Kamis, 31 Desember 2020

PERIHAL WAFATNYA KIAI MUJTABA BUKHORI (sosok)


 

PERIHAL WAFATNYA KIAI MUJTABA BUKHORI

Oleh: Gus Madarik Yahya 


Almarhum KH Mudjtaba Bukhori wafat pada 16 Desember 2020, jam 23:10 WIB di RS Panti Nirmala Malang. Kabar itu diinformasikan oleh putranya sendiri. Gus Hasbullah Huda melalui aplikasi WhatsaAp.

Rawat inap beliau bukan kali pertama, putra bungsu kiai Bukhori Ismail itu telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit yang sama sejak bulan puasa 1441 H yang lalu.

Sebetulnya tentang ajal yang akan menjemput beliau sudah dirasakan oleh anggota keluarga. Hal ini terbaca dari tulisan WhatsaAp Gus Has, panggilan akrab Gus Hasbullah Huda itu.

Saat ditanya bagaimana Yai Mudjtaba ketika dirawat di rumah sakit? Wakil Rektor II IAI Al-Qolam Gondanglegi itu menjawab: "Semoga saja ada harapan sembuh. Tetapi kami pasrah mengenai keadaan kai."

Rasa tawakal pihak keluarga semakin kuat tatkala Yai Mudjtaba memerintahkan langsung Nyai Surohah untuk melakukan beberapa hal:

 

1. Agar menyediakan kain kafan.

2. Agar mencuci kain kafan itu dengan air zamzam.

3. Agar membuat nisan yang telah diukir atas nama beliau.

4. Agar segera membeli sapi.

 

Bahkan, lanjut istri kiai Mudjtaba, beliau berkenan menyaksikan saat kain penutup mayat itu dicuci.

Menurut Nyai Surohah, semua permintaan beliau diupayakan untuk dituruti. Cuma satu permintaan yang belum kesampaian, yaitu kiai Mudjtaba ingin sekali bertandang ke Nyai Sepuh. Menurut Ibu Nyai Pengasuh PP Al-Bukhori itu, demikian ini dilakukan semata-mata karena mempertimbangkan faktor kesehatan.

Untungnya, Nyai Mamnunah Yahya sempat menjenguk adiknya itu tatkala pulang dari rumah sakit sebelum jatuh sakit yang terakhir.

Sepulang rawat inap sebelum ke rumah sakit yang terakhir ini, kepada putri-putri kiai Qosim Bukhori saat menjenguk, Ketua YPRU Ganjaran Gondanglegi Malang itu menanyakan kiai Qosim, "demmah gemblung juyah mik tak nik ngonik ih sengkok [kemana gemblung itu kok gak jemput aku]." Entah ujaran beliau ini hanya berkelakar atau apa, tetapi yang jelas kedua kakak beradik itu memang sangat akrab. Sehingga dengan mudah kami menebak sebenarnya beliau sudah merasa bahwa tutup usianya telah dekat.

Cerita mengenai ketajaman firasat orang-orang sholeh merupakan hikayat yang lumrah di dengar, termasuk Yai Mudjtaba Bukhori. Lebih-lebih status beliau sebagai seorang Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah yang diyakini khalayak umum. Khususnya para ikhwan-akhawat yang memiliki pandangan ke depan melebihi masyarakat umumnya.

Gus Abdul Latif pernah berkisah bahwa suatu saat ia mengikuti tawajjuh dzikir yang dipimpin kiai Mudjtaba Bukhori. Di tengah-tengah ritual berlangsung, putra kiai Zainulloh Bukhori itu bergumam dalam hati, "masak, bacaan seorang Mursyid salah-salah." Pasalnya, Gus Abdul Latif mendengar bacaan Yai Mudjtaba agak kurang tepat dilihat dari kaidah nahwu-shorof.

Langsung saja Yai Mudjtaba menghampiri keponakan itu sembari berkata: "Engkok keng su kesusu cong..! [Aku hanya tergesa-gesa nak...!]," seraya menghardik dengan tasbihnya.

Padahal ungkapan Gus Abdul Latif hanya terlintas dalam alam pikirannya saja.

Previous Post
Next Post

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 adalah pesantren salaf yang didirikan oleh KH. Yahya Syabrowi, Menggenggam Ajaran Salaf, Menatap Masa Depan

0 comments: