Kamis, 31 Desember 2020

WALI DIATAS WALI (CERPEN)


 WALI DIATAS WALI

Oleh: Mursyid Hasan


“Piringan Matahari Hampir Lenyap Di Tepi Langit

Berganti Malam Yang Dingin Merasuk Kulit

Kau Bagaikan Senja

Yang Datang Sekejap Lalu pergi”

Cerita menarik seputar kewalian KH Yahya Sabrowi  ini kami dapatkan sumber datanya dari salah satu alumni sepuh yang sekarang tinggal di Kecamatan Wajak desa Sumber putih, beliau bernama H Kholid, mungkin nama beliau kedengaran asing di telinga kita, namun tidak diluar sana.

Saat acara Turun daerah “Turda Isadarma” kami berkempatan ngobrol sejenak dengan Aba Kholid sebutan kami, beliau termasuk orang yang ramah dan bersahaja, di sela-sela obrolan kami beliau sempet menceritakan saat mondok dulu di Raudaltul Ulum 1.

KH Yahya Sabrowi terkenal dimata masyarakat dan santrinya sebagai sosok yang istiqhomah nan karistamik dalam bidang keilmuan dan ibadah, salah satu yang paling di ingat adalah selalu istiqomah untuk menjadi imam bagi santri-santri beliau.

Suatu saat Ketika KH Yahya Sabrowi jatuh sakit Songkan dalam bahasa madura, yang tidak memungkinkan beliau menjadi imam di musholla putra, Aba Kholid selaku abdi dalem Kyai Yahya beliau di panggil oleh Nyai Mamnumah Bukhori perihal sakit yang di derita oleh Kyai Yahya.

Nyai Mamnunah memerintahkan Aba Kholid untuk sowan dan minta barokah doa  kepada ulama karismatik bernama Kh hamid pasuruan, suapaya kyai yahya bisa menjadi imam bagi santri-santrinya lagi.

Dengan ketawadluan dan penuh kehati-hatian beliau berangkat menuju kota pasuruan dengan membawa titah dari Nyai sepuh.

Sesampainya di kediaman ulama yang terkenal dengan kewalian ini sudah banyak orang yang ingin sowan kepada beliau, saat itu beliau sedang bermunajat kepada Allah di musholla yang beliau bangun.

Saat ulama karismatik ini keluar dari musholla beliau langsung berkata kepada Aba kholid yang sejak tadi menunggu beliau

“Ojok jalok dungo nang aku cah, aku iki guduk dukun”, dawuh Kyai Hamid singkat. Kata-kata ini mengagetkan aba kholid, pasalnya beliau sepatah katapun belum  menyampaikan maksud kedatangannya ke kota pasuruan.

Keringat mulai berkucur deras detak jantung mulai tidak stabil

Aku tergetar

terkapar

ketika Ia memandangku

kekasih….

pada wajah Guruku

“Ngapunten Kyai, maksud kadatangan saya kemari karena dapat titah dari Nyai mamnunah Bukhori untuk minta barakah doanya, karena saat ini Kyai Yahya sedang sakit” Ucapan beliau terbata-bata karena kyai hamid terus memandangi wajah beliau beliau.

Belum sempet beliau meneruskan dawuhnya, kyai hamid sepontan dawuh.

“Wes mole ae awakmu cah, kyai yahya kui wali, iso dungo dewe”, Bahasa jawa sambil menepuk pundak beliau lalu berlalu meninggalkan aba kholid serang diri

Pulang saja cah, kyai yahya itu wali, bisa doa sendiri

Dengan perasaan bersalah karena tidak mendapatkan apa yang di minta oleh Nyai Mamnunah, aba kholid memutuskan pulang dengan wajah lesu dan sedih. Dalam hatinya bergumam

“Opo seng kate tak sampekno nang Nyai sepuh”, Apa yang harusnya saya sampaikan kepada nyai sepuh.

hatinya terus di hinggapi rasah bersalah karena pulang tanpa membawa kabar gembira.

Terbiasa diam seribu bahasa saat aku merasa bersalah
Ingin memulai bersua namun nyali tak seberapa
Mencoba berteriak kepada semesta untuk melepas sesak di dada
Lega memang, tapi tetap saja tak mengumpulkan daya untuk berkata

Sesampainya di Gerbang pesantren betapa terkejutnya Aba Kholid melihat santri berjamaah di imam oleh Kyai Yahya Sabrowi, padahal keberangkatan beliau ke kota pesantren Sosok karismatik itu masih terbujur lemas di atas tempat tidur.

Beliau masih di buat takjub dengan kejadian yang baru saja beliau alami.

Ntah harus dari mana ku memulai cerita ini

Dan kepada siapa cerita ini ku mulai
Kabut sunyi perlahan mulai merayap

Ingin rasanya ku bertemu denganmu
Tapi, menyapamu saja aku tak mampu
Lalu, apa dayaku?
Bahkan anginpun membisu

Mungkin bagiku cukup Tuhan yang tahu
Tentang apa dan bagaimana perasaanku
Karena bahagiaku, masih bisa menyelipkan namamu dalam setiap doa

Agar aku selalu mendapatkan ridlo dan barakahmu.

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Previous Post
Next Post

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 adalah pesantren salaf yang didirikan oleh KH. Yahya Syabrowi, Menggenggam Ajaran Salaf, Menatap Masa Depan

0 comments: