ahmad Sa'id Yahya (Tetap Sholat Sekalipun Stadium Akhir)
Selepas menunaikan sholat ashar, nafas beliau semakin tak terkontrol. Sesak yang dideritanya bertambah. Dengan bantuan oksigen masker yang mulai dinaikan jua volumenya, beliau tak lagi mau bertidur lunglai. Nafas beliau sudah terengah. Namun menunjukan sifat ketenangan. Sebab mungkin beliau mengetahui bahwa tamu yang dinanti itu telah datang.

Dalam posisi duduk hampir bersila, beliau dipangku dan dirangkul dari belakang oleh Gus. Syarif Hidayatullah (Putra termuda) serta mulai dibacakan untaian ayat Al-Qur'an oleh Gus. Abdur Rahman Sa'id.

Tak lama dokter datang. Memeriksa keadaan Kyai yang mulai memburuk. "Bapak Sa'id sudah dalam kondisi kritis pak, silakan bapak tuntun". Kata dokter dengan wajah penuh kesesalan dihadapan Ahlul Bait. Dengan adanya vonis dari dokter tadi, pecahlah isak tangis yang sengaja sejak tadi ditahan. Tangis khawatir kehilangan.

Gus. Abdur Rohim (kepala pesantren Raudlatul Ulum 1 Putra) adalah putra beliau yang ke empat. Pun putra beliau yang sangat tidak tega dengan keadaan Kyai. Kamar 216 ruang Bougenville pecah dengan tuntunan kalimat Syahadat diiringi dengan rintih tangis kesedihan.

Nafas dingin mengucur dari setiap sudut bagian tubuh Kyai, pucat pertanda malaikat maut mulai mengeluarkan ruh beliu dari bagian bawah. Namun sekali lagi kalimat "Laa Ilaaha Illallah, Muhammadun Rasulullah" tiada henti mengalir dari lisan beliau yang penuh ketenangan. Ruh sudah lepas dari separuh badan beliau.

Hingga pada akhirnya lisan beliau yang mulia sudah berwarna kepucatan. Seakan nafas sudah berada di Hulquwm (tenggorokan) dan lafal Syahadat yang setia mengalir dari kedua bibir beliau. Isak tangis tetap tertahan sembari menuntun beliau. Keringat tiada henti mengucur dari sekujur tubuh.

Akhirnya pada jam 05.00, dengan lantunan kalimat "Laa Ilaaha Illallah, Muhammadun Rasulullah", Kiai dinyatakan telah tiada oleh dokter. Dalam posisi duduk penuh ketenangan beliau dirangkul Gus. Syarif Hidayatullah dan dibimbing Gus. Abdur Rahman Sa'id serta di bawah kesaksian putra putri beliau di atas ranjang kamar 216 lantai dua. Isak tangis yang tak terbendungkan lagi pecah ketika jasad beliau dibaringkan.

Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Rojiuun...

Telah berpulang ke Rahmatullah, KH. Ahmad Sa'id Yahya (Putra Alm. KH. Yahya Syabrowi) Senin, 12 Maret 2018 dengan tenang dan Insyaallah Husnul Khotimah.

Hujan turun menagisi bumi di sekitar daerah celaket RSSA Malang. Jenazah beliau tiba di tempat rumah duka jam 08.00. Sirine ambulance yang dari jauh menyala-nyala bergonta ganti seakan adalah gambaran isi hati para Mu'azziyyin yang penuh gejolak kehilangan, penyesalan, kesedihan dan ketabahan waktu itu memadati Raudlatul Ulum 1.

Prosesi pemakaman Alm. KH. Sa'id Yahya
Pada malam itu jua Jenazah Kyai dimandikan serta disholatkan di Masjid As-Syafi'iyah dalam kapasitas penuh jamaah sholat jenazah. Serta langsung dimakamkan bersebelahan dengan makam Alm. Kyai Hamid Khozin (posisi tepat di belakang masjid).

Ribuan Mu'azziyyin dari kalangan kyai, ustadz, santri, alumni serta penduduk desa turut mengiringi serta mengikhlaskan beliau kembali ke rahmatullah. Bahkan alumni serta santri beliau yang belum sempat berdatangan.

Sore yang turut beduka, melemahkan hati yang keras, mengingatkan satu hal bahwa kematian pasti akan bertamu..

Dengan keadaan seluruh wajah berbasah dan lunglai, semua menanggung beratnya kehilangan sosok guru yang penuh kesederhanaan, ketawadhu'an, serta keikhlasan dan kesabaran beliau. Seraya seluruh isi hati memiliki satu harap "Kyai... Akui Aku Sebagai Santrimu..."

Senin, 19 Februari 2018

Pembangunan Pondok Pesantren Putri dibantu 130 Alumni

Pembangunan Pondok Pesantren Putri dibantu 130 Alumni
Sebanyak 130 alumni hadir dalam pembangunan asrama Pondok Putri
Oleh: Syif'ur Romli

PPRU 1 Putri-Bertambah pesatnya jumlah santri putri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran dari tahun ke tahun membuat keadaan asrama santriwati semakin menyesak. Kondisi semacam itu membuat dewan pengasuh harus berfikir kembali untuk kedepannya.

Setelah melakukan banyak pertimbangan, akhirnya dipecahkan beberapa solusi dan jalan keluar antara lain instruksi dari dewan pengasuh KH. Ahmad Hariri Yahya. Yakni menambah unit bangunan untuk digunakan sebagai asrama penginapan pesantren.

Sebenarnya pembangunan asrama baru ini telah dimulai sejak awal bulan Januari. Namun mencapai puncaknya kemarin, (18 Februari 2018). Dengan proses pengecoran yang dihadiri oleh banyak alumni dari masing-masing daerah. Antaranya Sumber Manjing Wetan, Gedangan dan Gondanglegi.

Antusias alumni dalam kerjasama membantu pembangunan tersebut semata-mata hanya mengharap berkah dari para masyayikh (Jawa: Ngalap Barokah). Dihadiri setidaknya 130 alumni. Bisa diperhatikan di gambar.

Dalam puncak pembangunan kemarin, P. Sanusi (Wakil Bupati Kab. Malang) yang juga selaku alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 mendatangkan bantuan berupa 200 Semen untuk pembangunan pesantren. Sayangnya, rencana kehadiran beliau harus digagalkan sebab adanya suatu kendala.

Pembangunan Pondok Pesantren Putri dibantu 130 Alumni
Semangat Bahu Membahu para Alumni HISANIYAH
Proses pembangunan berjalan dengan khidmat dan sesekali terselip canda tawa para alumni seakan bernostalgia akan masa-masa di mana mereka nyantri dahulunya. Mungkin juga menyesali masa indah yang seharusnya digunakan betul dahulunya.

Lokasi gedung baru ini bertempat di bagian atas dapur rumah (jawa: Ndalem) Nyai Sepuh dan tepat di bagian belakang ndalem KH. Nasihuddin Khozin. Sementara untuk penggunaanya sendiri, khusus diperuntukkan sebagai kamar para santriwati.

Pembangunan asrama baru ini rencananya akan dirampungkan dalam satu bulan kedepan. Harapan dewan pengasuh, dengan adanya asrama baru guna menampung jumlah santri yang kian tahun semakin bertambah ini dapat meminimalisir adanya keluhan baik dari santriwati maupun wali santri akan fasilitas daya tampung yang kurang memadai.

Dan semoga pilihan ini adalah pilihan yang tepat serta dapat direstui para masyayikh Allaahumma Ighfir Lahu. Serta dapat mencetak santri yang lebih berkualitas lagi dengan ditambahnya fasilitas yang kian mendukung. [Red]

Sabtu, 17 Februari 2018

Sukses dengan Memperhatikan Administrasi

"ألا لا تنال العلم إلا بستة"
Syair di atas ini sudah saya kenal 15 tahun yang lalu, namun pada waktu itu saya tidak mengerti apa yang di maksud oleh pengarang syair tersebut, hanya saja pada waktu saya hanya di suruh membaca berulang-ulang saja,  tanpa ada niatan untuk menghafal, ntah karena apa bacaan 15 tahun yang lalu masih  teringat sampai sekarang. Oooo ternyata ini maksudnya” seorang santri yang ingin mencapai kesuksesanya mencari ilmu, maka ia harus melalui enam tahap ini. Di antaranya cerdas, bersungguh-sungguh, belajar terus-menerus, Nah yang terahir SPP lunas, sebab hidupku senang jika anda semua lunass,,mungkin itu salah satu isinya, Wallahu “alam.

Semua enam tahap kesuksesan mencari ilmu  itu saling berhubungan satu sama lain.

1. Dzuka'in (cerdas)

Cerdas adalah salah satu syarat untuk menuntut ilmu. Kecerdasan yang ada pada diri seorang santri terkadang memang sebagai perangai yang Allah berikan kepadanya. Sebagaimana kecerdasan yang dikaruniakan Allah kepada Ibnu Abbas. Terkadang kecerdasan itu ada, karena memang harus diusahakan. Bagi orang yang sudah memiliki kecerdasan tersebut tinggal menguatkannya, namun apabila belum mempunyai kecerdasan hendaknya ia melatih jiwanya untuk berusaha mendapatkan kecerdasan tersebut. Kecerdasan adalah sebab di antara sebab-sebab yang paling kuat untuk membantu seseorang menggapai ilmu, memahami dan menghafalkannnya. Memilah-milah permasalahn, menggabungkan dalil-dalil yang kelihatannya bertentangan dan yang selain dari hal itu:

انما العلم با لتعلم

ilmu itu diperoleh dengan belajar”. Al-Hadist

Bukan karena keturunan, bukan pula berdo’a, bukan karena ketampanan atau kecantikan saja melainkan harus belajar.

Dan yang menjadi masalah sekarang ialah  anak yang cerdas tetapi tidak memiliki ketekunan dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, jawabannya simpel saja sudah pasti dia tidak akan menjadi orang pandai/‘Alim 'ulama.

2. Hirshin (Semangat mencari ilmu)

Semangat merupakan salah satu tonggak yang harus di tanamkan di dalam hati, sebab jika tidak di tanamkan kesungguhan di dalam hati, terkait mencari ilmu katakan saja santai-santai, bermalas-malasan, maka ia akan mengalami kerugian yang sangat besar, ilmu tidak akan di peroleh dengan cepat jika tidak sungguh-sungguh, sebaliknya kalau bermalas-malasan mencari ilmu maka perolehan ilmu akan lambat dan sedikit.

3. Wastibariin (Sabar dalam mencari ilmu)

Sabar termasuk kunci kesuksesan bagi santri yang berniat mencari ilmu, kalau tidak sabar maka ilmu enggan untuk menghampirinya, sebaliknya kalau sabar menghadapi ujian maka dengan senang hati ilmu akan mudah di peroleh, kenapa sabar menjadi salah satu kunci sukses mencari ilmu? Sebab mencari ilmu itu berat, banyak tantangannya, contoh nyatanya, lebih banyak main game, lebih banyak mengutak-atik HP ketimbang, muthala’ah kitab, lebih banyak berlibur ketimbang belajar, lebih banyak malasnya dari pada menghafal, ini semua merupakan ujian seorang santri ketika mencari ilmu, kalau tidak ada kesabaran di dalamnya, maka kita  tinggal menunggu waktu saja penyesal akan tiba dan juga  banyak kan sahabat-sahabat kita putus mondok gara-gara sepele, pengen nikah, tidak betah, terkena kudis, ada masalh dengan temannya, takut hafalan. Ini semua adalah ujian yang harus di lewati oleh seorang santri.

Seperti dalam syair

   تجرع ذل الجهل طول حياته# من لم يذق مر التعلم ساعة

4. Bulghatin (Bekal mencari ilmu)

Ribuan tahun yang lalu ketika pesantren berdiri kokoh di negara ini, pasti yang namanya bekal itu pasti ada, karena tanpa adanya bekal seorang santri akan mengalami gangguan psikis, sehingga tujuan mencari ilmu akan terbengkalai. Kecuali ada dipensasi dari pihak yang berwenang.

Nah untuk saat ini bekal itu ada dua macam yang pertama bekal untuk mencukupi kebutuhan pribadinya yang kedua bekal untuk memenuhi kebutuhan pesantren yang di tempati, seperti bayar listrik, bayar air PDAM, bayar pengangkut buang sampah, bisyarah untuk asatid itu kalau ada. membeli peralatan pesantren, itu semua bayarnya bukan makai daun, maka dari itu tanpa di minta, tanpa di umumkan tiap hari, harus sadar dan peka karena pesantren ini juga butuh uang, jadi tidak ada salahnya seorang santri membayar administrasi pesantren tepat waktu agar progam pesantren berjalan sesuai keinginan bersama.

Jadi santri harus menjalani tahap-tahap untuk mencapai kesuksesan mencari ilmu, maka semua tahap tersebut harus di penuhi oleh seorang santri terutama masalah administrasi keuangan.

Oleh: Ust. Mursyid Hasan