Kamis, 01 Februari 2018

Gerhana Bulan? Antusias Sholat Gerhana Santri Raudlatul Ulum 1

Gerhana Bulan? Antusias Sholat Gerhana Santri Raudlatul Ulum 1
Antusias Santri Sholat Gerhana Bulan
Dengan tersebarnya info oleh badan peneliti bulan baik dari kalangan pemerintah, organisasi masyarakat maupun lembaga terkait akan terjadinya fenomena gerhana bulan kemarin (31 Januari 2018), menjadi sebuah kabar asyik bagi kalangan kaum bersarung Raudlatul Ulum 1.

Semenjak terdengar kabar akan datangnya gerhana bulan, santri ppru 1 menjadi seakan terbius virus kegirangan. Sayangnya kegirangan itu adalah praduga bahwa akan diadakan sholat gerhana bulan, sedangkan jika diadakan gerhana bulan, maka kegiatan musyawarah malam akan diliburkan.

Malam hari kamis, tepat sesaat setelah pelaksanaan sholat isya' pun sholat gerhana bulan dilaksanakan atas instruksi serta inisiatif dari kepala pesantren dan dewan pengurus. Pelaksanaan sholat gerhana diikuti oleh para santri Raudlatul Ulum 1. Baik santri putra maupun santri putri. 

Santri putra melaksanakan sholat gerhana bulan di Musholla, sedang santri putri bertempat di Aula  utama lantai dua.

Kepala pesantren, Gus Abdur Rohim Sa'id menjadi imam sholat pada pelaksanaannya. Sedang Ust. Khoiron Halim menjadi khotib sholat Husuf. Semua berjalan lancar serta khidmat. Mengingat pelaksaan sholat gerhana bulan kemarin adalah kali pertama diadakannya di pondok pesantren Raudlatul Ulum 1 semenjak tahun 2010.

Ustadz. Khoiron Halim menyampaikan dalam khutbahnya, "Ketahuilah wahai santri, bahwa terjadinya gerhana bulan ini bukan merupakan karena kematian seseorang, atau kelahiran seseorang (Baik Ulama' bahkan Nabi sekalipun). Melainkan adalah salah satu dari berbagai banyak tanda kebesaran Allah SWT". 

Harapan segenap dewan pengurus kedepannya, setiap kali terjadi fenomena alam. Maka harus diadakan praktik langsung sesuai yang telah dijelaskan tata cara ibadahnya dalam kitab klasik yang dipelajari sehari-hari. Dan juga sebagai bahan evaluasi praktikum dari pada materi yang hampir setiap waktu diajarkan di Pesantren.

Namun sayangnya. luapan kegembiraan santri akan dugaan kuat bakal diliburkannya kegiatan musyawarah malam karena pelaksanaan sholat gerhana bulan terhapus kerut dahi. Pasalnya, lima menit selepas dibubarkannya jamaah sholat gerhana, bel musyawarahpun terbunyi dengan lantang menyapa setiap sudut ruang kompleks pesantren. Sungguh kegagalan yang berkah.

Sabtu, 30 Desember 2017

Haul KH. Yahya Syabrowi ke-30 Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1

Haul KH. Yahya Syabrowi ke-29 Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1

Haul KH. Yahya Syabrowi ke-30 Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1

Oleh: Syifa'ur Romli

PPRU 1 News
-Hujan dengan derasnya mengguyur tanah Desa Ganjaran dan sekitarnya. Pada hari dimana bertepatan dilaksanakannya haul KH. Yahya Syabrowi ke-30. Tepatnya hari Kamis, 21 Desember 2017. Dalam pelaksanaan haul masyayikh kemarin, adalah bertepatapa dengan wafatnya pendiri sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, para hadirin yang diundang menghadiri acara haul itu terdiri dari undangan utama (para masyayikh desa Ganjaran), undangan umum dan para santri. Hanya berbeda dalam segi pelaksanaannya. Yakni dilaksanakan dengan sederhana (bukan Haul Akbar).

Ada hal menarik yang menjadi kesan dalam pelaksanaan haul masyayikh kemarin. Antara lain dimana mulai tahun 2012, haul dilaksanakan dalam cuaca terang dan bersahabat. Namun berbeda untuk pelaksanaan kemarin sebab hujan yang menyelimuti rangkaian acara semenjak awal. Namun, hal tersebut menjadikan haul kemarin berjalan dengan khidmat dan penuh kerinduan kepada sang kiai.

Setelah pembacaan tawassul yang dipimpin oleh KH. Mukhls Yahya, pembacaan yasin dipimpin oleh KH. Abdul Malik. Dan dilanjut dengan tahlil oleh KH. Abdur Rosyid dan ditutup dengan pembacaan do'a oleh KH. Abdus Syakur. Semua berjalan dengan syahdu dengan alunan nada hujan yang tak hentinya menyapu atap.

Hujan baru berhenti sesaat setelah acara ramah tamah berlangsung. Menurut Ust. Khoiron Halim S.Pd, turunnya hujan seakan menandakan bahwa bumi pun ikut merindu akan kepergian sang kiyai semenjak tahun 1987 silam. Dimana, semua mata yang tak pernah menangis menjadi mengalir dan semua hati yang tak pernah lentur akan menjadi luluh menyesalkan kepergiannya. Semoga kita senantiasa diakui beliau sebagai santrinya. Amiin. Allaahumma Ighfir Lahu Warhamhu Wa'aafihi Wa'fu 'Anhu.

@Divisi_Publikasi PPRU 1

Senin, 25 Desember 2017

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit-PPRU1

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit

Oleh: Syifa’ur Romli

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit-PPRU1
Kompleks PPRU1 Tampak dari Atas Aula
Oleh: Syifa'ur Romli

Musim hujan sudah menjadi hal yang wajar untuk bulan-bulan akhir dalam setiap penghujung tahun. Pada tahun ini saja, setiap daerah di Indonesia tak lepas dengan musim hujan yang terus menerus mengguyur bumi Khususnya Kabupaten Malang.

Hujan di daerah Gondanglegi mulai sering terjadi pada awal bulan Oktober, 2017. Dan akan terus berlangsung sampai akhir bulan Januari, 2018. Gejala alam berupa hujan ini sangat dikhawatirkan mendatangkan lebih banyak gejala di setiap daerah yang terlanda, khususnya Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran.

Menurut pengamatan pengurus yang juga merangkap jabatan sebagai bagian kesehatan, Ust. Nurul Imam menegaskan bahwa sepanjang musim hujan yang mengguyur desa Ganjaran mulai awal bulan Oktober kemarin, para santri Raudlatul Ulum telah banyak menderita gejala penyakit antara lain: Gatal disertai nanah, Influenza dan diare.

Hujan susulan yang mungkin lebih besar lagi dihawatirkan dapat mendatangkan lebih banyak penyakit membahayakan kesehatan santri. Terlebih penyakit-penyakit yang dapat mudah menuar seperti penyakit kulit, tifus dan infeksi saluran pernafasan. Sebab, melihat kondisi lingkungan pesantren yang sangat memungkinkan untuk menjadi sarang penyakit.

Dengan adanya prediksi tersebut, pihak pengurus Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 mulai memperhatikan kebersihan para santri khususnya dalam menjaga tempat sampah dan baju-baju untuk selalu diwaspadai oleh santri agar selalu bersih. Sebab, 75% penyakit menular yang sering terjadi di pesantren disebabkan kelalaian dalam menjaga pakaian. “Jika dibiarkan kotor lalu dicampur dengan pakaian bersih milik temannya tentunya akan lebih bahaya untuk menular” Ujar Ust. Umar, pengurus bidang Kebersihan dan Pengairan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1.

Upaya demi upaya mulai dilakukan segenap pengurus pusat dan pengurus daerah Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 untuk ikut serta saling mejaga kebersihan dan kesucian Pondok Pesantren. Mulai dari imbauan, penanganan, dan tindakan. Terlebih jika di musim hujan, sebagian besar lantai di kompleks pesantren terlihat sangat kotor.

Dalam hal ini Wakil Kepala Pesantren, Ust. Abdur Rofiq S.Pd berpendapat ketika dimintai keterangan oleh Tim Publikasi Raudlatul Ulum 1 “Kami rasa gejala musim hujan seperti halnya saat ini merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Sebab, jika diremehkan sedikit saja, maka wabah penyakit menular akan berkepanjangan dan tentunya dapat meresahkan semua pihak pondok pesantren”.

@Tim_Publikasi PPRU1

Sabtu, 21 Oktober 2017

Dua Santri PPRU 1 Mengukir Sejarah Lama di MQK tingkat Provinsi

Dua Santri PPRU 1 Mengukir Sejarah Lama di MQK tingkat Provinsi
Syifa'ur Romli dan Muhammad Anas
Raudlatul Ulum 1-Minggu, (15 Oktober 2017) hari itu adalah sejarah baru yang telah lama pudar di ajang perlombaan resmi antar pondok pesantren se-Jawa Timur.  Pasalnya, dua orang santri Raudlatul Ulum 1 di antaranya, Syifa’ur Romli dan Muhammad Anas berhasil menyumbangkan dua tropi dalam perlombaan tersebut. Dengan perolehan tropi Juara I Marhalah wustha Bidang Akhlaq dan Juara III Marhalah Wustho bidang Ushul Fiqh. Bertepatan sejak tanggal 13-15 Oktober 2017 yang bertuan rumah di PonPes Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto.

    Keberhasilan yang sama dalam perlombaan resmi yang digelar rutin tiga tahun sekali oleh Kementrian Agama dengan nama Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) se-Jawa Timur itu terakhir kali diraih pada tahun 2010 lalu. Dimana pada saat itu ada beberapa nama yang turut mengharumkan nama baik PPRU 1 antara lain Ust. Abdur Rosyid Juara I Marhalah Ulya bidang Fiqih, Ust. Abdur Rofiq Juara II Marhalah Ula bidang Nahwu, Ust Khoiron Halim Juara II Marhalah Ulya bidang Tafsir dan Ust. Muslimat Juara II Marhalah Ula bidang Tarikh yang diselenggarakan di Probolinggo.

    Setelah keberhasilan tahun 2010 lalu, delegasi PPRU 1 gagal di kancah Provinsi di MQK ke-IV di PonPes Nurul Cholil, Bangkalan, Madura. Dan akhirnya berhasil bangkit kembali pada tahun ini. Dua dari empat delegasi perwakilan PPRU 1 dan sekaligus mewakili Kabupaten Malang. “Suatu kebanggaan bagi kita semua, telah mengharumkan nama baik PPRU 1” Komentar Gus. Abdur Rohim Sa’id, Kepala PonPes Raudlatul Ulum 1.

    Dalam perjalanannya, MQK merupakan seleksi dari berbagai tahap untuk mencapai tingkat Provinsi dan Nasional. Mulai dari seleksi perlombaan antar PonPes se-Kab. Malang, Juara 1 dari masing-masing bidang kitab diambil untuk mewakili Kabupaten Malang  dan dilombakan kembali pada tahap kedua yaitu Wilayah Kerja (Wilker) dimana ada 7 perwakilan Kabupaten dan kota. Dari 14 perwakilan PPRU 1, empat diantaranya lolos ke tingkat Provinsi Jawa Timur. Dan dari empat delegasi santri PPRU 1 tersebut, hanya dua orang yang berhasil mendapatkan tropi.

    Pada pemenang 1, 2 dan 3, nantinya akan diadakan seleksi ulang untuk bisa menuju kancah Nasional. Dimana satu perwakilan masing-masing bidang kitab yang telah lolos seleksi, akan mewakili provinsi Jawa Timur untuk dilombakan dengan 37 Provinsi se-Indonesia di Jepara, bulan November mendatang.

    Di pundak kedua nama yang telah memperoleh peringkat inilah ditaruh beban yang lebih  berat lagi untuk bisa lolos dalam seleksi ulang serta mampu menembus tingkat Nasional untuk bisa mengharumkan nama baik PonPes Raudlatul Ulum 1 Malang. Sebab, kedua jawara tersebut masih berpeluang besar untuk bisa lolos dalam seleksi ulang nanti. Ust. Abdur Rofiq (sebagai: Official) dalam MQK tahun ini berpendapat, “Tentunya kami semua berharap ke-dua pemenang MQK se-Jawa Timur ini dapat lolos kembali dalam seleksi ulang sebagai perwakilan menuju tingkat Nasional nanti”.

Oleh: Ihya’ul Ulum
@_Publikasi

Sabtu, 30 September 2017

Gus Mubarok dan Ning Raudlah Bersatu di Pelaminan

   
Gus Mubarok dan Ning Raudlah Bersatu di Pelaminan
Keluarga Besar KH. Mukhlis Yahya
Minggu, (4 September 2017) kemarin, mungkin menjadi hari dimana tercatat kembali sejarah paling berkesan di dalam dunia kepesantrenan di desa Ganjaran. Pasalnya, pada hari itulah dilangsungkan pernikahan antara putri pertama KH. Mukhlis Yahya yaitu Ning Hilyatud Diniyah dengan Putra ke-4 dari KH. Ahmad Sarimin.

    Bagaimana tidak, keduanya merupakan buah hati dari pengasuh pondok pesantren yang berbeda. Pondok pesantren Raudlatul Ulum 1 dan pondok pesantren Al-Mubarok Ganjaran selatan (Madura: Jar Laok).  Rencana untuk menyatukan keharmonisan serta kerjasama antar pesantren Ganjaran yang telah lama didambakan ini akhirnya dapat terwujud. Sebab, hampir seluruh pondok pesntren yang berada di radius desa Ganjaran satu sama lain memiliki ikatan kekerabatan. Hanya pondok Al-Mubarok yang masih belum bersatu.

    Resepsi yang didahului pertama kali di kediaman (Ndalem) mempelai pengantin putri ini berlangsung sangat meriah. Dengan rangkaian acara penempatan khotmil Qur’an pada pra resepsi yakni hari Sabtu, kemudian dilanjut dengan rangkaian acara pernikahan di hari Minggu sampai Senin. Kemeriahan semakin mengental dimana malam pertama dan kedua dari resepsi tersebut dimeriahkan dengan penampilan Orkes Gambus Religi dari personil Al-Khozini Queen dengan  Al-Madinah.

    Diambil dari  catatan kepanitiaan dalam resepsi pernikahan tersebut terdaftar, bahwasannya tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut mencapai angka 1400 untuk undangan putra, serta 1250 untuk  undangan putri. Seluruhnya tergabung dari para kiyai, alumni, tokoh masyarakat serta undangan biasa. Ustadz Abdur Rofik selaku ketua panitia dalam acara tersebut berkomentar “Saking meriahnya acara resepsi pernikahan ini, bahkan melebihi kemeriahan Khaul Akbar Masyayikh. Baik dari konsep acara, tamu undangan yang hadir serta suasana kemeriahan yang terjadi”.

    Kepanitiaan yang dibentuk dalam acara ini selurunya tergabung dari para santri putra-putri dari kalangan pengurus, santri, serta alumni terdekat. Sekitar 60 personil panitia dikerahkan demi mensukseskan acara besar itu. SEbagian diantaranya antara lain, among tamu, penerima tamu, seksi cuci piring (Madura: Rakora), angkat barang sampai petugas parker. Koordinator dari seksi cuci piring yakni Ustadz Ni’matul Khoir berujar “Banyaknya perabotan yang harus kami bersihkan setiap waktu sampai-sampai membuat personil kami yang berjumlah sepuluh orangpun kewalahan. Luar biasa”.

    Masing-masing dari kedua keluarga dari mempelai pengantin ini merasa sangat bersyukur atas bersatunya keturunan mereka. Sebab, dengan jalur menyambung tali kekerabatan ini diharapkan adanya persatuan serta kesatuan dan keharmonisan antar pesantren serta para tokoh kiyai di desa Ganjaran. Serta tidak ada lagi perpecahan yang diakibatkan ketidak akraban dari pihak pesantren manapun.

Oleh: Syifa'ur Romli
Jangan Lupa Share Nggeh.