Kamis, 31 Desember 2020

NAMANYA FAHAM (sosok)


    

  NAMANYA FAHAM

Oleh: Muhammad farhan

Namanya faham, Mungkin, itulah makna yang digantungkan di lauhul Mahfudz sana oleh kedua orang tuanya.

Sosok yang baru mondok beberapa hari ini, sebetulnya sosok yang sudah tinggal lama di bawah birunya langit desa santri. Walaupun masih berada dikelas tiga III MI (madrasah ibtidaiah) tapi lihatlah! Niatnya untuk mondok tak dapat ditumbangkan oleh angin yang menerjang. Bahkan bujukan orang tuanyapun untuk mondok ketika hendak kelas enam (VI MI) tak dapat mempengaruhi niatnya yang tertancap mantap dalam hati.

Namanya Fahmi. Untuk maknanya? Untuk sementara ini, anggap saja, makna dari nama yang disematkan oleh kedua orang tuanya adalah faham.

Setidaknya, harapan itulah yang oleh kedua orang tuanya terus ditumpuk dalam lubuk. Bukan hanya sebatas memahami suatu kata demi kata dalam buku bacaan, tapi tentu lebih dari itu. Dapat juga memahami gores demi gores yang dicipta oleh si-esa. Dengan harapan itulah, kedua orang tua nya menamainya dengan fahmi.

Bukankah memang sangat penting hukumnya bila kita harus bisa memahami suatu perkara? Bukankah apa yang ada di dunia sebetulnya hanya berdasarkan pada pemahaman belaka? Tidak dengan lainnya. Bukankah memang seperti itu adanya.

Tapi jangan sampai dilupa bahwa untuk memahami suatu hal yang dianggap penting, akan dihadapkan dengan kondisi yang genting. Bukankah suatu hal yang mewah harus juga dihadapi dengan susah payah?

Berlian misalnya. Berlian yang berada di dasar samudra atau yang sudah ada di muka dunia, esensinya sama, susah untuk mendapatkannya. Untuk dapat memiliki berlian yang masih berada dasar samudra, tentu dibutuhkan keberanian. Untuk berlian yang ada di muka dunia, tentu dibutuhkan banyak pengeluaran.

Sudah jelas bukan bahwa esensi dari padanya sama, walau di dua tempat yang berbeda. Bila berlian itu masih berada di dasar samudra, maka tentu harus berani untuk berhadapan dengan ikan buntal yang ganas, ikan pari yang menyengat,bahkan ikan hiu yang mematikan. Bukan hanya keberanian, harga dari nyawa yang konon tak terhingga, kini juga harus dipertaruhkan, bila kegiatan menyelam sudah dilakukan.

Bila berlian itu sudah berada di muka, bila anda ingin memilikinya, kumpulan koin yang berasal dari tetesan keringat yang terkumpul bertahun-tahun lamanya, akan hilang dalam sekejap mata. Bayangkan saja, untuk Anda yang ingin memiliki 1 karat berlian dengan kualitas yang buruk, uang yang harus anda keluarkan minimal dikisaran harga 7.500.000. Namun bila yang ingin anda miliki adalah 1 karat berlian dengan kualitas terbaik, maka uang yang harus anda keluarkan minimal dikisaran harga 438.656.000. fantastis bukan? Itu artinya, bila anda ingin mempunyai berat minimum dari sebuah berlian, Anda setidaknya terhadap uang 7.500.000 harus mengeluarkan.

Pemahaman juga demikian. Baik yang masih berada di dasar samudra atau yang sudah berada di muka, harga dari kata paham, hingga kini, untuk dimiliki, masih terlampau tinggi.

Layaknya berlian yang harganya tak dapat dijual di toko-toko pinggir jalan, kata pemahaman pun juga demikian. Untuk dapat memiliki kata paham dengan kualitas yang buruk saja, sekaligus kuantitas yang minimum, anda harus merogoh lebih dalam kerja keras yang ada dalam diri anda, bila ia masih berada di dasar samudra. Namun bila ia sudah berada di muka, maka yang harus anda keluarkan adalah sejumlahrupiah.Bahkan sepupu dari utusan agung muhammad, ali bin abitholib, pernah berkata bahwa harga dari satu huruf bisa mencapai dikisaran 4.600.000.

Dari kesulitan demi kesulitan tadi itulah, maka patut kiranya orang yang memiliki kata paham akan berbangga hati sekaligus berbangga diri. Walaupun, untuk yang kedua, dalam tatanan agama, masih haram hukumnya. Karena memang tak semua orang dapat menyelam di samudra lepas atau terhadap teringat selalu memeras.

Dari panjang lebarnya keterangan, setidaknya ada 1 benang merah yang dapat kita tarik dari rangkai demi rangkai benang hitam yang sudah dijelaskan. Bahwa, bila sudah seperti itu adanya, maka makna dari kata Fahmi, yang digantungkan dilauh mahfudz, saat ini bukanlah bermakna pemahaman, melainkan sudah bermetamorfosis menjadi berlian.

Menakjubkan bukan?

 

 

 

 

 

Selasa, 15 Desember 2020

DIBALIK PARASNYA YANG TAMPAN. DIA JUGA BAGIAN DARI PERAMAL YANG HANDAL

 


DIBALIK PARASNYA YANG TAMPAN. 

DIA JUGA BAGIAN DARI PERAMAL YANG HANDAL

Oleh: Mukhlis Akmal Hanafi

 Tempat asalnya adalah bumi khatulistiwa. Tempat dimana matahari pas di ujung kepala, dan tempat terjadinya perang antar suku yang berbeda ”dayak vs madura. Dibawah matahari dan pas ditengah perut bumi. Pontianak selalu di kenal dengan panasnya bahkan jika dibandingkan dengan surabaya, itu hanya bagian abunya saja. tak heran jika anak pontianak memiliki paras yang biasa saja, tapi tidak dengan bang lie.

Ust. Shodiq atau yang lebih mashur disapa bang lie ini “Nama laqabnya lebih dikenal daripada nama aslinya” sama seperti Syaikh Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi yang lebih dikenal dengan nama Abu hurairah. Nama itu seakan sudah menjadi bagian dari hidupnya mendarah daging baginya. Tak heran jika santri yang baru lahirpun istilah bagi santri baru mengikuti hal yang serupa.

Sekelumit tentang kisah hidupnya. Bang lie berlayar pada tahun 2006. sebagai santri tertua saat ini. Bukan hal mudah baginya berlayar ke Malang. Ia harus menerjang gemuruhnya ombak yang gak karuan serta melawan rasa sakit saat di perjalanan. Dia beralasan. Dia mabukan. Sebuah penyakit yang katanya berasal dari perdesaan atau bahasa kasarnya disebut “kampungan.

Yah dia (bang lie) memang memiliki paras di atas rata-rata. Meski umurnya sudah terbilang tua. Tapi wajahnya tak termakan usia. Sementara manisnya dan gairah tawanya tidak habis di makan semut begitu saja. Tak heran jika kebanyakan anak putri atau bahkan perempuan di luar sana akan selalu membayangkan satu kamar dan satu bantal denganya. Serta menjalin keluarga hingga ujung nyawa akan memisahkan mereka berdua. Baginya hal yang paling mudah adalah menaklukkan hati wanita. Melihat wajahnya seakan menunjukkan berhati mulia. Dan dibalik senyumnya tersimpan gombalan magis yang bikin geleng kepala. Buktinya “cinta sak kreseek” menjadi viral di social media. Tentunya perempuan akan memasang badan dan memastikan itu semua.

Sepasang foto tersimpan di internalnya. dengan sedikit quetes yang mengisahkan tentang kisah hidupnya. Dalam pengakuanya ia bercerita. Ada beberapa foto yang memiliki kenangan yang muram. tentang perempuan yang pernah dicintai semasa dia masih duduk di bangku kuliah. Ada juga foto yang tak terpasang di Hpnya. Tepatnya saat ada perempuan maba (mahasiswa baru) yang pingsan akibat ketampanannya.

Apakah bang lie pernah ditembak? Dalam ceritanya, ia pernah merasakan tembakan pertama. Tak perlu di sebutkan namanya. Ia mengakui kesalahannya. Namun itulah resiko yang  harus ia terima. Menjadi orang tampan dan pendiam. Sama seperti cantik itu luka. Dia juga mengalami hal yang serupa “Ganteng itu luka” baginya “ganteng menyiksaku”

Meski wajahnya tampak garang saat dia menjadi keamanan. Badanya tangguh perkasa sebagaimana ketua keamanan sebelumnya. Dan tak habis-habisnya mengeluarkan mantra-mantra dari lisanya. Bang lie tetap manusia biasa. Gemuruh tangisnya pernah membasahi pipinya. Bibirnya sudah tidak ada kata-kata. seolah ia sudah kehilangan perempuan yang dicintainya. Sebab tidak direstui oleh ibunya. Info yang lain Nyai sepuh juga tidak merestuinya.

Usut punya usut. Dia juga bagian dari peramal yang handal. Tak tanggung-tanggung sebuah kata taukid penguat melekat dalam kata “Handal. Mustahil di percaya memang. Bahkan aku sendiri tidak seratus persen mempercayainya. sebab hidupnya hanya didekasikan untuk tersenyum cengingiran serta bercerita dan mendengarkan cerita dari teman lainnya. Hinga tak jarang ia terlihat bercerita sekedar meramal apa saja yang telah dilihat sebelumnya. Dan menulusuri benda-benda yang ada di depan matanya. Itu seakan-akan sudah menjadi ahlinya. Melihat hal yang tidak ada menjadi ada yang tidak bisa di lakukan oleh orang lain pada umumnya.

Metode meramal persyaratanya cukup gampang. Hanya menyebutkan nama tanpa harus memberikan asal dimana ia tinggal dan segala macam. Asal bang lie tau orangnya dan tau wajahnya. Atau jika tidak demikian. Tinggal meyetorkan foto secara diam diam.

Meramal baginya adalah suatu pekerjaan yang sulit-sulit gampang. Sebab prosesnya lama dan tak mudah baginya melakukannya. Selain lama ia juga harus menahan getar getirnya malam. Membuka mata telanjang. Mengembalikan daya fikir agar kembali bugar. Dan ia juga harus melakukan wiridan spritual. yang istiqomah di baca di sepertiga malam. hingga tak jarang ia banggun. sekedar membaca mantra yang konon ia baca mulai dari tahun 2010. tepatnya sepuluh tahun yang silam.

          
            Peramal merupakan keahlian yang khusus dan jarang di mliki oleh orang. Dan bang lie mampu memiliki itu. Mata batinya seolah melihat apa saja. Dan mata hatinya seolah rapuh oleh kisah cintanya. menarik di tunggu kisah-kisah yang tentunya di nantikan oleh para fansnya.

Foto ini diambil saat pemanggilan santri di gerbang depan Raudlatul Ulum 1 Doc: (Ketua Keamanan)


Senin, 30 November 2020

SADAR ATAU MALAH DIAM (Sosok)


"Salah satu foto Ust ikhwan yang tampak manis"


SADAR ATAU MALAH DIAM

Oleh: Mukhlis Akmal Hanafi

Sadar akan kewajiban adalah prinsip besar yang harus ditanamkan. Begitu kira-kira ungkapan ust ikhwan saat rapat pengurus berlangsung. Ungkapan diatas menjadi prinsip dan tujuan yang harus ditanamkan dalam diri siapapun. sebab tidak bisa diragukan lagi, kesadaran merupakan kunci kesuksesan yang baru-baru ini menjadi topik pembicaraan dikantor pesantren. Meski kita sudah tau dan menduga bahwa ungkapan diatas dalam arti sadar akan jadi bahan incaran untuk saling cemooh dan saling menjatuhkan. Begitulah keadaannya kawan! Siapapun yang mampu menafsiri ungkapan ust ikhwan dengan benar. Maka tanpa disadari orang itu sudah banyak belajar dari beliau. Terutama soal kharismanya yang besar. Dan utamanya perihal sadar dan kesadaran.  

Siapa yang tidak kenal dengan sosok yang satu ini. Sosok karismatik yang tidak ingin kehilangan marwahnya gara-gara bercanda yang kelewatan batas. Ia sepenuhnya mempertahankan kharisma dalam diri santri. Dan menaruh kepercayaan besar dalam dirinya sendiri. “Akhlak mulia seorang santri juga dapat dipengaruhi oleh kharisma pengurus dan prilaku dari keseharian itu sendiri! Imbuhnya. 

Dua tahun yang silam tepatnya tahun 2018 ust ikhwan resmi ditunjuk sebagai pengurus harian dan di amanahkan sebagai anggota ubudiyah bagian kontroling dan penegak hukum di bidang ibadah dan al-quran. sempat juga di gadang-gadang jadi penerus Ust Sulaiman (the next sulaiman) yang secara kebetulan ust sulaiman juga pernah memasang badan di pengurus Ubudiyah. Namun sayang ust sulaiman malah memutuskan untuk boyong lebih awal faktor usia dan sudah waktunya menikah. 

Ubudiah tentunya bagian yang sangat central dalam kepengurusan. Selain harus memikul berat tanggung jawab yang harus ia emban. Ia juga dipaksa untuk istiqomah berjamaah dalam setiap rutinitas yang ia jalani dan tak menampik untuk kemudian jadi imam. Ini merupakan pengabdian yang sulit jika hanya dipikirkan. Jika tidak, dengan kesadaran dan ketekunan yang ust ikhwan berikan. Lagi-lagi soal kesadaran dan sadar  (خدمة للمعهد)

Hebatnya lagi; ust ikhwan pun juga ikut membantu administrasi pondok yang notabannya itu pekerjaan sekretaris. dan tak segan membantu bendahara jika kesempatan yang lain orang yang bersangkutan berhalangan. 

Apa namanya jika bukan sadar? Kesadaran mampu membatasi ruang lingkup kehidupan dengan sedemekian jenis dan beragam. Buktinya saat jam istirahatpun ust ikhwan rela bangun dari tidurnya sembari memberi pelajaran kepada teman santri yang ikut dalam ruang kursusan. Baginya, itu merupakn hal yang biasa dan bukan hal mustahil dilakukan. Lagi-lagi kesadaran jadi aktor penting dalam diri ust ikhwan. 

Wajahnya memang terbilang muram, namun dihatinya tertanam kesadaran yang sulit dibayangkan. Begitulah yang dapat aku simpulkan.

Dari segi keterampilan dan olah baca kitab kuning ust ikhwan tidak bisa dipandang sebelah mata. Keahlian dalam membaca dan menjelaskan Ust Ikhwan adalah jagonya. Melalui jejak digital yang saya punya, ia sudah meraih trofi bergengsi saat masih duduk dibangku non formal tepatnya di Madrasah Diniyah. Hingga mampu mengikuti kejuaraan kitab kuning tingkat MQK (Musyabaqoh qiroatl kutub) di madura. Namun sayang beribu kali sayang banyaknya peserta dari malang mengharuskan ia saling sikut dan akhirnya ia pun harus gugur di babak penyisihan. 

Berangkat dari pengalaman. Iapun banyak belajar dan mulai memahami dunia luar. Salah satu yang membekas dalam dirinya adalah; saat ia memutuskan untuk tetap diam dan menaruh perasaan yang dalam pada diri seseorang yang belum sepenuhnya ia kenal. Siapakah dia? Tentunya itu pertanyaan besar yang masih belum dipecahkan. Namun sayang rayuan yang aku berikan memaksa ia harus mengakui itu semua. Bahkan dalam proses wawancara ia berinisiatif untuk menceritakan kronologi dan awal mulanya. Meski keadaan yang sebenarnya cukup alot dan rumit dijelaskan. 

Dalam wawancara kami. Ada sedikit pembicaraan kecil nan menarik yang mustahil dilewatkan. “Aku diam bukan berarti melupakan ” ujarnnya. Aku berpikir panjang sampai pada titik aku benar benar merasa paham. Dan pada akhirnya akupun mulai memahami apa yang sudah jadi kaidahnya. Saya pun mengingat salah satu maqalah yang pernah disampaikan oleh gus abdurrahman sa'id (gus dur) saat acara maulid di atas aula lantai dua. Maqalah itu berbunyi

سلامة الانسان فى حفظ اللسان 

“Keselamatan manusia itu tergantung dimana ia harus menjaga lisan.

Bisa menarik kesimpulan; diam dan menyimpan rahasia secara diam-diam merupakan cara Tuhan untuk lebih sedikit melakukan tindakan kriminal. Lisan itu sebuah komunikasi untuk menyampaikan informasi, semua angggota tubuh yang kau miliki itu bisa mewakili cara pandang dalam kaca mata orang lain dan aku sendiri. Lebih baik diam daripada harus banyak tingkah tapi kosong isinya. 

Konon katanya, ekspresi kegembiraan dengan cara diam itupun membuat ust ikhwan tak sepenuhnya diam dan enggan tidak melakukan ritual.  Buktinya saat ia ditanya perihal orang yang dicintainya pun ia terus menjawab dengan suara yang lantang. Dan tentunya, dalam setiap kesempatan ada bait bait doa yang ia tanamkan. Sungguh mengharukan kawan!

Apakah ust ikhwan benar-benar sadar? Begitulah pertanyaan yang mendasar. Pertama: Menaruh harapan yang besar kepada orang yang belum ia kenal. Kedua: hanya bisa diam dan tidak menyatakan kebenaran. Ketiga lebih besar ke(malu)annya daripada kebenarannya.

Disatu sisi aku benar-benar menaruh empati yang sangat tinggi kepada ustad yang satu ini. Bagaimana tidak, kumpulan pertanyaan yang sudah aku miliki masih belum menemukan jawaban yang pasti. Tapi disisi yang lain. Akupun mulai paham dengan kondisi yang sedang ia jalani. lebih baik diam daripada harus menerima pil pahit yang sunnguh tak terduga itu bakal terjadi. Simalakama bukan! 

Antara sadar atau lebih memilih diam? 

Sadar dengan berbagai macam tantangan dan menerima kenyataan, atau dengan diam menyembunyikan kebenaran dan membiarkan orang lain diberi ruang kebebasan. 

Menarik ditunngu. []

Sabtu, 11 Januari 2020

KIAI YAHYA BEKALI AL-QUR'AN PADA TIGA SANTRI TUGAS

Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan yang senantiasa meluluskan anak didiknya, PP Raudlatul Ulum 1 banyak menghantar para santri hingga selesai jenjang pendidikannya. Namun dibalik kenyataan pesantren yang berada di desa Ganjaran Gondanglegi Malang itu menamatkan santri-santrinya dalam pendidikan formal, KH Yahya Syabrowi telah melakukan penugasan santri ke beberapa wilayah sejak lama. Salah satu di antara santri yang ditugasi kiai asal Sampang Madura itu adalah Ustadz Samin.
  
Pemberangkatan Bapak Samin ini merupakan tahap kedua setelah Ustadz Su'udi Penjalinan Gondanglegi dan Ustadz Sari asal desa Ganjaran ke wilayah Kalimantan Barat. 

Sebetulnya penugasan tahun 1973 ini terdiri dari tiga orang: (1) Ustadz Rusdi Wahid dari Klepu Sumber Manjing Wetan. (2) Ustadz Marju'in [H. Khoiron] dari desa Bekur Pagak. (3) Ustadz Samin dari Lowok Waru Turen.
KIAI YAHYA BEKALI AL-QUR'AN PADA TIGA SANTRI TUGAS
Pict by Gus Mad


Kepada masing-masing tiga orang tersebut, Yai Yahya Syabrowi memberikan Al-Qur'an dengan warna cover yang berbeda-beda. Ustadz Rusdi mendapat Al-Qur'an berwarna coklat, sedangkan Ustadz Marju'in memperoleh warna kuning, sementara Ustadz Samin dihadiahi warna abu-abu. Tidak diketahui dengan jelas rahasia yang melatari perbedaan warna kulit kitab suci itu, tetapi mencermati kondisi masing-masing ketiga tugasan, bisa dianalisa dari spesifikasi peran-peran ketiga orang tersebut. Ustadz Rusdi Wahid lebih banyak mengembangkan pendidikan melalui lembaga pesantren dan sekolah, adapun Ustadz Marju'in lebih tampak bermain di ranah politik sedangkan Ustadz Samin lebih terlihat sebagai sosok yang menyertai masyarakat akar rumput.

Selain memperoleh Al-Qur'an, sewaktu akan berangkat, ulama yang hingga wafat masih menduduki Musytasyar NU Cabang Malang itu mengijasahkan "Asmaul Husna" kepada ketiga santrinya. 

KIAI YAHYA BEKALI AL-QUR'AN PADA TIGA SANTRI TUGAS
Pict by Gus Mad

Sementara Ustadz Samin yang dikenal dengan sebutan "Pak Guru" di Retok Majau itu diberikan buku "Tata Cara Menikahkan". Ternyata buku yang ditulis oleh Drs KH Mursyid Alifi itu kini sangat berguna, karena entah bagaimana asal muasalnya setiap kali ada acara pernikahan, masyarakat selalu menunjuk Ustadz Samin sebagai tokoh yang dipercaya menangani akad nikah di kampungnya. 
_

(Disarikan dari berbagai sumber oleh Gus Mad)

Minggu, 02 Juni 2019

Analisa Kaderisasi KH Qosim Bukhori

Oleh : Gus Mad

Analisa Kaderisasi KH Qosim Bukhori

PP Raudlatul Ulum 2 Putukrejo kini memasuki generasi kedua, setelah KH Qosim Bukhori sebagai pendiri sekaligus pengasuh pertama mangkat sekian tahun yang lalu. Sekalipun tipologi kepemimpinan beliau lebih banyak tampil demokratis, namun saat itu beliau masih sendiri dalam mengasuh santri-santrinya.

Sekarang jajaran kepengasuhan pesantren di desa yang memiliki destinasi wisata "Sumber Sira" itu bercorak kolektif. Sebab, seluruh generasi Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah itu, baik putra maupun menantu, diberikan ruang luas untuk berperan melanjutkan dan mengembangkan warisan beliau.

Kepiawaian kiai Qosim Bukhori mempetakan posisi masing-masing putra-putra beliau inilah yang akan dicermati penulis dalam kolom singkat ini.
~~~

Di luar anak putri, beliau dikaruniai dua anak laki-laki, yaitu Gus Ja'far Shodiq (Gus Faris) dan Gus Muhammad Yusqi (Gus Yusqi). Kemudian ditambah putra menantu beliau, yakni Gus Muhammad Sulthoni (Gus Sulthon), Gus Muhammad Hamim Kholili (Gus Hamim) dan Gus Muhammad Madarik Yahya (Gus Mad).

Kelima putra inilah yang kini meneruskan jejak peninggalan beliau. Hebatnya, masing-masing didudukkan pada porsi yang sesuai keahliannya.
~~~

Gus Faris Dan Gus Yusqi

Mereka berdua diangkat oleh ayahnya sebagai pengganti yang memperjuangkan dzikir (Khalifah Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah). Proses regenerasi kepemimpinan ritual olah hati ini dilakukan oleh KH Qosim Bukhori jauh sebelum beliau jatuh sakit dengan surat "Washuiyah bil Khair" berisikan hasil istikharah yang dilakukan di tanah suci Mekkah.

Bahkan kenyataan bahwa Gus Faris senantiasa diikutsertakan dalam setiap agenda kegiatan Yai Qosim, menjadi simbol yang acapkali dimaknai oleh masyarakat sesungguhnya putra tertuanya itu sedang di gadang-gadang untuk menggantikan beliau.

Sedangkan kepada Gus Yusqi, kiai Qosim menjamin pemeliharaan perkembangan putra ketiga itu, walaupun masa-masa remajanya seringkali dinilai "agak nakal" oleh sebagian alumni.

Kaderisasi kedua putranya ini cukup maklum, karena disamping lahir dan besar dari "rahim pesantren", keduanya pernah mengenyam pendidikan pesantren.

Gus Mad (penulis)
Hampir semua anggota keluarga menilai bahwa penulis dirancang oleh beliau sebagai pihak yang patut berjibaku dengan segala problematika di dunia pendidikan. Tidak seperti kedua putranya yang diarahkan melalui wasiat, kadar kualifikasi penulis di takar oleh beliau lewat isyarat-isyarat.

Dua dari sekian banyak isyarat tersebut adalah:
Pertama, beliau tidak saja menyuruh penulis melanjutkan akademik ke jenjang S2, namun rela menanggung separo biayanya.
Kedua, penulis merupakan satu-satunya keluarga yang dibebani amanah "pengajian kitab Ta'lim Muta'allim" setiap Sabtu pagi bagi santri.

Arahan beliau terhadap penulis juga tidak mengherankan, sebab semenjak kecil hingga dewasa, penulis besar dalam buaian pendidikan pesantren dan perguruan tinggi agama Islam.

Gus Hamim
Salah satu putra pengasuh PP Miftahul Ulum/PPRU IV Ganjaran itu jelas-jelas diperintahkan oleh KH Qosim Bukhori untuk berdagang dan berjuang di ranah politik.

Model regenerasi ini agak aneh, pasalnya cucu KH As'ad Ismail itu diposisikan berada di luar ekspektasi keilmuan yang dialaminya. Diketahui bahwa Gus yang kini menjadi Ketua Dewan Syuro PKB Malang itu sejak kecil berada di lingkungan pesantren, belajar di pesantren kemudian meneruskan ke tingkat perguruan tinggi agama. Namun ternyata Yai Qosim Bukhori menitahkan Gus Hamim untuk berniaga dan masuk ke gelanggang politik.

Ada apa dibalik perintah itu ? Tentu Yai Qosim lebih faham mengenai hal itu. Kalangan orang awam mungkin kesulitan menangkap nalar dibalik fakta ini, tetapi bagi kaum akademisi masih dapat direka-reka melalui pendekatan normatif.

Dalam membaca potret kaderisasi Yai Qosim terhadap Gus satu ini dibidang bisnis, bisa diteropong melalui pendekatan hadits:

ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ [إلَى آخَر الرِّوَايَة].
فَقَالَ رَسُولُ الله صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِين.
فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا. فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ: تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ.
(رواه البخاري)
فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ.  (رواه مسلم)

Sementara dibidang politik, dapat dipahami melalui hadits:

أَبْلِغُوْا حَاجَةَ مَنْ لاَ يَسْتَطِيْعُ إِبْلاَغَ حَاجَتِهِ
فَمِنْ أَبْلَغَ سُلْطَانًا مَنْ لاَ يَسْتَطِيْعُ إِبْلَاغَهَا ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى قَدَمَيْهِ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه الطبرانى)

Gus Sulton 
Sedangkan Gus ini berada di garda depan dalam persoalan supranatural. Apalagi suami Ning Bariroh itu merupakan salah satu sosok yang ditokohkan di dunia persilatan lewat naungan perserikatan persilatan BS (Bintang Surya).

Kendatipun komunikasi Gus Sulthon di masa hidup mertuanya tidak begitu intens, tetapi berdasarkan atas pengakuannya, setelah wafat Yai Qosim Bukhori, Gus asal Pulau Garam itu seringkali mendapat petunjuk-petunjuk dari mendiang Yai Qosim.

Fakta ini menggambarkan bahwa sosok yang memiliki lima putra itu secara tidak langsung diposisikan sebagai generasi yang mempunyai spesifikasi di bidang "kanuragan".

Hal demikian itu bisa dicermati dari perjalanan hidupnya yang didedikasikan untuk membantu kepentingan orang banyak, seperti menolong tetangga yang sedang pailit, sesama yang tengah dilanda sakit, pihak-pihak yang lagi memikul hajat politik dan bahkan tidak jarang para santri dari beberapa pesantren yang di rundung lara serta ragam pengaduan yang harus diatasi lewat "kekuatan ghaib".

Analisa Kaderisasi KH Qosim Bukhori


Alhasil, Yai Qosim Bukhori memancang menantu kedua ini dalam spesifikasi "dunia luar nalar" bagi pesantren PPRU 2 Putukrejo. Sekalipun tidak merta memainkan peran di dalam perkembangan pesantren, tetapi secara implisit Gus Sulthon telah banyak memeras keringat terhadap keberlangsungan peninggalan Yai Qosim Bukhori dari luar pagar pesantren.
~~~

Semoga berkah.

Minggu, 10 Maret 2019

SEKELUMIT SIKAP WIRA'I GUS MA'RUF KHOZIN

SEKELUMIT SIKAP WIRA'I GUS MA'RUF KHOZIN
Gus Ma'ruf Khozin

Siapa yang tidak kenal beliau, mungkin sudah banyak orang yang mengenal beliau, baik di media sosial maupun di layar kaca tv9. Beliau adalah Gus Ma'ruf Khozin.

Saya pun tak tahu orang-orang menilai beliau seperti apa ? Tetapi saya yakin kebanyakan mereka menilai beliau pasti bersifat positif.

Jangan sampai aku, kamu beserta anak-anak kita memakan uang yang ada di dalam amplop ini


Namun sifat kehati-hatian beliau di dalam memilih rejeki, mungkin banyak orang yang tidak mengetahuinya.

Inilah sekelumit pengalaman tentang sikap kehati-hatian dalam memilah rejeki, selama saya menyertai beliau:

Pertama, beliau pernah di undang kegiatan pengajian di Dinas Perpajakan (kalau tidak salah mungkin sudah tiga kali).  Tetapi apa setelah beliau kembali ke rumah, ternyata beliau memberikan amplop itu tanpa melihatnya terlebih dahulu. Beliau hanya berkata:

"Jangan sampai aku, kamu beserta anak-anak kita memakan uang yang ada di dalam amplop ini !"

"kenapa Yah ?" Tanya saya.

SEKELUMIT SIKAP WIRA'I GUS MA'RUF KHOZIN
Gus Ma'ruf bersama  Istri dan Putra-putrinya

"Saya mengaji di tempat perpajakan. Pihak-pihak yang membayar pajak itu banyak; ada pajak kendaraan, pajak rumah sakit, dan lain-lain, termasuk ada pajak hiburan malam. Lha, saya khawatir uang yang saya terima ini dari uang hiburan malam/diskotik."


Kedua, suatu waktu beliau  di undang acara "Santunan Anak Yatim", dan ternyata beliau melihat orang-orang yang menyantuni itu adalah non muslim, sedangkan anak-anak yang disantuni banyak kalangan yang berbeda agama.

Setelah sampai di rumah, beliau pun tak melihat isi amplop itu (karena kondisi beliau masih menggunakan helm), lalu beliau hanya berkata kepada saya:

"Sampeyan dan anak-anak jangan sampai makan uang itu !"

"Kenapa Yah ?"

"Entahlah, saya tidak enak saja, kalau anak-anak saya menggunakan uang itu." Jawab beliau.

Ketiga, tadi malam beliau pulang ke rumah, tiba-tiba beliau menyodorkan amplop yang besar dan isinya lumayan banyak.

"Uang ini jangan kau makan !" Ucap beliau.

"Uang apa ini Yah ?"

Kemudian beliau hanya berkata:

"Ini uang suap (sogok)."

"Kalau ini banyak lho, Yah. Untuk dibelikan pulsa, mungkin cukup 1 tahun, atau lebih malah."  Canda saya.

Karena biasanya, setiap rejeki yang menurut beliau syubhat, selalu saya belikan pulsa.
~~~

SEKELUMIT SIKAP WIRA'I GUS MA'RUF KHOZIN
Salah satu dokumentasi saat Gus Makruf menjadi Pembicara di salah satu seminar Aswaja

Dan pernah suatu ketika, beliau di undang di daerah Lumajang. Beliau langsung memberikan semua amplopnya untuk pembangunan masjid tanpa tersisa. Para hadirin merasa takjub dan seraya bertanya-tanya dalam benak mereka:

 "Kok bisa, jauh-jauh dari Surabaya tidak menyisakan untuk ongkosnya saja."
Peristiwa semacam ini (menerima amplop, tetapi langsung didermakan) sama seperti yang sering dilakukan Gus Dur.

Semoga kita bisa meneladaninya. Amin.

Gus Ma'ruf Khozin adalah Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur. Alumni PP Al-falah Ploso Kediri yang kini tinggal di Surabaya ini berasal dari desa Ganjaran Gondanglegi Malang.

( Sejumlah cerita ini disadur dari Wia Raokib dan Abdur Rofik, ditulis ulang oleh GM (Gus Mad) )